Part 1

2.6K 50 5
                                    

Brakkkk !!!

Aku menguping pembicaraan mama dan papa yang ingin menjodohkanku, refleks aku membuka pintu kamar mereka yang tidak terkunci.

"Callysta?" Gumam mama yang hampir tidak terdengar.

Aku pergi meninggalkan mereka yang masih diam terpaku di kamar. Otakku berisi pertanyaan-pertanyaan yang ingin ku lontarkan untuk mereka.

"Callysta buka pintunya sayang, papa ingin bicara denganmu" beberapa kali papa mengetuk pintu kamarku tapi aku hiraukan.

Cleck..

Aku merebahkan diriku kekasur berpura-pura tidur. Papa membuka pintu kamarku dengan kunci serepnya.

"Callysta, papa tau kamu gak tidur tapi kalau kamu gak mau berbicara dengan papa sekarang yasudah kita akan bicara lain waktu" papa berjalan keluar kearah pintu kamarku.

"Pah" panggilku lalu merubah posisiku menjadi duduk. Papa menengok kebelakang melihatku yang sedang menunduk sambil memilin milinkan ujung baju yang kupakai.

Papa tersenyum hangat, aku tidak tahan kalau harus bertengkar dengan mama dan papa. Walaupun bagaimana juga mereka orangtuaku dan aku harus menghormatinya.

"Kita akan bicarakan nanti tapi kamu mandi dulu" ucap papa jalan keluar dari kamarku, terdengar suara mama yang samar samar sedang menanyai keadaanku pada papa.

--
"Kenapa mama sama papa mau jodohin aku?" Kataku langsung ke pokok permasalahnya. Sekarang aku, papa dan mama sedang berada di ruang keluarga.

Bulan lalu umurku genap 17tahun tapi sekarang aku dijodohin sama orang yang ngga aku kenal sama sekali.

"Gini Callysta sayang, kamu anak satusatunya yang kami punya-" kata papa yang langsung kupotong perkataannya.

"Ya aku tau" potongku.

"Tapi kenapa tibatiba aku langsung dijodohin gini?tanpa bilang aku dulu?apa papa sama mama gak sayang aku lagi? Apa kalian gamau tinggal bareng aku lagi?" Tambahku yang membikin mereka kaget dan ngga lama kemudian mereka tersenyum. Tuh kan bener mereka gak sayang aku lagi.

"Mama sama papa sayang sama Callysta, kami juga gamau kehilangan kamu tapi janji tetap janji dan waktu kami menemui anak sahabat papa, dia tampan, pintar, sopan, baik, dan seorang pebisnis yang sukses. Kalau kamu menikah dengan dia, mama dan papa akan tenang" giliran mama yang berkata.

GASALAH DENGAR? SEORANG PEBISNIS? APA AKU BAKAL DINIKAIN SAMA OM OM? Aku bergidik ngeri membayangkannya.

"APAAA?!! Seorang pebisnis? Mama mau aja sih nikahin aku sama om om? Mama gak takut apa nanti aku diapa-apain sama om om itu? Ihhh" membayangkannya aja membuatku risih, aku berdiri dari dudukku, gak!!gakmauu! Gada yang namanya pernikahan! Bodo!. Tawa mama dan papa pecah menggema ruangan ini, aku menatap mereka berdua bingung. Apa ada yang salah dengan kata kataku?

"Bukan om om sayang, dia masih muda umurnya masih 26tahun tapi dia sudah sukses, kalau dia ngapa ngapain kamu toh dia juga suami kamu tapi kami sudah janji tidak boleh ada yang namanya berhubungan layaknya orang yang sudah menikah kalau kamu belum lulus SMA" rasanya jantungku mau copot kenapa cobaan terus terjadi sama aku tapi ini lebih berat daripada ujian.

"Pah tolong panggil ambulance aku rasa aku punya penyakit jantung deh" keluhku sambil memegangin dada kiri.

"Sembarangan kamu ngomongnya!! Gaboleh ngomong gitu!"

Aku hanya nyengir kearah mereka, tuhkan aku lupa kenapa arah pembicaraannya jadi menyimpang.

"Entar deh mah, tadi mama bilang janji tetap janji? Maksudnya? Apa ada hubungannya sama perjodohan ini?" Mama melirik ke papa.

RylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang