The Wonderful Afternoon

612 66 10
                                    


Setelah menyelesaikan misi, akhirnya Kurapika dan Leorio pulang ke rumah masing-masing. Mengingat misi yang cukup berat tadi, Leorio memutuskan untuk mengajak Kurapika melepas penat di Kafe sekitar rumahnya. Namun, ia ragu Kurapika akan menerima ajakannya. Berusaha optimis, ia meraih gawainya dan mencari nomor Kurapika, kemudian meneleponnya.

"Hello?"

"Oh! Kurapika... Um, ini aku Leorio. Apakah kau ingin ke Kafe dekat rumahku?"

"Hmm, apakah ada masalah?"

"Tidak... Kalau kau mau aku akan menjemputmu pukul 5 sore nanti. Kau tahu, melepas penat itu penting! Ayo kita bersenang-senang malam ini."

"Aku ragu... Kurasa hanya akan membuatku semakin lelah."

"Benarkah? Bagaimana kalau kita makan bersama di rumahmu?"

"Umm, boleh-boleh saja...."

"Oke!"

Leorio sangat senang. Ia tidak pernah makan malam bersama Kurapika, dan kini kesempatan datang. Maka, ia segera menyiapkan diri agar tidak terlambat.

.

.

Ting tong!

"Eh Leorio? Cepat sekali. 10 menit lebih awal. Kurasa kau tidak pernah tiba secepat ini di setiap pertemuan." Ledek Kurapika saat membukakan pintu untuk Leorio. Di sisi lain, yang diledek menampakan cengiran jahil, "Aku hanya tak punya kegiatan lain, kau tahu?"

Kurapika hanya mengangguk mengiyakan guna menghindari perdebatan. "Jadi, mau makan apa? Aku punya ramen di rumah. Kalau kau mau aku bisa membeli nasi di toko dekat rumahku." Tanya Kurapika memberi pilihan.

"Ide bagus, ayo pergi bersama!" Seru Leorio dengan nada penuh semangat.

Kurapika tersenyum kecil. Mereka berdua kemudian mulai berjalan, menuju toko tersebut.

Matahari tampak hampir tenggelam di cakrawala. Langit terlihat sangat indah senja itu. Mereka menikmati perjalanan tersebut dengan mengamati panorama, dan bercengkrama satu sama lain.

"Kita sudah sampai. Wah! Toko yang cukup tua!" Ucap Leorio

"Toko ini sudah berdiri 10 tahun, wajar saja kalau terlihat tua." Balas Kurapika membuat Leorio mengangguk-anggukan kepalanya, "Ayo!" Leorio meraih tangan Kurapika, dan mereka berjalan masuk. Kurapika sedikit terkejut, tetapi merasa hangat ketika merasakan genggaman tangan Leorio mendekap jemarinya.

Setelah mereka masuk, tampak seorang Pak Tua tengah berjaga di depan kasir. Setelah Pak Tua itu menyadari kedatangan Leorio dan Kurapika, ia berdiri dan menyambut mereka.

"Kurapika! Oh kau membawa temanmu. Siapakah namamu?" Tanya Pak Tua yang diikuti dengan senyuman ramah.

"Aku Leorio. Selamat sore." Ujar Leorio menggaruk tengkuknya setelah membungkukkan diri sebagai hormat.

"Ohh begitu. Kalian ingin mencari apa?"

"Kami ingin membeli nasi dan beberapa lauk." Jawab Leorio.

Pak Tua tersebut kemudian membimbing mereka. Ketiganya saling berbincang riang. Setelah membayar, mereka pulang melalui rute yang sama.

"Pak Tua tadi baik sekali ya! Ia bahkan mendoakan kita, Pika." Kata Leorio sambil melihat ke sekelilingnya.

"Ia selalu merawatku. Aku sangat berterima kasih padanya." Kurapika menjawabnya, "dan sudah ku bilang beberapa kali, jangan panggil aku Pika!"

Leorio hanya terkekeh pelan. Ia meleleh karena tingkah menggemaskan Kurapika. "Baiklah~ tidak perlu marah." Balas Leorio sedikit bercanda.

Mereka akhirnya sampai di rumah. Kurapika mulai merebus ramen dan Leorio menyiapkan lauk serta nasi yang telah mereka beli. Setelah semua persiapan selesai, mereka pun menuju ke balkon dan duduk di sisi meja yang berlawanan.

Pemandangan di balkon itu sangat luar biasa. Menampakkan rumah-rumah dan kendaraan berlalu-lalang. Tampak padu dengan langit yang dipenuhi oleh lautan emas milik matahari bergradiasi dengan lautan biru milik langit, menciptakan sebuah pemandangan yang menarik.

Mereka kemudian mulai menyantap makanan sembari mensyukuri seluruh keindahan dan perasaan yang ada mereka bagi.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk minum secangkir teh bersama. Aroma teh melati menyeruak di udara dan memberikan suasana nyaman. Segalanya menjadi semakin indah, terutama dengan adanya figur keberadaan masing-masing yang berarti bagi satu sama lain.

"Terima kasih." Ucap Kurapika mengekspresikan rasa bersyukurnya kepada Leorio yang selalu menjaganya dan menjadi teman sejatinya.

"Hm? Oh. Terima kasih juga, Kurapika." Sahut Leorio yang dilanjutkan dengan gerakan tangan mengelus surai emas milik sosok kesayangannya. "Rambutmu sangat indah bila terkena cahaya matahari. Serasi sekali."

Kurapika tidak membalas, wajahnya semakin memerah ketika merasakan telapak tangan Leorio merambat ke pipi kanannya. Sungguh ia tidak pernah merasakan afeksi yang begitu besar. Ia tidak ingin apapun, hanya Leorio, dan senja hari itu lah yang ia inginkan. Kurapika menikmati sepenuhnya momen-momen yang terjadi di antara mereka. Momen tersebut menjalin sebuah ikatan yang mendalam di hati Kurapika, memberikan kehangatan dan cinta yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan.

Sementara Leorio merasakan hal yang sama. Semakin tenggelam dalam perasaan yang tak karuan.

"Kurapika... Biarkan aku melindungimu setiap waktu." Pinta Leorio tulus dengan penuh kasih sayang, menyanyikan sebuah nada yang menenangkan Kurapika.

"Biarkan aku melindungimu juga...."

Leorio tersenyum dan mengangguk. Setelah matahari mulai menghilang sepenuhnya dari permukaan, ia memutuskan untuk menyudahi kunjungannya hari itu.

"Baik, sepertinya aku akan pulang." Ucap Leorio berat. Kurapika yang masih menikmati saat kebersamaan mereka memegang erat pergelangan tangan Leorio, tak mengizinkannya pergi lebih jauh. Leorio yang melihat hal itu hanya diam, ikut menikmati kebersamaan mereka. Kurapika kemudian beranjak dan memeluk erat Leorio yang lebih tinggi beberapa senti darinya.

"Nyaman..." Terang Kurapika yang menghadirkan gumaman Leorio.

"Menginaplah." Ajak Kurapika. "Aku masih ingin berada dipelukanmu..." Leorio terkekeh dalam diam dan menyetujui ajakannya.

Mereka kemudian membereskan piring-piring. Lalu, keduanya beranjak ke sofa dan menonton acara TV. Leorio berbaring, menggunakan siku kanan untuk menyangga kepalanya dan satu lengannya lagi memeluk Kurapika yang tampak menggulungkan badannya nyaman dalam pelukan Leorio.

"Leorio,"

"Hm?"

"Jangan pergi?"

"Ya, aku tidak akan. Tidurlah yang nyaman, Pika."

Leorio menduga akan mendapatkan ocehan dari si Pirang karena memanggilnya Pika. Namun, yang disebut hanya tersenyum kecil dan mengeratkan pelukannya.

Mereka (sangat) menikmati hari itu.

#Notes :
♪ Terinspirasi dari foto ini •=•

#Notes :♪ Terinspirasi dari foto ini •=•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr: Pinterest.

Terima kasih telah membaca.

♪ Everyday Life ; LeoPikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang