Takdir tak pernah ingkar janji. Tak ada pertemuan yang kebetulan.
****
Ratih mondar-mandir panik. Sudah pukul 1 malam, tapi Nikita tak kunjung pulang. Ponselnya juga tidak aktif. Tadi pamitan untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya.Shira yang terbangun dan merasakan tenggorokannya kering, keluar kamar hendak mengambil minum. Di ruang tengah, ia melihat ibunya tampak panik.
"Kalau Papa sampai tahu, bisa gawat," gumam Ratih, khawatir meremas jemarinya. Beruntung suaminya lembur, belum pulang.
Shira terpekur. Belakangan ini, ayahnya bekerja begitu keras. Sampai harus lembur kadang tidak pulang sampai pagi. Tidak seperti biasanya. Apakah ada masalah dengan usaha mereka?
Shira mengalihkan tatap, menyaksikan ibunya yang tengah sibuk memencet telepon genggam berkali-kali.
"Nikita belum pulang, Ma?" tanya Shira. Membuat harapan tampak di wajah ibunya.
"Shira, kebetulan kau bangun. Iya, Nikita belum pulang sampai sekarang. Shira ...." Mamanya mendekat menggenggam kedua tangan Shira.
"Tolong rahasiakan ini dari Papamu ya. Kalau dia tahu, nanti Nikita dimarahi," Ratih khawatir. Shira tersenyum.
"Shira tidak akan bilang. Memangnya Nikita ke mana?"
Ratih menjelaskan. Ke mana putri bungsunya pergi.
"Kau bisa bantu Mama cari Nikita?" Shira melihat jam dinding. Pukul satu malam. Ia kemudian melihat ibunya.
"Mama tenang aja ya," Shira mengenggam kedua tangan ibunya. "Shira yang akan cari Nikita."
Ratih menghela napas lega. "Hati-hati ya. Janji bawa pulang adikmu."
"Shira janji tidak akan pulang sebelum menemukan Nikita. Shira pergi ya, Ma." Ratih tersenyum. Shira tumbuh dengan baik. Menjadi penurut dan mau melakukan apa pun deminya. Memang seharusnya seperti itu. Mengingat Ratih sudah cukup baik menerimanya di rumah ini.
Shira mengambil jaket dan kunci mobil. Menurut keterangan ibunya, pesta teman Nikita diadakan di sebuah club malam.
Shira memarkir mobilnya tepat di depan salah satu bar terdekat dari rumahnya. Terpampang tulisan STARLIGHT yang tersusun dari lampu kelap-kelip. Ia turun dari mobil, mengamati beberapa orang, berjalan hilir mudik. Tak sedikit yang sempoyongan dipapah temannya berjalan keluar. Beberapa lagi tengah tertawa bercanda baru memasuki bar.
Jujur, ini pertama kalinya Shira datang ke bar. Ia takut-takut. Tapi rasa khawatirnya lebih tinggi.
Shira memejamkan mata. Mengepalkan kedua tangannya, memberanikan diri. Demi Nikita. Kamu bisa!
Begitu masuk bar, Shira merasa dadanya sesak. Begitu banyak kepulan asap rokok. Belum lagi bau alkohol yang menyengat. Ia melewati lorong panjang, sambil menutup hidung. Berharap dirinya tidak muntah saat itu juga.
Sampai langkahnya terhenti di sebuah ruangan. Shira mengintip. Menyaksikan lampu berkelap-kelip dan remang, musik yang diputar memekakkan telinga. Beberapa tampak duduk tenang sambil bercengkerama. Sementara di depan mereka banyak berbagai macam minuman dan makanan. Sedang yang lain sibuk bergumul di hall. Berkerumun berdansa.
Di sisi lain, ada juga meja panjang dengan kursi tinggi. Seorang berpakaian seragam tengah sibuk meracik minuman.
"Minggir!" Shira hampir saja terjatuh. Saat laki-laki bongsor dengan napas pendek yang berisik mendorong dirinya ke samping. Ia juga menabrak beberapa kursi. Membuat dirinya terbentur dan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERAT
ChickLitShira terpaksa menjual dirinya, demi menyelamatkan bisnis ayahnya. Tak disangka, dia jatuh ke tangan Melvin Tenggara. Produser muda kenamaan, yang akhir-akhir ini karirnya melonjak. Film-film garapan Melvin, meledak di pasaran dan memenangkan banyak...