[4.] Sebuah Diary Usang

12 6 17
                                    

HAPPY READING

Sekecil apapun suatu hal jika bisa membuatnya terkenang itu jauh lebih baik.

--¿--

Begitu pelajaran sekolah selesai, Ruby bergegas membereskan buku-bukunya di atas meja. Setelah ini, siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Fotografi diminta untuk hadir ke ruang mading. Tentunya Ruby tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Sembari menunggu teman kelasnya berbenah, netranya asik menjelajah isi kelas. Tak sengaja manik matanya bertabrakan dengan kelereng mata Tosca yang berwarna cokelat gelap. Senyum tipis di wajahnya berhasil membuat kerutan di dahi Ruby tampak.

Barusan dia senyum? Kok gue malah merinding, ya, batin Ruby seraya geleng-geleng kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barusan dia senyum? Kok gue malah merinding, ya, batin Ruby seraya geleng-geleng kepala.

Sang guru lantas menyudahi pidatonya. Sama seperti murid-muridnya, wanita itu tak ingin berlama-lama menetap di kelas XI MIPA 5. Lebih baik melanjutkan sesi ghibah yang tertunda di ruang guru.

Ruby bangkit seraya menenteng tas punggung di bahu kiri.

"By, barengan kalau mau ke mading," ujar Jingga. Ruby mengangguk setuju. Pada detik berikutnya, Jingga merangkul bahu Ruby yang bebas tidak ada beban untuk digiring keluar dari ruang kelas.

Sementara Tosca yang baru saja selesai membereskan buku langsung melesat keluar dari kelas. Menuju ke arah dan tempat yang sama dengan Ruby.

Ya, mereka berdua berada di satu organisasi yang sama--Fotografi. Berkutat dengan ribuan kertas dan tulisan yang nantinya akan disusun ke mading. Tiap Minggu, para anggota membagi tugas untuk mencari referensi sesuai dengan tema yang telah dijadwalkan.

"Pulang bareng gak, By?" tanya Jingga lagi. Rangkulannya terlepas ketika mereka berjalan bersama menuju ruang mading.

Ruby menoleh. "Duluan aja. Takutnya gue lama di dalam." Jingga mengangguk tanpa beban.
"Gue nyusulin bebeb dulu. Sono masuk!" Kepala Ruby terangguk-angguk sembari melambai ke arah Jingga. Begitu sosok Jingga hilang dari pandangannya, Ruby berbalik dan masuk ke ruang mading.

Diary KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang