03 Hanya Sebatas Tukang Tidur

1 0 0
                                    

Setengah semester berlalu, aku bersyukur aku dapat menambah teman di sini. Teman yang kumaksud adalah bukan orang yang sekedar numpang lewat, mereka adalah orang yang dapat menerima keberadaan.

Aku selalu bekerja sepulang sekolah dan selesai larut malam. Paman pernah bilang padaku, "Sudahlah, kau fokus saja dengan sekolahmu, soal ekonomi kalian biar Paman yang tanggung."

Jasa Paman bagi kami itu sudah lebih dari cukup. Aku bekerja bukan hanya untuk mendapatkan uang semata, tapi juga untuk kelangsungan hidupku di masa depan. Aku mempunyai seorang adik perempuan, dan dia adalah tanggung jawabku. Oleh karena itu, aku tidak bisa jika terus menerus dibantu orang lain.

Aku sadar akan kemampuanku yang sekarang, aku masih membutuhkan bantuan Paman. Tapi aku yakin, uang hasil kerjaku saat ini akan berguna kedepannya. Aku juga percaya, suatu saat aku bisa terlepas dari Paman.

"Assalamualaikum," kataku saat sampai rumah. Tercium aroma sedap dari dapur, baunya seperti sesuatu yang berkuah.

Setelah membuka sepatu aku pun pergi ke dapur. Ku lihat Nadya sedang memasak di sana. "Assalamualaikum Nad," kataku.

"Waalaikumsalam Kak," balasnya tersenyum.

"Kamu masak steamboat?" tanyaku.

"Iya Kak, tadi aku lihat resepnya di buku catatan Ibu, karena penasaran jadi aku coba buat," jawabnya.

"Bahan-bahan ini, Paman yang beli?"

"Enggak Kak, ini dikasih sama Pak Ustaz, katanya ini imbalan karena Kakak udah ngebantu ngerakit lemari."

"Ouh gitu hehe, alhamdulillah yah Nad."

"Iyah Kak, oh iya tadi juga Paman ngasih uang bulanan, udah aku simpen di tempat biasa."

"Oke."

***

"Baiklah anak-anak, pelajaran kita cukupkan dulu, silahkan beristirahat," ucap Bu Guru.

"Dik, Dika!" ucap Gege yang berusaha membangunkanku.

"Hmm?" kataku yang masih menundukan kepala di atas meja.

"Sekarang udah waktu istirahat lur, bangun."

"Oh udah istirahat yah," kataku yang berusaha bangkit.

"Yoi makanya jangan molor mulu, yuk keluar cari angin," ajak Gege.

"Kau ajalah Ge, aku masih mau di sini."

"Hah... ya sudahlah, oh iya katanya anak-anak mau ngumpul di kantin lur, yakin gak mau ikut?"

"Enggak Ge."

[Alisa POV]

Waktu masih ospek, ada banyak orang yang menjapriku. Aku baru sadar ada satu orang yang tidak ada di sekolah ini. Namanya Akram, dia mengaku sekelas denganku saat itu. Tapi hingga sekarang aku tak menemukan anak tersebut. Sudah kutanya beberapa siswa dan guru, mereka bilang bahwa tidak ada siswa yang bernama Akram.

"Halo guys," ucap Gege yang lalu menghampiri kami.

"Sendirian aja Ge, si Dika mana?" tanya Zian.

"Gak tau tuh anak, tadi gue ajak ke sini gak mau," jawabnya.

"Alis susul Dika gih, kayaknya kalo kamu yang ngajak dia mau," ucap April.

"Gak usah disusul, mungkin tuh anak lagi pengen tidur," kata Reiza.

"Iya juga sih yah, tadi waktu jam pelajaran pertama sampe keempat dia keliatan banget nahan ngantuk, pas diujung waktu baru deh dia ketiduran," sambung Gege.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DhikalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang