over

3.2K 246 32
                                        


Chat |

Anonymous
here
📍location

Me
ya

"Whatt, bego nya.... Udah setahun dan muncul nya gak jelas banget" Sheira memijat pangkal hidung, ber cekcok dengan pikirannya yang ruwet saat ini.

Bertemu mantan crush benar-benar hal tidak terduga sepanjang Sheira bermain sosial media selain hal-hal mengejutkan juga absurd.

Padahal cuma teman anonymous--lain di hati. Iya, cuma kenalan lewat Anonymous Chat saja tetapi mengapa bisa sampai sejauh ini? Kalau saja dari awal mereka bertukar pesan di aplikasi Tinder mungkin masih bisa dimaklumi .

Ah, Sheira malas. Tapi ia penasaran juga. Ada gerangan apa Abyan memintanya bertemu?

𓂃

"Shei, gue mau serius. "

"Serius apa ya?"

Abyan mengusap wajah nya kasar, bingung dan gugup.

"Serius sama lo."

Sheira menautkan alisnya bingung. Tunggu, ia memang tidak mau berpikir yang jauh-jauh. Tapi, kenapa perkataan Abyan ini seperti bermakna ganda? Bagaimana bisa orang tidak berpikir yang aneh-aneh?.

"What are you talking about? Bisa lebih detail, Byan?"

"Berhubungan serius. Sama. Lo. Sheira" jelas Abyan menekankan kata.

Sheira membola.

'WHAT THE FUCK?' batin Sheira memekik.

"Wait, aku tau prinsip kamu dalam berhubungan emang gak suka pacaran.... but? Kamu ngerti kan apa yang kamu omongin?"

Abyan mengangguk "Sangat ngerti."

Sebelum Sheira kembali membuka mulut, Abyan sudah berbicara terlebih dahulu.

"Kita gak harus buru-buru, Shei. Gue juga tahu lo masih punya banyak hal di depan-kuliah, mimpi lo, hidup lo. Tapi gue juga gak mau yang cuma numpang lewat di hidup lo." ucap Abyan pelan, suaranya tenang tapi jelas.

Meski terdengar dramatis. Itu benar adanya.

"Gue udah bilang ke orang tua lo waktu kelulusan itu. Tentang niat gue. Mereka... surprisingly setuju. Mungkin karena gue ngomong apa adanya."

Dia berhenti sejenak, menarik napas.

"Gue gak pernah main-main soal perasaan. Dan jujur? Gue belum pernah ngerasain yang kayak gini sebelumnya."

Matanya menatap Sheira, serius tetapi tidak mengintimidasi.

"Gue tau ini bukan hal gampang. Tapi sejak kita ketemu di kafe itu, rasanya tuh... beda. Gue berhenti main Telegram, bukan cuma karena lo, tapi karena gue ngerasa waktunya untuk grow up. Gue butuh waktu buat ngerti apa yang gue rasain, dan gimana cara nunjukin itu ke lo dengan benar."

Abyan melirik ke bawah sejenak, lalu kembali menatap Sheira.

"Gue masih kuliah. Gue juga lagi prepare banyak hal buat masa depan gue sendiri. Tapi di antara semua itu, gue pengen lo tau. Gue niat jalanin ini. Sama lo. Pelan-pelan, satu langkah satu waktu, sampai kita cukup kuat buat bawa ini ke tahap berikutnya."

Sheira masih dalam posisinya. Mulutnya juga tak berubah. Ini serius atau prank sih? Maksudnya, Shei bahkan baru pacaran sekali itu pun ketika SMP. Masih terlalu norak dengan cinta monyet.

Emm, sebenarnya Shei juga belum bisa move-on dari Abyan. Jujur saja. Tapi mengapa harus secepat ini?

"Sheira?" panggil Abyan, lembut namun penuh makna.

Shei sedikit terlonjak, lalu buru-buru mengatur napasnya. Dia melirik ke arah Abyan yang mana tidak ada lagi gurauan di sana, tidak ada nada main-main. Tatapan cowok itu jernih, tenang, dan serius yang mana justru membuat jantung Sheira semakin tak karuan.

"Pelan-pelan," gumam Sheira dalam hati. "Kita bisa jalanin ini pelan-pelan."

Abyan masih kuliah, iya. Tetapi dia juga sudah mulai bekerja. Punya rencana. Tidak hanya janji-janji manis. Tidak muluk-muluk

Aman. Semuanya terasa... aman.

Dan entah mengapa, untuk pertama kalinya, Shei merasa tidak takut dengan kata 'serius'.

Dia mengangguk kecil, hampir seperti refleks, lalu suaranya keluar, pelan namun penuh keyakinan.

"Iya... oke. Kita jalanin bareng, pelan-pelan aja."

𝐀 𝐍 𝐎 𝐍 𝐘 𝐌 𝐎 𝐔 𝐒 (𝐋𝐎𝐕𝐄) 𝐂 𝐇 𝐀 𝐓

Anonymous Chat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang