Selepas kepergian Mas Irfan saat ingin mengunci pintu gerbang kulihat pajero berwana hitam berhenti. Dari gerbang yang rendah itu aku bisa mengenali pemilik kendaraan tersebut karena aku dulu aku sering berada di dalamnya. Bercerita apa saja hingga bersenda gurau. Aku berdecih kesal, kenapa masih saja teringat kenangan bersamanya.
"Yasmin."
Aku berniat mengabaikan panggilan suara yang sangat kurindukan. Aku tak mau peduli lebih baik menghindarinya. Hubungan kami sudah ada dinding pembatas yang tinggi dan curam. Aku tak boleh terperosok pada perasaan tabu yang akan membuat banyak pihak terluka.
"Yasmin, tunggu!" Frans membuka grendel gerbang yang mudah dijangkau. Berlari menghampiriku yang akan masuk ke dalam rumah. Lenganku dicekal. Frans menarik hingga wajahku menubruk dada bidangnya.
"Lepas, Frans! Aku nggak mau nanti Ibu salah paham sama aku!" ketusku berusaha melepasakan diri dari rengkuhan mantan kekasihku.
"Aku nggak mau. Kamu harus dengerin penjelasanku dulu. Yasmin, aku nggak bahagia sama pernikahanku. Erika bukan perempuan yang mau aku jadikan istri. Cuma sama kamu harapan indah itu pingin aku wujudkan," aku Frans memaksa. Kedua tangannya kini mencengkeram bahuku.
"Nggak bahagia tapi kamu ngelakuin perbuatan nista itu sama dia. Bahkan sampai membuatnya hamil darah daging kamu. Kamu emang berengsek, Frans!" aku mengumpat marah.
"Aku khilaf, Yas. Aku mabuk saat melakukannya. Nggak sadar sama sekali. Yang ada di bayangan mataku saat itu Erika adalah wajah kamu," pekik Frans frustrasi.
Tangisku pecah. Susah payah kuredam agar tidak terdengar ke dalam. Sungguh, aku takut ibu mertuaku mendengarnya. "Ini udah jalan hidup kita. Kita nggak jodoh, sekarang kamu jalanin tanggung jawab kamu menyambut kelahiran anak dari rahim Erika."
"Ini cuma sebatas tanggung jawab, Yasmin. Begitu bayi itu lahir aku bakalan lepasin Erika supaya kita bisa kembali lagi," ucapnya enteng membuatku geram. Laki-laki ini memang pengecut. Apa pun yang telah dilakukannya adalah sebuah bentuk pengkhianatan yang takkan pernah kumaafkan.
Kudorong keras dada kokoh yang dulu menjadi sandaran kesedihanku. Rasa muak menyeruak melihat wajahnya yang angkuh tanpa rasa bersalah. Aku mendengus, "Pergilah. Aku nggak mau lagi liat wajah kamu. Pergi dari sini, Frans!"
Frans bergeming tak mendengar perintahku. Kuputuskan untuk meninggalkannya di luar. Baru saja aku menarik handle pintu, Frans menarikku dan melingkarkan lengannya pada pinggangku.
Sontak aku mendorongnya tapi lengan Frans semakin kuat menahan dan berusaha memelukku meski aku sudah memukuli dadanya.
"Lihat, Mas, kelakuan istri kamu! Nggak tahu malu banget malah peluk-peluk suami aku!"
Tubuhku menegang mendengar suara ketus yang sudah kukenal selama tinggal bersama Mas Irfan. Rengkuhan tangan Frans mengendur, segera kulepaskan diri. Namun, sebuah nasib sial seolah memburu. Mas Irfan berdampingan Erika menatapku tak terbaca. Lekas Erika berjalan menghampiri kami dan menarik lengan Frans agar menjauh dariku.
Dan entah sejak kapan ibu mertuaku sudah ada di belakang tubuhku di celah pintu terbuka melayangkan tatapan bengisnya. Aku seperti terdakwa yang tengah diadili akan perbuatan menjijikkan.
Dalam situasi terjepit seperti ini aku memilih melempar pandangan ke arah Mas Irfan. Berharap, laki-laki yang telah menjadikanku tulang rusuknya mau bersedia menjadi tameng pelindungku.
. . .
Ini cuma teaser saja. Versi novelet lengkap cuma bisa dibaca di ebook play store dan aplikasi KaryaKarsa
Untuk harga pdf 35k
Bisa menghubungi whatsapp 085691083305*Minggu, 03 Januari 2021
EL alice
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Kandas
Short StoryBagaimana sensasinya menikah dengan laki-laki yang notabene-nya adalah kakak dari perempuan yang merebut tunanganmu?