Six

2.9K 139 1
                                    

Kelas menjadi cukup bising.

Berawal dari pertemuan mereka di kantin atau di Halaman tadi, membuat beberapa dari mereka sudah saling mengenal.

Bukan hanya saling tahu-menau.

Aorta duduk di bangku nya, menatap buku tebal dihadapan nya tanpa membaca nya. Pikiran nya entah melayang ke benua mana. Mungkin benua asia. 'Mungkin'. Dan, lebih tepat nya lagi negara Indonesia. Cukup kalian tahu, bahwa dia sempat bersekolah disana. Memiliki teman disana, dan juga memiliki kenangan yang tak bisa ia pastikan bisa untuk melupakan nya. Ya, dengan seorang anak laki-laki berambut pirang yang sangat menyebalkan. Menyebalkan karena sampai sekarang pun, anak laki-laki itu tak bisa lepas dari otak nya yang mungkin banyak terdapat tumpukan ilmu yang ia simpan disana. Tapi memori akan Si rambut lemon, tak pernah lenyap tertelan waktu. Bahkan, walaupun umur nya telah tertelan habis oleh waktu. Tetap, kenangan akan menjadi kenangan dan takkan lenyap menjadi abu,

Menurut gadis yang melamun dibalik bilik buku tebal nya.

Tok tok tok

Seketika, semua hening.

Mereka diam, menatap pintu kelas.

Dan, kemudian pintu terbuka. Menampakkan sesosok lelaki berambut setengah coklat tua dan coklat muda, dengan pakaian yang sangat berantakan. Dia memberi senyum manis nya pada semua siswa yang kemudian disambut dengan raut sebal mereka.

Dia segera berjalan kearah bangku paling belakang. Karena hanya itu yang kosong.

Dan, suasana kembali seperti semula.

Mereka kembali berkicau.

Sampai, pintu terbuka untuk kedua kali nya, menampakkan seorang lelaki dengan jas nya, dan penampilan nya yang tak berubah dari beberapa menit yang lalu.

Mr. Weg.

"Baik, Saya disini hanya ingin memberikan kalian tugas. Karena Mr. Hemish tak bisa mengajar, jadi kelas kedua kalian kosong. Dan kalian bisa pulang. Tugas nya adalah cari makalah selengkap mungkin tentang Archimedes dan kumpulkan besok. Saya akan bagikan kelompok, Satu kelompok berisi 2 anggota." Dia mengambil napas sebentar, lalu membaca absen kelas.

"Abigail Sheea dengan Adam Will." Mata nya memicing. Dia tak membawa kacamata nya.

"Aidan Blight dengan Dendlonia McGregor."

Aorta terkesiap mendengar nama nya dipanggil. Ya, dan dia juga mendengar nama lelaki yang nama nya ia ledek, berdampingan dengan nama nya.

Dia menatap lelaki yang tak pernah senyum itu.

Ternyata dia juga menatap Aorta.

Tanpa tunggu lama, mata nya segera mengalihkan pandangan pada Aidan.

Dia begitu misterius

Batin Aorta.

Lalu, banyak nama yang tak begitu ia perdulikan siapa.

Cukup tahu siapa yang sekelompok dengan nya, yang menurutnya perlu ia ketahui orang nya.

Lalu, bel pun berdering.

-----

Menggema nya dentuman jam setiap detik nya dalam ruangan ini.

Terdapat dua lelaki yang duduk di Samping seorang lelaki berambut putih yang sedang berbaring lemah di atas ranjang yang seperti nya tak begitu empuk. Mereka berdiam cemas. Ya, sudah dua jam lebih dia tak kunjung sadar.

Kelopak mata nya masih menjaga ketat bola mata nya. Dia tak bergerak satu milimeter pun. Dan terlukis senyuman manis di wajah nya. Seakan sengaja agar membuat setiap orang yang melihat nya tak merasa teramat khawatir.

Dia menunggu nya.

Tangan nya erat menggenggam tangan kaku si lelaki separuh baya, yang masih dalam mata terpejam nya.

"Permisi, Ini hasil laboratorium." Ucap seorang wanita dengan jas rumah sakit ini sambil menyerahkan selembar kertas yang dibungkus oleh amplop berwana coklat tua.

Mereka terkesiap mendengar ucapan dokter itu yang tiba-tiba.

Dia merenggangkan genggaman nya, dan berbalik kearah suara dokter itu berbunyi.

Dia mengambil nya.

"Ginjal nya semakin parah. Dia harus rutin mencuci darah lagi." Ucap nya.

"Tapi saya yakin, Dad tak akan mau."

"Saya tahu itu. Mr. Hemish termasuk dalam daftar teman saya yang sangat keras kepala. Tapi jika dia tidak lagi rutin seperti dulu, ginjal nya akan lebih parah dari hari ini." Jelas wanita itu sambil menatap nya begitu serius.

"Saya akan coba memaksa nya."

"Kau memang harus memaksa nya. Atau tak lama lagi, dia bisa saja sekarat, Theo. Saya permisi dulu." Dokter itu berbalik, dan keluar dari ruang inap Mr. Hemish.

Dia mendesah pasrah.

Ya, mungkin dia memang harus memaksa ayah nya.

"Sabar, Theo. Aku tahu semua ini akan baik-baik saja." Ucap Robbie, sekertaris pribadi Mr. Hemish.

"Ya, aku harap begitu." Ucap nya sambil memijat pelipis nya. Dia kembali duduk pada bangku nya.

"Oh iya, ini." Rob memberikan secarik kertas pada Theo.

"Apa ini?" Dahi nya berkerut.

"Surat dari ayah mu. Dia belum sempat memberikan nya pada mu. Tapi entah, dia seperti nya sudah tahu kalau semua ini akan terjadi." Jelas Rob.

Salam hormat, Dr. Hemish.

Ayah mu sudah menginjak kepala tujuh, nak. Bahkan mungkin sekejap lagi, sudah tak berkepala. Rambut ku saja sudah putih menua. Kau tahu dulu aku juga pirang sepertimu, 'kan? Tapi sekarang, tak lagi satu helai pun yang berwarna pirang. Nak, kau tahu aku bukan hanya ingin menjadi pengusaha kaya raya, terkenal, dan sukses. Tapi aku juga ingin berguna. Aku ingin mereka mengenalku karena mereka pernah membutuhkan ku. Tugas ku selain mendidik mu, tentunya. Aku juga mengobati orang sakit seperti mu, dan aku juga menyebarkan ilmu ku pada orang banyak. Aku ingin untuk sementara, kau gantikan posisi ku. Untuk sementara. Aku hanya butuh sedikit bernafas, menikmati indah nya hari tua. Jadi aku mohon. Ini permohonan ku, Nak. Aku ingin kau menggantikan posisi ku sebagai dosen di Harvard. Mengenai tugas mu di Rumah sakit, akan kuserah tangan kan pada Sekertaris pribadi mu, Ben.

Aku berjanji, ini hanya untuk sementara. Aku mohon.

Ayah mu, Greg.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Rob pada nya.

"Huh. Entah, tapi tak ada salah nya menjadi dosen, bukan? Apalagi di Harvard. Tapi bagaimana kalau sudah ada yang menggantikan posisi Dad?"

"Tidak. Tadi aku sudah berbicara pada Kepala sekolah nya. Aku benar baru saja ingat akan surat ayah mu itu. Jadi, aku rasa takkan ada yang menggantikan posisi ayah mu." Jelas Rob.

Mereka seketika terdiam.

"Aku sangat yakin, kau akan menjadi Dosen tertampan disana." Puji nya.

"Pasti." Ucap Theo, dengan nada sombong nya.

-Tbc

Hai! Maaf untuk chapter kemarin, bagi yang ga bisa liat mulmed. Tapi sekarang sudah bisa kok alhamdulillah. Dan vomments nya yaaaa... Reader nya udh banyak nih-___- masa yang nongol cuma 4. Payah huu.. wkwk.

Vomments ya!

Salam jari jempol,
Revandraazz :)x

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang