Bab 3 | Mulai merasa bersalah

1.8K 165 45
                                    

Selamat membaca..

.....

Kota metropolitan akan terasa semakin hidup kala senja mulai turun dari peradabannya, menciptakan corak langit yang indah dan di nanti banya anak manusia. Para muda mudi yang juga di sebut kaum borjuis dengan kesehariannya gemar berbicara perpaduan Inggris-Indonesia itu, terlihat mulai bersilewarn di area di mana banyak tempat-tempat hits yang sedang tranding di kalangan pecinta swafoto.

Sedan mercy, Ninja R15, Harley Davidson, terlihat memenuhi parkiran sebuah cafe, Cafe yang akhir-akhir ini sedang happening dan tengah ramai di kunjungi para kaula muda dengan ragam outfit yang menunjukkan kelas sosial mereka.

Ada yang sekedar bersantai di cafe sembari mengerjakan tugas, membunuh waktu sembari menunggu langit berubah warna dan ada pula yang sekedar berkumpul bersama circle dan membagi  cerita dan hal yang berbau 'mahal'. Biasanya para anggota circle sekumpulan anak mami papi, yang tidak rela menghabiskan waktu pulang sekolah dengan hanya di rumah.

"Tumben lo nggak pakai motor lo yang satunya!" celetuk Erlan seraya melihat motor Gavarel yang terparkir di depan cafe.

"Lagi malas aja!" jawab Gavarel dengan intonasi acuh tak acuh.

Jangankan dari nada bicara, bahkan mimik dan bahasa tubuh pemuda bermanik cokelat terang itu pun sudah menunjukkan moodnya sedang tidak cocok di tempat ramai tersebut.

"Malas atau ingat yang lain kalau pakai motor itu!" seloroh Bara sembari mengepulkan asap nikotin dari mulutnya, sontak itu membuatnya berhasil mendapat delikan dari Gavarel.

"Gue cuma asal ngomong kok!" dalih Bara dengan kekehan tertahan.

Mereka bertiga berada di sana, lengkap membawa pacar masing-masing. Jika Bara dan Erlan tampak senang meladeni sang kekasih dan asing bercengkrama dengan tutur bahasa yang manis,
maka Dara yang melihat itu hanya bisa mencebikkan bibir dengan rasa iri sebab tampaknya pacarnya sendiri tidak berniat melakukan hal sama seperti kedua temannya itu.

Dasarnya Gavarel memang bukan tipekal pemuda yang pandai bersikap dan bertutur manis, apalagi akhir-akhir ini dia lebih banyak diam, lengkap dengan raut wajah hambar dan tidak bergairah. Bahkan sebelum kemari, dia harus di paksa dulu oleh Erlan juga Bara.

"Nanti sunmori yuk!" ajak Meta, gadis di sebelah Bara sembari mengedarkan pandangan pada seisi meja.

"Ide bagus tuh!" seru Erlan.

"Boleh-boleh. Seru tuh kayanya!" imbuh Dara.

Pacar mereka satu circle, maka secara tidak langsung ketiga gadis itu pun jadi dekat satu sama lain.

"Tapi ke mana yah enaknya?" beo Bara.

"Yang dekat-dekat ajalah. Puncak Maybe?" Tasya menambahi.

"Ah, bosan puncak mulu!" sanggah Erlan.

"Terus ke mana dong?" Dara berujar.

"Cari lokasi lain deh, yang nggak terlalu ramai!"

"Lo mau ngapain cari lokasi yang nggak ramai, njing!" tukas Bara dengan mata memicing curiga pada sahabatnya itu. Erlan hanya menanggapinya dengan kekehan dengan raut wajah tersirat banyak arti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang