One

11.9K 348 1
                                    

Mentari tersenyum penuh menyambut pagi ini dengan teriknya. Tak ada lagi awan kelabu. Tak bisa lagi membolos seperti tiga hari yang lalu. Dia menggeram kesal karena bunyi jam bekernya yang mencekik telinga.

"Aorta, kau akan telat masuk kelas pagi. Bangun atau aku akan buatkan petasan dari korek api!" Teriak ayahnya yang masih sibuk dengan eksperimen barunya.

"Shut up, Dad! Aku benci panggilan itu. Well, aku tidak takut dengan Petasan kecil itu. Asal kau tahu itu." Ucapnya yang masih saja terlelap nyenyak dalam gulungan selimut tebalnya.

"Oh, bagaimana kalau.. aku buat balon tiup raksasa?" Teriak ayahnya lagi.

"NOOO! YA, Okay. Aku bangun. Kau tak perlu cemas."

Dia punya ketakutan yang begitu besar pada balon tiup yang mudah pecah. Entah apa alasan nya, dia benci sekali balon tiup itu.

Tak butuh waktu lama untuk bermanja diri dalam kamar mandi, dia pun sudah siap dengan kaus pink pastel, parka hijau toska, dan juga celana pensil birunya.

Dia segera turun ke lantai bawah untuk sarapan.

"Good morning!" Sapanya saat menuruni tangga.

"It's not morning anymore, Aor." Meja makan yang memang hanya tersedia lima bangku, terlihat begitu sepi karena 4 bangku lainnya kosong melompong, Seperti biasanya. Hanya ada adiknya saja yang menyahuti sapaannya.

"Shut up you, lil brotha." Ejeknya pada Niall, Si adik.

"Lil, lil, lil. Always called me lil." Ucap Niall sambil menyuap sendok per sendok buburnya.

"Kemana Mom?"

"Hey, do you get amnesia, huh? Same like 15 years ago."

Mustahil jika ibunya bisa menyiapkan sarapan dan bisa ikut makan bersama. Dia pasti dapat telfon mendadak lagi dari jutaan pasiennya yang tak kunjung sembuh dari penyakit jiwanya.

Lucu sekali.

15 tahun sudah semua berjalan seperti ini.

Entah karena faktor si pasien yang tak kunjung sembuh atau Stok pasiennya yang tak pernah habis.

Sedangkan ayahnya,

Sebutlah dia ilmuan gila.

Mungkin jatah makannya per hari bisa lebih sedikit dari para pengemis yang kesulitan mencari makan. Sampai-sampai, hampir seperti tak terlihat ada daging pada tubuhnya. Kantung matanya semakin hari semakin membesar. Mungkin jika ada yang menanyakan Tanggal berapa atau hari apa, otaknya tak lagi bisa mengingat.

"Kau tidak masuk sekolah?"

"Secondary School, banyak libur."

"Sombong sekali, kau."

---

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang