4. Tak terlihat.

83 54 17
                                    

"Guru Maghrita, bagaimana caranya membuka buku ini?" tanya salah seorang murid berusaha membuka buku yang di pegangnya.

"Tunggu instruksi dariku. Baru kalian akan membukanya," sahut guru Maghrita.

"Semuanya lewat sini!" titah Madam Maghrita membuka pintu gerbang.

Setelah melewati gerbang mereka di suguhkan dengan pohon yang menjulang tinggi. Begitu rimbun dan sejuk suasananya. Guru Maghrita mengeluarkan tongkatnya dan merapalkan mantra. Cahaya biru terpancar jelas di tongkat sihirnya.

Seketika buku pun terbuka. Lembar demi lembar halaman bergerak lalu berhenti di halaman 207.

"Hari ini kita akan belajar menggunakan sihir. Pertama sihir untuk merubah sesuatu. Baca paragraf terakhir!" ujar guru Maghrita, semua murid langsung membacanya.

"Sihir akan terjadi jika sang penyihir memfokuskan mana di dalam tubuhnya dan membayangkan objek yang akan di ubah. Jika sudah, pusatkan energi ke tongkat dan arahkan ke objek yang akan di ubah. Lalu saatnya merapalkan mantra," jelas Guru Maghrita, mencontohkannya.

"Generate luminous element, light change!"

Cahaya di tongkat Guru Maghrita melesat mengenai batang pohon tak jauh darinya. Membuat pohon itu bercahaya semakin lama semakin memudar hingga menampilkan objek yang di ubah.

"Wah, Kelinci. Imutnya!" seru murid perempuan.

"Kalian semua silahkan praktekkan. Jika ada yang tidak paham, tanyakan saja langsung."

Semua murid mengangguk dan mempraktekkan sesuai contoh. Sedangkan guru Maghrita memerhatikan muridnya. Jika ada yang salah beliau menegur dan menjelaskan ulang materinya. Lalu menyuruh mereka melakukan lagi. Tapi, ya tidak sesuai dengan ekspektasi. Realitanya tidak ada satu pun yang berhasil mengubah objek.

Dasar anak jaman sekarang. Padahal ini mantra termudah. Aku bahkan belum mengajarkan mantra untuk bertarung ... batin Guru Maghrita menggerutu.

"Tidak-tidak, Roy. Bukan begitu caranya," protes Camille.

Roy mengernyitkan dahi tidak mengerti, "apa maksudmu?" tanyanya heran.

"Seperti ini, ya," lalu melakukan sesuai instruksi.

Cahaya kuning di tongkat Camille melesat dan mengenai salah satu batang pohon. Cahaya tersebut perlahan memudar dan menampilkan objek yang di ubahnya. Sebuah kursi dengan ukiran yang cukup bagus.

Guru Maghrita bertepuk tangan dengan senang. "Nah, itu dia. Seperti itulah. Hebat sekali Camille," puji Guru Maghrita.

Akhirnya ada yang berhasil

Camille tersenyum senang menampilkan deretan giginya. "Terima kasih, Guru. Ini bukan apa-apa," ucapnya.

Sementara Roy mengalihkan pandangannya dengan muka tertekuk. "Terima kasih, Guru. Ini bukan apa-apa. Dasar tukang cari perhatian," ucap Roy mencibir. Rissa yang sedari tadi memerhatikan hanya tersenyum tipis.

Jam pelajaran telah usai. Semua murid berhamburan pergi menuju asrama masing-masing. Roy dan Rissa tengah berjalan menuju asrama mereka. Seorang gadis berambut gimbal bewarna cokelat berjalan cepat menghentakkan-hentakkan sepatunya.

"Ternyata kau jahat juga," sindir Rissa, mengingat kejadian tadi di saat kedua temannya bertengkar hebat.

Sementara Roy hanya diam dengan wajah yang masih tertekuk mengacuhkan sindiran Rissa. Membuat gadis bermanik merah jambu itu terkikik geli. Sesampai di asrama Rissa sudah tidak melihat keberadaan Camille.  Tidak mau bergelut dengan pikirannya sendiri, gadis itu memilih segera bersiap-siap untuk makan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rissa Became A Witch (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang