Ramalan

57 48 21
                                    

Ada yang nunggu Dylan update?

Happy Reading!

Entah mengapa sosok laki-laki itu datang pada ku, apa dia tak melihat jika wajah ku sedang kesal? Dan se-enak nya saja dia mengajak ku mengobrol, plagiat kata-kata Dilan untuk Milea lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah mengapa sosok laki-laki itu datang pada ku, apa dia tak melihat jika wajah ku sedang kesal? Dan se-enak nya saja dia mengajak ku mengobrol, plagiat kata-kata Dilan untuk Milea lagi. Yang paling parah, dia mengaku bernama Dylan.

Tak ingin pusing memikirkan ramalan konyol laki-laki itu membuat ku acuh. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Untung saja gerbang tak tertutup seperti kemarin.

Awalnya semua baik-baik saja, aku masuk kelas dengan bahagia. Mengobrol bersama Nesa sahabat ku. Hingga bel masuk berbunyi. Semua murid sibuk mencatat materi yang guru berikan.

Tok tok tok

Suara pintu di ketuk, setelah nya sosok laki-laki kemarin berjalan masuk sembari menyunggingkan senyuman tengil yang sangat ku benci.

"Maaf bu, saya murid baru. Di perintahkan langsung oleh Bapak Asep selaku Kepala Sekolah untuk masuk kelas ini." ujarnya membuat perut ku mual seketika.

"Baik, sekarang perkenalkan diri mu!"

Laki-laki itu menghadap kearah ku. Ah tidak, maksudku pada semua murid di kelas. Namun tatapan nya justru jatuh kearah ku, apa aku Gr?

"Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Dylan Atmajaya bukan pujangga namun idola nya kota kembang. Sedang mencari Milea, barang kali ada. Sekian!!"

Sorak-sorai tawa terdengar sampai ke telinga ku. Laki-laki bernama Dylan itu memang gila, sangat gila.

"Ada yang di tanyakan?" tanya Bu Mira.

'Bagi Id line nya dong'

'Bening ya, kaya cinta aku ke kamu'

'Ganteng nya!'

'Yuk lah gabung jeng urang, kuy!'

'Jumlah cogan meningkat'

Mungkin seperti itu lah pertanyaan yang ku dengar untuk nya. Semua terlihat welcome dengan kedatangan nya, yang ternyata membuat seisi kelas makin ancur tak terkendali. Kelas ku ini terkenal bobrok sana-sini. Langganan kasus, langganan razia, langganan juara pun ada. Persis kaya gado-gado, campur aduk sama rata.

Satu lagi, motto kelas ku yang terkenal sejagat raya alam semesta.

Motto
🔫XII IPA 1🚬

Dengan ini kami mepersembahkan:
Bersatu kita akur
Berulah kita ancur
Berani kita tempur
⬇️⬇️⬇️
Skuy mundur!!!

Setelah candaan garing itu berhenti, Bu Mira guru yang sedang mengajar menunjuk bangku kosong di belakang ku. Sekali lagi Di BELAKANG KU, dunia ku akan hancur sebentar lagi.

"Ramalan ku benar, kita bertemu lagi. Ingat namaku, Dylan. Bukan sebuah kehaluan."

Aku tak melirik nya barang sedikit pun, hanya deheman kecil yang menjadi respon ku. Namun ia masih tetap dalam posisi semula. Diam, memandang kearah ku.

Tuk

Sebuah coklat batang panjang lengkap dengan bungkus rapi di letakkan di meja ku. Kini kepala ku spontan menoleh kearah nya.

"Ngapain?"

"Kata nya coklat bisa bantu mood seseorang berubah."

"Sorry, ngga butuh."

"Ambil aja, rezeki jangan di tolak!" Dylan duduk di tempat nya. Keadaan kembali tenang, untuk saat ini. Entah besok, lusa atau masa yang akan datang.

Ku pandangi coklat itu, naif jika aku tak menginginkan nya. Dengan gengsi ku yang tinggi, akhirnya aku menyerah. Meletakkan nya baik-baik di bawah meja. Tepat di dalam tas biru ku. Aku tak tau saja, di belakang sana sosok itu tersenyum kecil melihat tingkah ku.

"Jadi siapa yang belum mengerti rumus phitagoras?"

Semua mata melirik kearah ku. Ah, tepatnya belakang meja ku. Dylan mengangkat tangan membuat ku sedikit terkejut.

Apa dia bodoh?

Hei, soal itu mudah!

Maklum saja, aku berpikir seperti itu. Karena menurut ku rumus matematika itu it so easy. Semudah membalikkan fakta yang ada.

"Apa yang tidak kamu pahami Dylan?" tanya Bu Mira.

"Terlalu sulit di ungkapkan, seperti perasan. Itu lah yang tidak saya paham!!!"

'Daebak!!!'

'Meleleh aku bang'

'Idola kita cucu eyang Dilan ternyata, penuh romansa cinta'

"Sudah, sudah. Dan untuk kamu Dylan. Ibu ngga paham apa yang di tanyakan."

"Sama, saya juga."

"Pertemuan hari ini ibu cukup kan disini saja, jangan lupa kerjakan tugas matematika halaman 10. Pertemuan selanjutnya di kumpulkan."

Begitu lah jadi nya, jam pelajaran tidak kondusif. Perkiraan tentang ketenangan fisik dan batin mulai di ragukan. Karena ku pikir sebentar lagi, semua yang ada di kelas haruslah masuk RSJ.

-@Mia

⚜️⚜️⚜️⚜️

Gimana nih ekspektasi kalian sejauh ini?

Mau lanjut atau enggak?

Jangan lupa untuk vote, comment, and follow me🤗

DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang