╔═❀̥˚═══ - ═══════╗
꧁ Perihal Kamu ꧂
╚═══════ - ═══❀̥˚═╝Tentang kamu yang selalu kutunggu
Melodi kisah cinta berlagu
Alunan nada-nada pilu berubah haru
Hasrat rasa kian menggebuKini, sekilas cerita tak lagi putih abu-abu
Seketika hirap tertumpuk kenangan baru
Berwarna bak pelangi di langit yang biru
Membawaku terjun bebas dalam dunia cintamuRayuan yang terucap dari bibirmu
Membuatku tersenyum malu
Bagaimana bisa aku tidak rindu?
Jika perihal kamu, aku selalu ingin bertemu• ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ • ⊹ •
***
Saat ini, Aszriel dengan lugas menjelaskan tentang apa-apa saja terkait ekskul jurnalistik di dalam perpustakaan sekolah. Tiba-tiba, Zara memotong penjelasan cowok itu dengan sedikit ragu.
"Emm, maaf," ujar Zara sambil melirik sekilas ke arah Aszriel.
"Iya? Kenapa? Apa ada penjelasan yang kurang kamu mengerti?"
"Eh, engga kok. Aku udah lumayan paham, cuma mau nanya aja ke kamu. Kamu ambil bagian apa dalam ekskul jurnalistik?"
"Reporter," ucapnya singkat tanpa menatap ke arah Zara.
"Ekstra jurnalistik di sekolah ini udah jarang aktif, jadi yah maklum aja kalau anggotanya ga banyak, soalnya peminatnya juga sedikit. Udah lama ga ada kegiatan. Dan, anak-anak juga susah buat diajak kerja sama." Aszriel menghela napas, kemudian menatap ke arah Zara. "Kenapa kamu mau masuk ekskul yang udah mau mati kayak gini, dilihat dari sisi manapun, udah keliatan kalau jurnalistik udah ga aktif."
Zara menarik kedua sudut bibirnya, "Kalau aku bilang, aku cuma sebatas tertarik dan penasaran aja. Dan setelah denger penjelasan kamu, aku makin yakin buat ikut ekskul ini." Senyum manis tak pernah luntur dari bibir Zara, "Aszriel?" panggil Zara.
"Iya?"
"Ayo kita aktifin kembali ekstra ini, kita ga butuh kepopuleran atau apa pun itu. Kita cuma perlu bikin jadwal agar teratur aja kegiatannya. Kita juga ga perlu bikin banyak agenda yang nantinya malah jadi wacana, bukannya aku mau sok ngatur atau apa yah. Ini cuma sebatas usulan aku sebagai calon anggota baru tim jurnalis sekolah."
Cowok tersebut menganggukan kepalanya, "Nanti kita bicarakan sama ketua tim dan anggota lainnya juga. Oh ya, kamu mau ambil bagian apa?" tanya Aszriel sembari menata kertas-kertas yang ada di hadapannya.
"Aku masih mikir si. Antara editor atau reporter, mungkin. Kamu suka puisi atau hal-hal yang berbau literasi ngga?"
"Udah kesorean, kita pulang. Sebelum gerbang ditutup," ucap Aszriel cepat dan mengabaikan pertanyaan Zara. Perkataan Aszriel barusan menyadarkan Zara bahwa ia harus segera pulang agar keluarganya tidak khawatir.
Dengan secepat kilat, Zara membereskan semua barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.
"Kamu pulang sendiri?" tanya Aszriel tiba-tiba.
"Kayaknya aku minta jemput kakakku deh, tapi kalau dia gabisa, aku bakal naik angkutan umum."
"Yaudah, mau bareng ke depan?"
"Boleh."
Keduanya berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Keadaan sekolah saat ini sangat sepi, karena anak ekstra juga sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.
***
"Heh cepet, lama banget si," bentak seorang cowok dengan kasar.
"Sabar, bos. Nih, dikit lagi," ucap temen cowok itu dengan napas terengah-engah.
"Nah, udah ni."
"Bagus, siap-siap aja tuh anak baru bakal malu, sakit dah tuh badan bakal jatuh besok," desis cowok yang sedang menunjukkan senyum sinisnya yang membuat temannya menunjukkan raut takut bercampur gelisah.
"Ray, lu yakin mau ngerjain tu anak baru? Kalau ntar dia lapor ke guru BK gimana? Bisa abis kita." ucap Tegar dengan nada frustasi. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran salah satu temannya ini. Sebenarnya sih, dia tidak terkejut jika Ray akan membalas semua perbuatan murid yang telah mengusik ketenangannya. Namun, kali ini yang dia kerjai adalah murid baru, cewek lagi, mau ditaruh di mana muka Tegar kalau ketahuan jailin cewek.
Tegar Putra Septian, salah satu teman Ray yang nggak beda jauh urakannya kayak Ray. Ganteng? Ga usah ditanya, satu sekolah ga ada yang ga kenal dengan anggota geng Ray yang tampangnya kelewat ganteng tapi juga hobi tawuran dan suka sekali bikin rusuh di mana-mana.
Brakk....
Ray membanting penggaris kayu yang berada di kelas 11 MIA 1 dengan cukup keras, untung saja tidak patah. "Berisik lu, cabut!"
Dengan tergesa-gesa, Tegar mengembalikan penggaris kayu tersebut pada tempatnya dan membereskan barang yang dibawanya tadi, kemudian berlari mengikuti Ray sudah meninggalkannya.
***
Aszriel dan Zara sedang berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.
Brakk....
Namun, tiba-tiba ada suara dentuman yang cukup keras saat mereka melewati kelas Zara. Zara menarik tangan Aszriel untuk bersembunyi di balik tembok yang ada di sisi kelas.
Gerakan Zara yang tiba-tiba tersebut mengejutkan Aszriel yang memang tidak pernah diperlakukan seperti itu dengan orang lain. Dengan sigap, cowok tersebut menarik lengannya dari cekalan Zara. Zara menoleh sekilas, menautkan kedua alisnya tanda bahwa ia bingung.
Tak lama kemudian, Zara mengalihkan pandangannya ke depan saat dirasa ada suara langkah kaki yang berasal dari ruang kelasnya. Ada 2 cowok berperawakan tinggi yang keluar dari kelas. Zara menatap lekat-lekat kedua cowok tersebut.
Salah satu dari mereka, Zara mengenalnya. Oh, bukan, Zara pernah melihatnya. Saat sedang mencoba mengenali cowok tersebut, ada yang memegang bahunya. Zara menoleh ke belakang, mendapati Aszriel sedang menatapnya.
"Ngapain ngeliatin cowok itu sampek segitunya?"
***
░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ░ˆֻּּּֽ๋᳝ۣٞׄ֬ꦿ
***
KAMU SEDANG MEMBACA
◇ Rekayasa Cinta ◇
JugendliteraturAda banyak hal hebat yang tampil sederhana. Bertemu denganmu mungkin adalah rencana semesta. Entah sementara atau selamanya, pertemuan kita adalah takdir Sang Maha Kuasa. Tak peduli sehebat apapun aku dan kamu menolaknya, kita tetap tidak bisa mengh...