Suasana sunyi saat ini dirasakan oleh dua anak remaja yang sedang duduk berhadap-hadapan di bangku perpustakaan. Setelah Rizki mengambilkan buku untuk Zara, dia memutuskan untuk menemani cewek itu membaca di perpustakaan karena Indah mendapat panggilan ke ruang guru.
Zara sibuk membaca novelnya dengan tenang, di depannya ada Rizki yang memainkan game digadgetnya sambil sesekali melirik ke arah Zara.
Kring... Kring... Kring...
Bel istirahat berbunyi, namun Zara masih tidak bergeming dan tetap melanjutkan membaca novelnya. Rizki yang memandangnya jadi mendengus sebal. Dia menarik buku tersebut dari hadapan Zara dan menatapnya. "Lo nggak ke kantin?"
Cewek itu menutup novelnya dan mengangguk. "Ayok!" ucapnya sambil berdiri. Rizki mengikutinya berdiri dan berjalan menuju kantin.
***
Sepanjang perjalanan menuju kantin, hanya diselimuti keheningan.
"Zara!" panggil seseorang yang ternyata adalah Indah.
"Mau ke kantin 'kan? Bareng yuk!?" Zara mengangguk saja. Dia menoleh ke arah Rizki yang ingin beranjak pergi.
"Ki?!" Cowok itu menolehkan kepala ketika Zara memanggilnya. Dia mengernyitkan keningnya.
"Mau kemana? Ga jadi bareng ke kantin?"
"Gue cuma mau nemenin lo. Karena udah ada Indah, jadi lo ke kantinnya sama dia aja. Gue mau balik ke kelas," ujar Rizki sembari menggidikkan bahunya. Dia sudah bersiap pergi sebelum sebuah tangan menahan lengan kirinya dengan seseorang yang memutar kembali tubuhnya dan menggenggamkan sesuatu di tangan kanannya.
Masih memegang tangan Rizki, Zara berujar. "Itu sapu tangan kamu. Udah aku cuci bersih kok, makasih ya."
Rizki termenung, detik berikutnya kembali menyodorkan sapu tangan miliknya ke arah Zara. "Buat lo aja," ucapnya dan benar-benar pergi meninggalkan Zara yang masih kebingungan.
***
Rizki berjalan menuju kelasnya saat pandangannya menangkap sosok Ray berdiri di hadapannya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.
Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyum sinis. "Mau jadi jagoan lo buat anak baru?"
"Maksud lo apa, hah? Lo naksir sama tu cewek?" Ray menggertakkan giginya, menatap kesal Rizki yang masih diam saja.
Perlahan, Rizki berjalan mendekat ke arah Ray berpijak. "Gue nolongin dia bukan berarti gue suka atau ada rasa. Gue peduli karena dia itu temen gue. Dan gue peringatin sama lo, jangan deket-deket dia kalau lo gamau kejadian yang nimpa adek gue juga dia rasain."
Hening. Ray diam membisu. Masih tak bergeming saat Rizki sudah berjalan meninggalkannya. Sampai tepukan di bahunya menyadarkannya dari lamunan kelam.
"Balik ke kelas," ujar Tegar yang mengerti posisi temannya itu.
Jika saja Ray bisa memutar waktu, tidak akan dia biarkan seseorang yang sangat ia sayangi pergi meninggalkannya. Senyumnya, tingkah polos dan lugunya, cara dia berbicara dan segalanya, Ray bisa melihat sosok itu dalam diri anak baru itu.
Segala tentang masa lalu itu tiba-tiba membuat rasa bersalahnya kembali hadir, menghantam semua kenang, hancur berkeping-keping.
***
"Kak Ray?"
"Hm?"
"Makasih ya udah mau jalan bareng sama aku."
"Iya."
"Adel sayang Kak Raihan."
***
[Kita semua bergerak menuju suatu tempat. Tapi di persimpangan, tak semua jalan akan berakhir tepat. Ada yang bergerak lambat, ada pula yang bergerak cepat. Tinggal kita menunggu giliran agar sampai tujuan dengan selamat.]
≻────────── ⋆✩⋆ ──────────≺
KAMU SEDANG MEMBACA
◇ Rekayasa Cinta ◇
Novela JuvenilAda banyak hal hebat yang tampil sederhana. Bertemu denganmu mungkin adalah rencana semesta. Entah sementara atau selamanya, pertemuan kita adalah takdir Sang Maha Kuasa. Tak peduli sehebat apapun aku dan kamu menolaknya, kita tetap tidak bisa mengh...