02 Wanodya

2 0 0
                                    

Hari kedua ospek, bagiku kegiatan seperti itu hanya sekedar formalitas. Katanya tujuan dari ospek adalah mengenal dan memahami lingkungan sekolah sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.Tapi kenyataannya malah menjadi media baru untuk jadi terkenal.

Sebenarnya tidak masalah juga jika seperti itu, hanya saja cara yang mereka gunakan yang kurang kusuka. Jika hanya berakting seolah-olah tegas tak apa, tapi jika mereka mempermainkan anak baru itulah yang jadi masalah. Sayangnya eksistensi berada di atas semuanya, dan banyak orang yang ingin menggapainya, lalu menghalalkan berbagai macam cara agar terpenuhi. Tak sedikit juga anak baru yang cari perhatian untuk jadi terkenal.

Brum.... *Terdengar suara mobil di depan rumah.

"Kak itu Paman udah dateng," ucap Nadya.

"Iyah Nad, cepet pakai sepatunya," kataku.

...

"Assalamualaikum," ucap Paman ketika masuk rumah.

"Waalaikumsalam."

"Sip Nadya udah siap, kalo udah pake sepatunya langsung ke mobil yah," kata Paman.

"Siap Paman," balas Nadya.

"Oh iya Dik, gimana motornya?" tanya Paman.

"Alhamdulillah Paman, Dika jadi gampang buat berpergian sekarang," jawabku.

"Alhamdulillah kalo kayak gitu, semoga kamu semakin semangat yah," ucap Paman sambil menepuk-nepuk pundak ku.

"Aamiin, terima kasih Paman."

[Alisa POV]

~

Dika, bsk berangkat bareng yuk
✓✓

~

("Yah, cuma dibaca,)" kataku dalam hati. Semoga saja dia dateng kesini.

"Alisa, habisin sarapannya jangan main HP terus," kata Ibuku.

"Iya Mah," balasku.

"Iya tuh Alisa, ntar kamu telat kalo lama sarapannya," kata Ayah.

"Iya Pah," kataku sembari tersenyum.

Hari-hariku selalu begini, obrolanku dengan orang tuaku sebatas ini saja. Mereka selalu saja sibuk dengan pekerjaan mereka. Ada rasa keinginan untuk bisa curhat ceria bersama mereka, tapi terakhir kali kucoba aku malah dimarahi. Ibu bilang, "Alisa! Mamah gak ada waktu buat dengerin kamu." Ayahku pun sama saja.

"Neng~" Bi Uni memanggil.

"Iya Bi," balasku.

"Itu di depan ada Dika," katanya.

"Oh kamu minta anter sama dia, gak mau pake taxi aja?" tanya Ibuku. "Yah gapapa kali Mah, itung-itung gak keluar ongkos," sambung Ayah.

"Iya Mah, aku minta anter sama Dika," kataku.

"Ya udah cepet sana berangkat," ucap Ibuku.

"Iya Mah, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," kata Ayah, Ibu tak menjawab salam dariku. Beliau hanya menatapku dengan raut wajah yang membosankan.

...

"Yuk Dik," kataku sembari mengenakan helm.

"Papa, Mama kamu masih belum berangkat?" tanya Dhika.

"Iyah Dik masih."

"Boleh nunggu mereka keluar dulu gak? Aku mau nyapa mereka sekalian pamit."

"E-em gak usah Dik, kita langsung aja," kataku sambil menaiki motornya.

DhikalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang