1. Serangan Misterius

115 65 55
                                    

"Rissa, bantu Ibu mengangkat ini!" teriak seorang wanita memikul sebuah dus dan beberapa buku di atasnya.

Rissa yang telah selesai memasak berlari mengambil dus yang di bawa wanita itu. "Apa isi di dalamnya, Ibu?" tanya Rissa.

"Barang-barang untuk penelitian sihir," jawabnya, "Oh, iya. Buku-buku yang di atas itu untukmu," lanjutnya mengelap wajah dengan saputangan.

Rissa melihat sampul depan buku yang tertumpuk paling atas dan membaca judulnya. Tanpa pikir panjang, mengambil tumpukan buku dan membawanya ke kamar. Ibunya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya.

Dasar, setidaknya buatkan aku secangkir teh

Di dalam kamar, Rissa meletakkan tumpukan buku yang dibawa Ibunya ke atas meja. Menyalakan lampu lampu lilin dan mengambil buku yang menarik perhatiannya untuk dibaca.

"Menolak lupa, Kekaisaran manusia 1000 tahun yang lalu. Di tulis oleh Alexander Bell," ucapnya membaca judul buku.

Jemari lentik mulai membalikkan kertas buku dengan hati-hati agar tidak robek lalu membacanya. Ia mulai terhanyut oleh sejarah masa lalu yang terdengar membosankan bagi kebanyakan orang. Berbeda dengan dirinya yang sangat menyukai hal berbau sejarah dan pengetahuan akan sihir. Mungkin sejarah ini terdengar seperti dongeng pengantar tidur, membosankan dan membuat ngantuk para pembacanya. Tapi salah satu halaman di dalam buku itu menarik rasa keingintahuan gadis bersurai putih. Sejarah yang terjadi tepat 1000 tahun lalu. Sejarah yang 'tak akan ketika manusia berperang dengan bangsa Iblis yang ingin menguasai bumi.

"Tanah subur itu menjadi tandus dan bergetar, dedauan kering berjatuhan, lalu terbelah menjadi beberapa bagian seperti biskuit kering yang jatuh dari tempat tinggi. Hari mencekam yang membuat siapapun bergidik ngeri."

Mata merah jambunya menelusuri tiap kalimat demi kalimat. Tiap aksara tersusun rapi itu ada satu yang membuat dahinya berkerut. Juga gambar yang menampilkan sesosok wanita berpenampilan layaknya penyihir biasa dengan jubah dan tongkat. Tapi, ini berbeda. Sangat berbeda hingga pupil matanya mengecil.

"Perang tersebut berakhir dengan kemenangan umat manusia oleh seorang penyihir muda bernama Lucuria yang kemudian di nobatkan sebagai Penyihir Agung. Namun sayang, beliau  menghilang begitu saja 100 tahun yang lalu sampai saat ini."

"Aku memang tidak pernah melihat lukisan wajahnya. Tapi, di gambar buku ini ... kenapa dia mirip denganku?" gumamnya, menopang dagu.

Penyihir agung Lucuria yang hilang 100 tahun yang lalu ... pikir Rissa.

Rissa tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara ketukan pintu. Membuatnya sadar kembali ke dunia nyata.

"Rissa, apa kau tidur?" terdengar suara Ibunya bertanya di sebalik pintu.

"Tidak, Bu," sahut Rissa.

"Kau masih membaca? Sudahlah nanti saja, makan malam sudah siap. Kau harus makan tidak ada penolakan!" ucap Ibunya berlalu meninggalkan kamar Rissa.

Rissa menuruti perkataan Ibunya dan turun ke bawah untuk makan malam. Meski sebenarnya ia tidak lapar sama sekali. Aroma hidangan makanan menusuk hidung membuat perutnya keroncongan. Lalu mempercepat langkah kaki menuju dapur.

Terlihat seorang wanita sedang menuangkan sup ke dalam wadah sedikit kesusahan dengan rambut panjangnya tergerai. Segera Rissa menyodorkan sebuah benda yang di butuhkan Ibunya.

"Terima kasih," kemudian mengikat rambutnya.

Rissa memilih duduk dan segera menghabiskan makanannya. "Rissa, berapa umurmu sekarang?" tanya Ibunya juga duduk melahap makanan di meja.

Rissa Became A Witch (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang