Dimitri-
Gue menjatuhkan tubuh di kasur setelah membilas tubuh gue yang lengket, mandi malam it's a great choice, and literally today is the worst day ever. Masih enggak nyangka, bisa-bisanya bolos ke Bali tanpa rencana dan disana Cuma mendengarkan stupid reason from Randy Hartono.
Rasanya bener-bener capek, capek badan, capek hati? Capek jiwa raga. Coba bayangin aja lo berusaha keras, berlatih, membagi waktu kemudian apa yang lo usahakan sia-sia? Rasanya Cuma bisa ketawa aja mengingatnya.
Niat mau istirahat dengan tenang tapi... Suara gaduh, barang jatuh klontang klanting, bunyinya dan nyaring. Kemudian lagu anak- anak baby shark yang terdengar cukup kencang, ini Mbok Darmi lupa cara ngecilin volume TV lagi atau gimana sih.
Bener- bener. Ya ampun apa lagi ini!! Gue beringsutan gak karuan. Tidur!. Gue butuh tidur. Untuk saat ini. Bantal ukuran gede langsung gue tekuk buat nutupin kepala, biar keredam sedikit itu suara.
TOK....TOK.....TOK....TOK.....
Gue masih bisa denger suara ketokan pintu yang lebih kearah gedoran.
"Mas Dimi.... Mas!!"
Ada dua hal yang gue benci kalau lagi di rumah. Satu kalau lagi sepi. Dua rumah rame dan berisik. Gue maunya tenang tapi ya enggak tenang gitu lho.... Balance antara rame sama sepi.
"Masuk aja Mbok" jawab gue males dengan bantal yang masih menutupi muka. Gue yakin pasti minta diajari cara ngecilin volume speaker lagi. Maklum aja sih bokap mengganti semua Bahasa entah di TV, Home teater-nya bahkan barang elektronik lainnya dengan Bahasa Czech. Katanya sih biar enggak lupa sama Bahasa aslinya. Tapi malah kasihan sama Mbok Darmi.
"Kenapa Mbok?" Tanyaku Ketika ia sudah berdiri di samping Kasur dengan jemarinya yang berpegangan dan kepala yang menunduk terus sesekali melihat ke arah pintu kamar persis banget ia menunjukan gestur orang bingung.
"Anu Mas Dimi.. eeee" kepalanya lagi-lagi menengok ke arah pintu.
Gue bangkit dari posisi tidur ke duduk dan menatap heran Mbok Darmi "Anu kenapa siih?" tanya gue sekali lagi. Bikin pusing aja dari tadi enggak ngomong-ngomong dikira gue cenayang apa?
"Noel badannya panas" ucapnya setelah dari tadi hmmm... hammmm sama anu-anu.
Ya tuhan Mbok Darmi bikin elus-elus dada aja. "Ya kasih obat Mbok, ada obat sirup anak kayaknya di P3K. lusa kemarin sudah aku beli kok obatnya jadi gak mungkin enggak ada."
"Bukan itu mas.... Mbok udah kasih obat panas dari tadi pagi. Tapi panasnya enggak turun-turun, Mbok juga udah ngompres, tapi ya tetep gitu enggak ada perubahan, terus barusan tadi di termo panasnya 38.8 Mas" ujarnya menjelaskan dan mata gue serasa mau keluar gara-gara pernyataan Mbok Darmi.
"Kenapa baru bilang sih? Kalau panasnya udah dari tadi pagi! Mami mana?" gue bangkit dari Kasur dan bergegas setengah berlari menuju kamar Noel.
"Nyonya dari pagi ke kantor mas" jawab Mbok Darmi dibelakangku.
Suasana kamar Noel saat gue masuk adalah aroma bawang merah yang menyengat, setelah mematikan TV yang lagi menayangkan lagu Baby Shark yang extra kencang volumenya itu, gue langsung loncat ke samping Noel.
Agak meringis nih anak. "YA TUHAN MBOK!" Teriak gue "mau buat sambel matah di kepala Noel?" ucap gue berbisik tajam ke arah Mbok Darmi, perempuan usia hampir 40 tahun itu meringis. Kini Noel bangun matanya sayu banget, yaampun kasihannya. Ia terbangun gara-gara teriakan gue tadi, pasti.
"S-Sorry boy...." Gue mengelus puncak kepala Noel dan menyingkirkan potongan bawang dari dahi dan lehernya, bener panas ini anak.
"Mbok, minta tolong suruh Pak Taji nyiapin mobil ya?" pinta gue.
YOU ARE READING
Tab-5
Teen Fiction"Mari kita bertanya, bagaimana perasaan kalian setelah menjadi pacar dari Personil Tab-s." "Aduh pertanyaanya.... jujur biasa aja sih... karena gue pacaran sama Fabio saat dia belum terkenal dan sekarang cuma bisa pasang mental aja. Orang-orang ne...