O1 - Mati lampu

270 28 5
                                    

©driesney, kazakh-stan.

Sore-sore begini enaknya makan ice cream mungkin, kayak yang di lakuin sama bang Putra sekarang. Bang Putra lagi beli ice cream di minimart dekat perumahan mereka, adek-adeknya pada minta di beliin, tapi pas di tagih uang bayar gak ada yang kasih.

Yang pastinya bang Putra gak pergi sendiri, dia juga bawa kak Aldi buat ikut. Tadi kak Arya nawarin biar dia aja yang temenin, tapi langsung di tolak sama bang Putra, tau sendirikan kalau yang di bawa itu kak Arya. Rempongnya melebihi emak-emak sosialita.

"Aldi, sini heh udah mau bayar." Kak Aldi yang masih pilih-pilih ice cream langsung ngambil asal, takut di marahin sama bang Putra dia.

Kak Aldi langsung menaruh ice creamnya di atas meja kasir buat di bayar sama bang Putra. Bang Putra langsung mengeluarkan uang dengan jumlah yang lumayan banyak buat bayar titipan adek-adeknya ini, setelahnya mereka berdua keluar.

Bang Putra sama kak Aldi dari rumah emang jalan kaki, jadi gak heran kalau mereka pulang juga pakai jalan kaki. Orang cuma beberapa meter doang masa mau pakai motor, buang-buang bensin kalau kata kak Awan.

Kak Aldi yang ngerasa lehernya udah mau kering langsung gasrak-gusrukin kantong belanjaan yang di bawa sama bang Putra. Bikin bang Putra yang tadinya ngeliat cewek-cewek di taman kaget dan langsung merhatiin kak Aldi.

"Bang, aku makan eskrimnya duluan yah." Bang Putra terheran-heran, kalau mau makan mah ya makan aja, ngapain bilang ke dia gitu.

Bang Putra mengangguk sambil menatap kak Aldi, tiba-tiba kak Aldi langsung lari kencang ninggalin dia di belakang. Kak Aldi lari gak bilang-bilang, gak sopan.

"ALDI?! KOK LARI?!!" Habis teriak bang Putra langsung minta maaf sama orang-orang yang ngeliat dia, suaranya berat masalahnya.

"DULUAN YA BANG! TAKUT KEHUJANAN!" Bang Putra langsung mendongak ke atas, emang bener aja awan udah mendung, melangkah satu kaki aja mungkin udah turun.

"Baru mendung, belum tentu ujan." Kata bang Putra sambil jalan lagi, karena perasannya gak enak bang Putra juga ikutan lari, kantong plastiknya hampir berlubang gara-gara ketusuk ujung ice cream con nya.

Kak Aldi masih diam depan pintu masuk rumahnya, belum masuk dulu. Kak Aldi kayak lagi natap sesuatu dari luar gitu, tapi gerak-geriknya kaku. Bang Putra yang baru sampai juga ikut-ikutan gak masuk dulu.

"Bang, lampunya udah mau mati." Jari telunjuk kak Aldi mengarah ke lampu depan pintu di atas, lampunya udah mau mati tapi masih bertahan buat nyala. "Trus? Kamu suruh aku buat pergi hujan-hujanan gitu?" Kak Aldi cengir.

"Hehehehe."

Mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah karena gak mau lebih basah lagi, pintu rumah di buka dan menampakkan kak Dilan, kak Arya dan bang Elard yang main ular tangga di ruang tamu. Bang Putra dan kak Aldi langsung samperin, "Kok main disini?"

Bang Elard, kak Dilan sama kak Arya langsung mendongak ke atas kala mendengar suaranya bang Putra. "Di ruang tengah lagi rusuh bang, bang Varo sama kak Liam main kuda-kudaan." Jawab kak Arya yang di angguki oleh bang Elard dan kak Dilan.

Kak Aldi dan bang Putra tatap-tatapan sebentar, terus mereka berdua langsung pergi ke ruang tengah, tiga orang di ruang tamu tadi juga langsung lanjut main. Siap-siap dengar omelannya bang Putra.

Kak Aldi udah lari duluan ke dapur, gak mau ikut kena semprot bang Putra juga. Suasana ruang tengah yang tadinya berisik langsung berubah runyam karena kedatangan bang Putra. Bang Putra menghela nafas melihat kelakuan adek-adeknya ini. "Bang Tino mana?"

Abivhandya Sibling's, Ot.23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang