Part 2

19K 410 9
                                    

"Sayang, kamu ngapain?"

Baru saja Bryan sampai kerumahnya, ia sudah menemukan Selina termenung dengan wajah yang begitu masam. Selina juga terlihat masih memakai celemek yang begitu kotor. Wajahnya cemong karena terkena berbagai noda.

"Aku pernah masak nggak sih? Kalau kamu pulang biasanya makan apa? Terus aku ngapain? Kenapa rasanya sulit sekali?" Kesalnya.

Bryan tersenyum kepadanya. Biasanya Selena memang suka memasak, melayaninya dengan baik, serta menjamunya dengan berbagai masakan lezat yang selalu Selena siapkan.

Tapi jika Selina tidak bisa melakukanya, itu bukan masalah buat Bryan. Yang penting wanita itu disisinya. Itu cukup.

Bryan pun menarik Selina untuk duduk di pangkuannya, lalu membersihkan wajah cantik itu dengan tissue yang kebetulan terletak di meja makan tersebut.

"Kamu biasanya pesen makanan sayang, karena kamu nggak bisa masak. Lagian siapa yang suruh kamu masak?" Bohong Bryan. Sesuai saran Aldo, ia akan menciptakan dunia baru untuk Selina. Ia akan membuat wanita itu senyaman mungkin dengan dunianya.

"Pantesan aku nggak bisa masak."

"Terus ini semua kamu yang coba masak?" Tanya Bryan sambil menunjuk berbagai masakan abstrak yang ada disana. Selina mengangguk dengan wajah merona.

"Aku cobain ya?" Ujar Bryan sambil mencoba cream soup yang Selina buat.

"Enak?" Tanya Selina sambil tertawa. "Kok kamu mukanya gitu?!" Lanjutnya semakin terkikik.

"Rasanya... seperti ...."

"Iron man?" Potong Selina sambil tertawa.

"Doraemon hahaha. Kalau Iron man kan enak, ini kan..."

"Abstrak ya?" Kekeh Selina. Bryan pun tertawa sambil memeluk Selina erat. Keduanya tertawa sambil mencoba satu persatu makanan aneh yang Selina masak malam ini.

Dan Bryan pikir, ini pertama kalinya ia bisa tertawa lepas hanya karena mencoba sebuah masakan. Karena Selena tergolong orang yang pendiam, mereka jarang sekali bercanda seperti itu. Berbeda dengan Selina yang cenderung cerewet dan suka berbicara spontan

"Sayang, ini obat dari dokter yang aku temui. Di minum rutin ya?" Ujar Bryan dan Selina mengangguk saja tanpa rasa curiga.

Selina sebenarnya agak sedikit canggung ketika Bryan menyentuh, apalagi bermesraan dengannya. Tapi jika memang mereka sudah menikah, dia harus mencoba percaya dengan Bryan bukan?

Bryan juga tak terlihat seperti orang jahat. Semua bukti dan kenyataan juga mengarah pada kebenaran. Jadi ia akan mencoba menyesuaikan diri sebisanya.

"Bry?"

"Kenapa sayang?"

"Kamu terlihat sangat lelah. Apa ini karena aku? Maaf ya? Bahkan saat di rumah sakit aku selalu memarahimu."

"Hmmm, tidak masalah. Aku sangat mencintaimu Selena. Itu bukan apa-apa."

"Kapan aku akan mengingat segalanya Bry? Aku pengen ingat semuanya. Aku pengen ingat semua hal yang kita lakukan di foto-foto yang aku lihat."

"Sayang, kamu nggak perlu mengingat segalanya. Yang penting kita sama-sama tahu, jika kita saling mencintai. Itu cukup kan? Kita bisa ciptain momen-momen baru yang lebih indah lagi kedepannya. Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu cinta sama aku kan?"

Bryan menatap lekat manik mata Selina yang terlihat gugup. Selina diam sejenak. Ia tidak tahu harus menjawab apa... karena rasa itu seperti belum tumbuh dalam hatinya. Namun pada akhirnya ia memilih untuk mengangguk dan mengiyakan.

Tidak mungkin ia tidak mencintai Bryan. Foto-foto mesra mereka bahkan menunjukkan raut kebahagiaan. Dan jika ia tidak mencintai Bryan, ia tidak akan mungkin menikah dengan pria tersebut.

"Aku mencintaimu Bryan." Ujarnya dengan senyuman.

Bryan membalas senyum padanya. Ia mencium bibir Selina dengan lembut, serta melumatnya dengan penuh kasih. Selina membalas lumatan itu dengan kaku. Entahlah, ia merasa belum pernah melakukannya.

Bryan mengangkat tubuhnya dengan mudah menuju kamar, lalu menindih tubuh kecil Selina dengan tubuh kekar miliknya yang begitu sexy.

Perut kotak-kotak, serta lengan yang kokoh langsung terpampang begitu Bryan membuka kemeja miliknya. Sedangkan Selina bagaikan tersengat listrik kala tubuh itu menempel padanya. Terlebih ketika bibir Bryan secara tiba-tiba menyentuh bagian sensitifnya di leher, serta meremas dadanya dari balik kaos tipis yang ia kenakan.

"Akhhhh Bry.." Desahnya sambil menahan tangan Bryan yang semakin intens meremas dadanya.

"Maaf sayang. Aku tidak tahu kalau kamu belum terbiasa lagi. Aku janji tidak akan melakukannya malam ini, aku hanya akan memelukmu." Ujarnya dengan suara serak, lalu segera menarik tubuh Selina untuk di peluknya.

"Maaf Bry..."

"Aku tahu baby, aku mengerti. Kamu nggak perlu minta maaf."

"Aku akan belajar menerimanya lain kali." Cicitnya.

Bryan pun tersenyum sambil mengangguk, lalu menenggelamkan gadis itu di pelukannya. Rasanya nyaman Selina ada disisinya. Seperti biasa, ia jadi bisa merasakan kehadiran Selena kembali.

"I love you Selena." Bisiknya sambil mencium pipi wanita itu sebelum tertidur.

Ex Sister In Law  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang