2. Akademi

97 60 31
                                    

"Rissa!" teriak Roy.

Murid lain semakin panik melihat gadis bersurai putih  berjalan mendekati monster yang siap menghabisi siapapun di dekatnya. Salah seorang Guru berusaha menghentikan Rissa tapi tidak bisa seakan ada sekat pelindung transparan yang tidak bisa di tembus.

Siapa sebenarnya anak itu?

Rissa menatap dingin monster yang di kenal dengan nama Minion. Langkah kakinya begitu santai dan bibir yang bergerak merapalkan mantra. Gadis itu mengangkat tangan menghasilkan sebuah gumpalan sihir bewarna merah di setiap jari. Sesaat gumpalan itu memanjang dan memipih seperti jarum.

"Discharge!"

Sihir itu melesat mengenai Minion hingga menembus ke tubuh. Kemudian mengenai Minion yang berada di belakang hingga tidak ada satupun yang masih hidup. Rissa menghela napas lalu beranjak menuju kereta mengabaikan tatapan heran orang-orang pada dirinya. Merasa sudah aman dari serangan, mereka semua kembali ke kegiatan masing-masing.

"Kau keren, Rissa!" puji Roy dengan mata yang berbinar.

"Kau berlebihan, Roy," kilah Rissa, mengunyah roti yang ada di mulutnya.

"By the way, terima kasih traktirannya," ucap Roy tersenyum dan memakan biskuit di tangannya.

"Itu karena kau lupa membawa uang!" ketus Rissa yang di balas cengiran oleh Roy.

Sisa perjalanan mereka menuju Akademi Alaistar di sibukkan oleh bincangan tentang berbagai pengalaman dan juga sejarah sihir di Akademi. Lebih tepatnya Roy yang berbicara sementara Rissa lebih memilih diam mendengarkan. Gadis itu masih memikirkan monster yang menyerang tadi. Tanpa sadar matahari telah tenggelam sedari tadi. Kini langit di hiasi oleh campuran warna violet dan biru tapi masih ada sedikit warna jingga.

"Roy, kita sudah sampai," ucap Rissa melihat bangunan megah seperti kastel di tengah hutan.

"Benarkah?" Roy ikut melihat.

"Semuanya kita sudah sampai. Ambil barang-barang kalian jangan sampai ada ketinggalan," ujar salah seorang penyihir yang terlihat seperti Guru.

Rissa dan Roy mengambil barang-barang mereka lalu keluar dari kereta. Mereka di sambut oleh pria berbadan buntal dengan jenggot panjangnya.

"Selamat datang di Akademi sihir Alaistar. Tempat di mana kalian akan tinggal dan belajar sihir di sini. Perkenalkan namaku Aldric, aku akan memandu kalian. Ayo ikuti aku," ucapnya memperkenalkan diri dengan singkat sambil melambaikan tangan.

Jika di lihat dari kejauhan akademi Alaistar terlihat begitu dekat tapi jika kita berjalan kaki ke sana ternyata masih jauh dari tempat pemberhentian Kereta. Mereka harus melewati padang rumput dengan sedikit pohon lalu menaiki jembatan yang di bawahnya terdapat danau luas langsung terhubung dengan gerbang. Pintu gerbang terbuka, kali ini mereka melewati halaman Akademi lalu memasuki pintu bangunan sayap kiri yang merupakan asrama. Di depan pintu berdiri seorang penyihir wanita berpenampilan rapi dengan wajah yang tersenyum ramah.

"Aku hanya mengantarkan kalian hingga sini. Selanjutnya kalian akan di pandu oleh Nona Magritha," ucap Aldric lalu pergi.

"Namaku Magritha. Aku akan memandu kalian semua. Mari ikuti aku," ucapnya berjalan lebih dahulu.

Pintu di buka dan di sambut dengan ruangan nuansa klasik  bercat bewarna hitam, cokelat dan emas.  "Asrama perempuan berada di lantai dua, silahkan barang-barang kalian dengan nomor kamar tertera di kartu," ucap Nona Magritha, membagikan kartu pada masing-masing murid.

"Satu kamar di tempati oleh dua murid."

"Ya, Rissa kita berpisah di sini," ucap Roy melambaikan tangan.

Rissa Became A Witch (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang