"Bangun pagi ku terus push rank, tidak lupa mengunci pintu, agar mama tidak masuk, dan menanggu push rank—""JEONGWOO BANTU MAMA CUCI PIRING!"
Jeongwoo menghela nafas dengan panjang dan gusar, niat baiknya untuk menjadi anak laknat pada hari minggu batal sudah.
Padahal ia sudah berharap kalau nantinya pada hari minggu ini dia bisa main mobile legend dengan nyaman dan tentram.
Tapi suara yang sudah ia tebak siapa itu sudah terdengar.
"APA MA? CUCI PIRANG?" ciri ciri anak laknat, sudah mendengar ucapan ibunya masih juga bertanya lagi. Mana ngawur lagi.
"CUCI PIRING ANAKKU TERSAYANG!" Mama Park berteriak. Lagi. Kemudian berjalan mendekat kearah pintu sang anak.
"Cepet keluar kamar atau wifi mama putus sampai tahun depan."
"Ma ini aku mau cuci piring, sabar."
Jeongwoo dengan cepat berjalan keluar kamarnya, oh sangat tidak elit jika nantinya dia harus kehilangan wifi-nya, bisa bisa ia tidak bisa push rank dan stalker crush-nya.
Jalannya kemudian ia hentak hentakan, menuruni tangga dengan kesal, menuju dapur untuk mencuci piring.
Dan tebak, piringnya banyak sekali, ia sampai lupa kemarin malam minggu, tepat ketika keluarga Kim datang dan makan bersama.
"Ma ini aku cuci sendirian?" Jeongwoo mengeluh, kemudian bertanya.
"Udah sana cuci!"
Jeongwoo merengut kesal. "Sebenarnya aku ini anak mama atau anak tetangga sih?"
"Anak tetangga."
"Kok jahat." Jeongwoo melengkungkan bibirnya kebawah, tanda ia sedang sedih, oh atau ia akan menangis.
"Udah cuci piring aja sana!"
Jeongwoo akhirnya memilih untuk mencuci piringnya, dengan menggunakan jurus seribu satu bayangan, agar cepat selesai.
"Ma aku nanti mau kerumah kak Yoshi sama temen temen, acara osis." Kata Jeongwoo, lalu ia menata beberapa piring yang sudah ia cuci.
"Ya udah kesana aja, abis nyuci piring, jemur baju, nyapu dulu baru boleh." Ucap Mama Park itu sambil memotong motong bawang, didepannya sudah ada televisi yang menampilkan film indosiar.
Ku menangis.
"Ma nanti kesana naik apa?"
"Ojol aja,"
"Loh kok ojol, anterin." Jeongwoo yang sudah selesai dengan urusan dapur mencuci piring langsung memegang tangan mamanya.
"Ya udah gak usah aja kesana."
Dengan kesal Jeongwoo melepas pegangan tangan mamanya, lalu mendengus dengan kesal. "Iya iya."
"MAMA BAJU LARI PAGI PAPA MANA YA, KOK GAK ADA."
Baiklah keluarga bukan cemara tapi jati kita kini sudah lengkap dengan kehadiran papa Park yang turun cuman pakai—
"PAPA KOK CUMAN PAKE SEMPAK!" mama Park teriak, lalu meletakan pisau yang tadi ia pakai untuk memotong bawang.
"Kumat dah tuh gilanya." Jeongwoo memilih untuk tidak peduli, lalu membuka kulkas dan memakan timun yang masih berkulit.
"PAPA YA AMPUN INI BAJUNYA KOK BISA BISANYA GAK DILIAT!"
"TADI UDAH BONGKAR LEMARI TAPI GAK ADA!"
"YA AMPUN PAPA BAJU DILEMARI UDAH MAMA LIPAT KOK SEKARANG BERANTAKAN!"
"MANA PAPA TAU."
"PAPA IH NGESELIN!"
Jeongwoo yang ada dibawah kemudian menghela nafas.
"Udah tua goblok lagi."
Jangan di ikuti laknatnya Jeongwoo, nanti kena copyright.g
.
.
.Setelah sempat perang ketiga dengan keluargnya tadi, Jeongwoo akhirnya sudah berada di depan rumah Yoshi sekarang, ditemani supir grab yang tampan tapi sayangnya om pedo, namanya om Jeno.
"Mama saya udah bayar kan tadi om?" Tanya Jeongwoo.
Supir grabnya lalu menangguk. "Iya sudah."
"Bagus, saya soalnya gak punya uang receh."
Jeongwoo langsung pergi setelah mengatakan hal itu, membuat supir grab itu menjatuhkan rahangnya.
"SOK BANGET, DASAR ITEM!"
Jeongwoo yang sudah hampir masuk rumah Yoshi langsung berbalik, kemudian berteriak. "OM MAU SAYA KASI BINTANG SATU YA?"
"Eh ampun ampun dek." Jeongwoo langsung ketawa dengan begitu kerasnya setelah melihat supir grabnya yang ketakutan, seakan melihat setan.
"Saya kasi bintang lima deh om, soalnya om bikin saya bengek pagi pagi." Jeongwoo ketawa lagi, kemudian berjalan menjauh dan membuka gerbang rumah Yoshi.
"KAK YOSHI MAIN YUK!"
Dengan tidak memiliki sopan santun, Jeongwoo teriak di depan rumah Yoshi, membuat pintu rumah itu terbuka, namun yang membukanya bukan orang yang ia cari.
"Eh, ente siapa?" Tanya Jeongwoo pada orang yang membuka pintu tersebut.
"Lah elu yang siapa bambank, udah teriak teriak di depan gerbang sama tukang grab, sekarang malah teriak teriak di depan rumah orang. Terus sekarang gak hormat sama yang lebih tua."
Baru saja bibir Jeongwoo akan terbuka untuk menjawab, namun Nyonya Kanemoto sudah datang di belakangnya.
"Eh Jeongwoo, kok gak langsung masuk?" Tanya Nyonya Kanemoto sambil tersenyum dengan ramah.
"Lu kenal ni orang?"
"Kenal, dia anaknya Tuan sama Nyonya Park."
Wanita yang tadi menanyainya dengan emosi kemudian ber oh ria, "anaknya Tiffany ya?"
"Oh anda tau ibu saya? oh iya saya lupa kalau ibu saya itu orang terkenal."
"JADI KAMU ANAKNYA TIFANNY, PANTES AJA BACOTNYA GEDE!"
"Eh tante jangan ngomong sembarang tentang mama saya ya. Gitu gitu mama saya bohay gak kayak tante, kayak tengkorak hidup."
Wanita di depannya langsung menjatuhkan rahangnya. "Ni anak durhaka kali ya allah,"
"Bun, ini siapa sih?" Jeongwoo akhirnya bertanya pada Nyonya Kanemoto yang sedari tadi hanya diam.
"Oh dia Nyonya Watanabe, ibunya Haruto."
Jeongwoo langsung keselek.
Mampus dapet citra jelek dari ibu mertua!
"Eh tante maaf ya, tadi saya hanya ngomong sembarang aja."
TO BE CONTINUED
ngebayangin keluarga Jeongwoo kira kira kayak apa ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush | HaJeongwoo
Teen Fiction❝𝐆𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐫𝐮𝐬𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐨𝐦𝐨𝐩𝐡𝐨𝐛𝐢𝐜?❞ ❗PERHATIAN❗ ⚠SAYA TIDAK MENERIMA HOMOPHOBIC⚠ ⚠BXB⚠ ⚠TERKADANG KATANYA AGAK KERAS⚠ ⚠HAJEONGWOO⚠ ⚠SALAH LAPAK SAYA SANTET ONLINE⚠ ⚠AUTHO...