┇C-8

914 176 30
                                    

Kegiatan yang dilakukan Jeongwoo sudah kembali normal. Walau kadang sih, beberapa kali ia bertemu Haruto. Maka, pria yang Jeongwoo sebut sebagai crush itu hanya membuang wajah ke sembarang arah.

Jeongwoo menjadi kesal sendiri. Toh, kenapa sih kalau Haruto melihat sebentar saja kearahnya? Jeongwoo masih tetap hitam kan? Gak ada yang berubah.

Paling hanya hati Jeongwoo yang berbunga bunga. Hus, tapi sayangnya Haruto itu homophobic. Jeongwoo jadi sering di acuhkan.

Dan tau tidak! Saat mereka sedang mengurus osis pun, Haruto tidak mau berkomunikasi kearahnya. Memang salah Jeongwoo apa astaga! Mereka juga kan satu seksi, masak Haruto tidak mau menghargai Jeongwoo. Ish! Mengesalkan sekali.

Awas saja kalau Jeongwoo sudah glow up. Jeongwoo pasti akan memilih aktor Lee Minho dari pada si Haruto itu.

Seandainya ya!

Tapi, untuk sekarang crush nya Jeongwoo masih tetep Haruto kok. Masih belum pindah.

Galerinya Jeongwoo saja masih penuh dengan foto Haruto. Buka instagram setiap hari hanya tentang Haruto. Atau walpapernya yang masih foto Haruto. Plus dia disampingnya. Walau cuman di edit sih pake apk.

Plis ya! Sejak kapan juga Haruto mau foto sama Jeongwoo.

Tunggu Jeongwoo putih mungkin ya.

Haduh haduh, kasihan sekali Jeongwoo ini. Hitam dikit di jadiin beban sumur hidup.

"Ya tuhan ku, apa salah hamba ini hingga kau berikan hamba ini cobaan yang begitu dasyatnya hingga hamba ingin menangis saja. Jungkir balik."

Junkyu yang baru saja masuk  kedalam rumah Jeongwoo mengerutkan keningnya waktu Jeongwoo mengumpat tidak jelas. Terus, megang ponsel pintarnya dengan kesal.

"Kenapa beb?"

"Beb bab beb pala lo peak!" Jeongwoo menghirup nafas dalam. Lalu menatap kearah kamar ayahnya.

"AYAH INI PUNYA BEBAN HIDUP APA SIH! PONSEL JEONGWOO TADI 15% PERSEN JEONGWOO CAS DARI MALAM BIAR PAS BANGUN FULL, AYAH MALAH CABUT KEPALANYA!"

Lantas, terdengar suara gaduh dari kamar ayahnya. "AYAH NYABUT KEPALA SIAPA? YA TUHAN AYAH BUKAN PSIKOLOG."

"PSIKOPAT GOBLOK!"

Jeongwoo emosi. Sampai Junkyu yang ada disebelahnya ikut terkejut. Astaga! Pacarnya— ekhm, calon pacarnya itu bar bar sekali. Bagaimana jika nanti saat menjadi menantu dia tetap bar bar begitu.

Oh god! Junkyu tidak membayangkan hal itu.

"Ayah kan nyabut cas hp aku?" Tuduh Jeongwoo dengan segala bukti yang kuat karena ponsel ayahnya tercas apik disana.

Ayah Jeongwoo hanya menunjukan cengiran tanpa dosa alias senyum senyum orang minta di pukul pakai pantat panci.

Bayangin aja, Jeongwoo itu sudah ngecas hp nya dari malam. Lalu dia tunggu sambil tidur. Pas bangun bangun, mau berangkat sekolah. Baterai ponselnya masih 16%

Ya tuhan! Sakit tau! Sakit!

Kayak— pengen loncat dari kasur.

Pengen gantung diri di pohon pisang!

Asli dah. Jeongwoo kayak udah gak ada niatan berangkat sekolah. Hidupnya sudah hancur. Berdebu debu jadi keping.

Bangsat banget.

Tapi biar bagaimanapun Jeongwoo harus berangkat sekolah supaya gak di ceramahin panjang lebar.

"Ayah pikir gak di pake, jadi ayah cabut aja. Hehe." Sumpah! Untuk Jeongwoo, suara hehe ayahnya itu ngebuat dia pengen metik cabe di pohon durian.

"Sumpah yah, kalau bukan ayah yang ngebuat aku, udah aku delete ayah dari kartu keluarga."

"Anak setan!" Ayahnya mengumpat.

Jeongwoo mendelik. "Kalau aku anak setan, berarti ayah setan dong?"

Puk!

"Avv sakit babi!" Jeongwoo mengumpat setelah dapat pukulan manja dari Junkyu di kepalanya.

"Beb, aku pakein bibir kamu lotion aja ya biar jadi halus dan gak kasar."

"Bangsat, gak nyambung goblok!"

Junkyu memegangi dadanya sendiri. Benar benar! Jeongwoo itu ucapannya pedes banget. Kayaknya sih, Jihoon bakal kalah.

"Ayah udah sana berangkat kerja, ih udah mau telat." Akhirnya, ibu Jeongwoo datang dengan menenteng tas kerja ayahnya Jeongwoo.

"Iya iya, ini ayah mau berangkat kerja."

Jeongwoo yang masih kesal hanya melihat gerak gerik ayahnya dari sudut matanya. Moodnya masih hancur perkara baterai ponselnya yang masih 16%.

Ia jadi ingin menangis semalaman. Serius.

"Jeongwoo, ayah berangkat kerja."

Meski termasuk anak laknat, Jeongwoo tetap menerima uluran tangan ayahnya supaya bisa nyium tangan ayahnya.

"Ayah hati hati di jalannya." Kata Jeongwoo. "Belum siap miskin soalnya aku kalau ayah kenapa napa."

Ayah Jeongwoo cuman senyum kecil. "Punya anak tsundere banget, mau bilang khawatir aja harus di filter dulu."


.
.
.


Jeongwoo kadang tidak paham sama hidupnya sendiri. Sudah ribet, ngenes lagi. Sudah ponselnya gak ada baterai, kantin penuh lagi.

Dia sampai harus makan di bawah pohon besar depan gedung sekolah alias dilapangan.

Tapi, kata orang. Selalu ada kebaikan disetiap masalah.

Contohnya sekarang. Jeongwoo bisa dengan mudah menatap pada crush nya yang sedang main basket.

Peluh Haruto sudah banjir sampai baju yang dipakai sama Haruto nempel pada dada datar miliknya. Astaga! Terlihat sekali absnya.

Jeongwoo jadi ingin memberkati tukang kantin yang cuman nyediain sedikit meja di kantin.

"JEONGWOO AWAS!"

Jeongwoo masih bengong menatap crush-nya. Sampai dia sadar kalau Haruto memanggilnya beberapa kali. Dan—

Bukk!

"ASTAGA RUTO ANAK ORANG KENA BOLA BASKET!"

Jeongwoo pingsan setelah terkena bola basket.



—TO BE CONTINUED—

ada yg rindu manusia setengah iblis ini?
G. Ok.

Gw cuman mau bilang. Jangan lupa napas. Udah itu aja.

See u next chapter.

Jan lupa vote. Gak patah kok jarinya kalau cuman nindis bintang disudut kiri bawah. :)

My Crush | HaJeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang