Aku up lagi ya!!!
Vote, Comments nya udah?
Kalian Tim mana? Dylan or Mia!
Happy Reading guys
Mia, nama gadis yang menarik perhatian ku. Sosok jutek dengan gengsi tinggi nya itu membuatku tertangtang untuk mengalahkan nya. Wajahnya imut, bertubuh mungil. Duduk didepan meja ku.
Fase ke-ingintahuan ku, pada nya meningkat drastis. Aku tak tau sungguh, aku menyukai nya. Karena dia..... Menarik.
Pertanyaan muncul di benak ku. Mungkin kah dia Milea ku? Ya, aku berharap memiliki kisah seperti Dilan dan Milea yang terkenal itu. Hingga aku pun tak menyadari bila aku plagiat quotes milik Dilan. Pak @Pidi Baiq aku minta maaf, sungguh. Semoga saja di terima ya😅
Bel istirahat berbunyi, ku lihat Mia buru-buru memasukkan semua alat menulis nya ke dalam tas. Ia menarik tangan teman nya untuk pergi.
Mungkin kah Mia terganggu dengan kehadiran ku? Seharusnya nya tidak. Karena aku calon pacar nya, dan sudah seharusnya nya dia menerima ku.
Aku mengeluarkan secarcik kertas, dengan tulisan yang bermakna untuk nya. Lalu ku lipat hingga berbentuk pesawat terbang. Selanjutnya, ku simpan di tas biru milik Mia. Berharap saja, bila nanti nya kertas itu terbaca oleh sang penerima.
"Tong nyorangan wae atuh! Bisi aya setan, terus ngadeukeutan. Kenal keun, Radit asli sunda."
"Dylan."
"Apal bahasa sunda teu?" tanya Radit membuat ku tersenyum kecil.
Jangan khawatir bung, bahasa sunda sudah melekat dalam hati, jiwa dan raga ku. Walaupun hidupku berpindah-pindah seperti human jaman dulu.
"Pasti atuh."
"Mantap pisan.... kuy lah urang babaturan. Urang ngantin, traktir poko na!!"
"Siap, laksanakan."
Teman pertama ku terlihat asik. Walaupun awal nya aku merasa di remehkan, tapi tidak apa-apa. Karena Radit mengira aku tidak mengerti apa yang di ucapkan nya.
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai kantin, karena kelas ku di lantai dua. Sehingga waktu nya habis untuk menuruni anak tangga. Baru saja, memasuki area kantin, pandangan ku langsung terkunci, tepat pada arah jarum jam 9 di pojok sana. Mia gadis itu tengah bercanda ria dengan sahabat nya. Ku langkah kan kaki ku kearah nya, di ikuti dengan Radit di belakang.
"Boleh gabung?" tanya ku ramah.
Alasan dalam pendekatan check✔️
"Ngga. Pergi sana, ganggu orang makan aja!" wajah nya berubah jutek, aku menyukai nya. Harus kah ku tanyakan pada dokter atas sikap ku ini. Mungkin aku memiliki riwayat penyakit dalam.
Namun bukan Dylan nama nya, jika aku menyerah begitu saja. Tenang aku masih memiliki 1001 cara untuk mendekati nya.
"Ini tempat umum, semua punya hak Mia, ngga baik kamu jahat sama anak baru." Nesa sahabat Mia berpendapat, membuat Mia semakin kesal.
"Jadi kamu bela-in dia Nes?"
"Bukan gitu, tapi kan meja penuh semua Mi."
"Tah bener, ari si Mia teh ku naon cenah? pms maneh teh?!" Radit langsung duduk, mencomot batagor milik Nesa.
"Radit.... Batagor abi naha di dahar ku maneh? Meuli sorangan kaditu!"
"Sellow atuh Nes, nge-gas kitu. Kan urang teh bes plent poleper. Bagi dua nya?"
"Ulah, kaditu maneh."
"Duduk boleh?" tanya ku lagi.
Menghiraukan pertengkaran Radit dan Nesa yang hebat nya mengalahkan perang dunia ke-dua. Jika saja, nantinya mereka berpacaran. Aku sangat siap di garda terdepan untuk memaki nya.
"Terserah." Mia berdiri hendak pergi, membawa serta makanan nya yang belum habis. Cepat-cepat ku raih tangan nya.
"Jangan terlalu benci, nanti cinta."
"Mimpi."
Siluet Mia hilang di tengah kerumunan kantin. Sekali lagi aku tersenyum karena sikap nya. Aku rasa fase keinginan tahun ku meningkat menjadi fase menyukai nya.
Aku meletakkan uang pecahan 100k di meja. Lalu bergerak pergi, dari kantin. Misi ku mengejar nya, sebelum kehilangan.
"Woi.....kamana?" Radit berteriak kencang, tentu aku mendengar nya. Namun telinga ku seakan tuli sekedar menjawab pertanyaan yang ia lontarkan padaku.
Saat ini aku memang masih mengejar nya, tapi nanti setelah berhasil menggenggam tangan nya, aku berjanji tak akan pernah melepaskan nya.
-@Dylan
KAMU SEDANG MEMBACA
Dylan
Teen Fiction"Kamu Milea ya?" Alis gadis itu naik sedikit, heran mungkin. "Bukan." "Oh kirain, gimana kalau aku ramal kita ketemu lagi besok." usaha ku berhasil. Ia menoleh sempurna padaku. "Jangan kebanyakan nonton film. Tuh kata-kata punya Dilan buat Milea...