Three

4.5K 235 0
                                    

Dan, bel pemutus kepenatan berdering. Bel istirahat, maksudnya. Semua siswa menuggu nya bersuara.

Hampir seluruh dari siswa kedokteran, sudah beranjak dari duduk nya, dan berhambur keluar kelas dan mungkin menuju ke kantin. Lain hal dengan gadis brunette yang memakai parka hijau toska, bernama Aorta. Dia masih dalam tempat duduk nya di deretan ke-empat paling depan, bagian kiri. Dia masih mencoba memecahkan soal tentang Hukum Archimedes itu dengan sangat cermat.

"YEAY!" Sontak, Aorta bersorak gembira karena dia berhasil memecahkan soal dari Mr. Weg.

Tanpa ia sadari, masih ada seseorang di dalam kelas kedokteran, yang belum juga beranjak dari duduk nya.

Aorta membereskan buku dan alat tulis nya kedalam Map merah, lalu beranjak dari duduk nya. Dia melihat seorang lelaki masih saja duduk di tempat nya. Di deretan yang sama dengan nya, hanya beda nya, dia duduk di sisi kanan.

Aorta mengingat nama nya.

Bagaimana tidak?

Dia menertawai nama cowok itu tadi.

Ya, Kafa.

"Hey, kau tak ke kantin, 'Kafa'?" Ucap Aorta dengan sedikit nada meledek.

Cowok itu lalu beranjak dari tempat nya, dan keluar kelas, meninggalkan Aorta sendiri tanpa sebaris kata pun.

Cowok yang aneh

Pikir Aorta.

Dia pergi keluar kelas, dan berjalan menuju Halaman belakang sekolah.

Sesampainya ia di Halaman belakang sekolah, dia memilih duduk dibawah pohon rindang ketimbang duduk di atas bangku taman yang penuh dengan siswa yang tak ia kenali.

Dia meraba saku nya.

Sial! Kenapa bisa tertinggal?!

Ya, earphone yang biasa nya dia bawa kemana-mana, tertinggal. Dan mau tidak mau, dia harus membaca buku tanpa alunan musik. Dia membawa novel karangan Mitch Albom yang berjudul The Time Keeper.

Rasa nya dia benar-benar tidak bisa membaca dengan tenang karena suara gaduh yang berasal dari berbagai sudut mengganggu telinga nya.

Aorta menyerah.

Mungkin saat ini memang bukan waktu yang tepat untuk membaca.

Dia menghembuskan napas dengan kasar, dan memejamkan mata untuk beberapa detik.

Mata nya mendapati satu bangku halaman yang kosong.

Daripada duduk disini, sendiri. Jauh lebih baik duduk di bangku, bukan? Rezeki tak boleh ditolak.

Pikir nya.

Dia pun beranjak dari duduk nya, dan berjalan mendekati bangku kosong itu.

Namun, ternyata ada seorang lelaki yang ya, tentu dia kenal, tidur di salah satu bangku. Bangku itu ada dua tempat, dan dia tidur disalah satunya. Ya, lelaki itu Kafa.

Aorta tak perduli. Lagipula dia bisa duduk di bagian yang satu nya, bukan? Dan, pilihan nya adalah tetap duduk di bangku itu. Bersama Kafa yang terpejam pulas, sepertinya.

Dan, Aorta melanjutkan kegiatan membaca nya. Ternyata benar, jauh lebih nyaman disini. Bangku ini jauh dari suara gaduh, dan keramaian. Bagaimana seorang lelaki yang tidur di bangku ini tidak tertidur pulas? Bangku ini letak nya cukup strategis untuk menyendiri.

"Kau tak bisa lihat bangku ini sudah ditempati, huh?" Dan prediksi nya akan seorang lelaki yang tertidur pulas disalah satu bagian bangku ini salah besar. Dia tidak tertidur, dan pulas. Toh buktinya, dia masih bisa mengajak Aorta mengobrol, 'kan?

"Kau, belum tidur?" Pertanyaan yang bodoh seketika keluar dari mulut Aorta.

"Aku tidak tidur, okay. Dan kau bisa memilih bangku yang lain. Karena ini sudah kutempati."

"Oh ayolah, kau pelit sekali. Kau lihat sekeliling halaman! Tak ada bangku yang kosong selain-- maksudku, jauh lebih baik aku  duduk disini. Ah, ayolah! Aku tak akan mengganggu mu, for god sake." Ucap Aorta.

"Baik." Seketika dia bangkit dari tidur nya, dan pergi meninggalkan Aorta sendiri.

Aorta mendengus kesal.

Lalu beberapa menit kemudian, terdengar bel berdering pertanda kelas kedua segera dimulai.

-Tbc

Di mulmed, well. He's Aidan Blight/ yg Aorta sebut sebagai Kafa. Dan, anggap saja dia tidur dibangku nya, bukan di meja nya. Wkwk.

Salam Jari Jempol,
Revandraazz :)x

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang