Rainy

346 45 8
                                    


⚠️ Character Death.

Hari ini hujan. Bila Kurapika jujur, ia tidak terlalu menyukainya. Rintik hujan mengingatkannya akan dendam yang tidak pernah padam dan luka di hatinya. Namun, tidak hanya benci dan sakit yang dibawa hujan, tetapi juga cinta.

Ketika hujan, Kurapika mengingat sesosok pria, yang selalu ia juluki si Pemuda Hujan. Spesial sekali bukan?

Namanya Leorio- benar, ia yang mendapatkan tempat spesial itu, berusia 2 tahun lebih tua dari Kurapika. Terakhir kali mendengar kabar, Leorio tengah menempuh pendidikan untuk menjadi seorang dokter. Kurapika juga mengingat dengan jelas, hari dimana Leorio memutuskan untuk serius- benar-benar serius dalam mengejar pendidikannya merupakan hari perpisahan mereka. Tidak terlalu dramatis, hanya saja turun hujan saat senja hari itu.

"Sial." Kesal Kurapika.

Hari ini, selain hujan, terjadi peristiwa penting. Kurapika berhasil membalaskan dendamnya; membantai Phantom Troupe tanpa menyisakan satu anggota pun. Kini, ia berjalan tanpa direksi. Menyusuri jalan setapak yang basah dan licin, menyatu dengan keramaian kota yang membuatnya merasa tidak sendiri, tidak kesepian.

"Sekarang, apa yang harus ku lakukan?" Tanya Kurapika kepada langit mendung. Ia mendongak, merasakan tetes hujan membasahi seluruh permukaan wajahnya dengan sendu. Mereka menangis bersama-Kurapika dan langit-, menangisi kepergian setiap jiwa yang berpulang di sepanjang waktu.

Berjalan dengan pelan, menghayati waktu yang seakan-akan berjalan lamban. Hingga langkah kakinya mengantarkan dirinya ke sebuah Halte Bus tua. Tumbuhan merambat, bergantungan di Halte memberikan suasana asing. Namun, Kurapika serasa menemukan sebuah rumah, sebuah perhentian dimana ia bisa beristirahat. Ia memutuskan untuk berbaring di atas bangku halte, menghilangkan rasa penat.

"Kurapika?"

Sebuah suara muncul.

"Hm? Kini setelah membalaskan dendam aku berhalusinasi." Ucap Kurapika yang ditujukan pada dirinya sendiri. Ia mengira sebuah suara datang dari pikirannya. "Hai, Kurapika! Aku telah membalaskan dendam kita..., tidak perlu khawatir, istirahatlah." Lanjutnya tanpa menyadari keberadaan jiwa lain, mengamatinya.

"Kurapika. Aku-" Nafas tercekat. Pemuda yang baru datang itu menenangkan dirinya, mengucapkan kalimat yang selama ini ditunggu-tunggunya, untuk diucapkan kepada seseorang. "Hai, Kurapika. Lama tidak berjumpa."

Familier. Rasa familier yang tidak biasa menyergap Kurapika, memaksanya untuk menggali kembali seluruh memori yang ada di pikirannya.

Suara ini.... Leorio?

Ia segera membuka matanya, berusaha menemukan sebuah keberadaan yang tidak asing baginya. Hingga pandangannya jatuh pada setitik cahaya, berasal dari lentera yang dipegang seorang pemuda jangkung bersurai hitam, tidak lain tidak bukan adalah-

"Leorio!"

Kurapika menyuarakannya. Nama yang hampir tidak pernah ia ucapkan beberapa tahun belakangan tetapi selalu mengelilingi pikirannya. Sebuah nama yang mengantarkannya pada kenangan mengenai seorang yang spesial. Ia tidak pernah bergerak secepat ini hanya untuk memeluk seseorang.

Di sisi lain, pemuda jangkung bernama Leorio itu menyadari perubahan dari sosok yang barusan memeluknya. Membandingkan Kurapika yang sekarang dengan yang dulu.

"Hey! Kau tidak pernah secepat ini, apalagi untuk menunjukkan afeksi atau perasaanmu." Ucap Leorio sembari terkekeh.

Kurapika tidak membalas, ia menangis. Meraung begitu keras, memukul dada Leorio berkali-kali tanpa henti. Sejuta perasaan muncul di dalam hatinya tanpa terkendali. Marah, sayang, sedih, peduli, sakit.

♪ Everyday Life ; LeoPikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang