©driesney, kazakh-stan.
Setelah perkara mati lampu di rumah tadi sore, semuanya langsung balik berkumpul lagi di ruang tengah selesai sholat maghrib, tadi masih sempat rusuh di Musholla, soalnya kak Arya dan Bang Reza mengira kalau Jehan itu mbak kunti.
Pakaiannya aja pakai mukenah warna putih, atas bawah lagi, gimana gak mau parno coba kalau kayak gitu. Sekarang semuanya pada lapar, tapi bingung mau makan apa.
Mau gojek makanan, gak kepikiran juga mau gojek jenis makanan apa, jadilah mereka semua duduk diam di tempat masing-masing sambil memikirkan makanan apa yang enak.
"Udah blom?? Laper nih!" Kak Liam daritadi udah ngoceh-ngoceh bilangnya lapar, tapi pas di kasih makanan apa aja malah marah-marah karena katanya gak sesuai selera.
Jehan menghela napas berat, dia juga sampai sekarang gak kepikiran mau makan apa, bingung banget. "Cepetan dongg, Jehan udah laper nihhh." Rengek Jehan, abang kakaknya auto berpikir lebih keras.
Demi adek tersayang pokoknya.
"Ahudahlah, Mahen goreng telur aja!" Kak Mahen langsung pergi aja ke dapur, yang lain auto panik, takut dapur kebakar sama kak Mahen. Kak Mahen kalau goreng telur jarang banget bisa berhasil, bisa di hitung jari, contohnya cuma 2 kali aja. Selain itu gagal semua.
Bang Elard dan bang Putra otw lari ke dapur, mau mencegah kak Mahen yang udah mau nyalain kompor. Bang Putra langsung masukin kembali telur ke dalam raknya, bang Elard langsung menggantung kembali wajan yang mau di pakai sama kak Mahen.
"Kok di balikin sih! Aku kan mau masakkkk!!" Rengek kak Mahen, dia mau mencoba buat masak telur lagi. Bang Putra dan bang Elard menggeleng bersamaan, "Kagak boleh, dapur rumah nanti jadi itam semua lagi."
Kak Mahen udah misuh-misuh mau masak, pintanya sekali aja, kalau berhasil bakal di foto sebagai sejarah rumah, kalau dapurnya gosong dia yang bakal tanggung jawab. Bang Putra dan bang Elard bertatapan sebentar, mumpung mereka juga penasaran telur kak Mahen kali ini bakal jadi atau fail.
"Yaudah, tapi kalau gagal besok-besok gak usah masak lagi." Peringat bang Putra, kak Mahen langsung mengangguk semangat. Sejarah kak Mahen goreng telur itu harus telurnya dulu di masukin ke wajan, baru minyaknya yang di masukin.
Katanya sih biar berbeda, berbeda itu lebih baik, prinsipnya.
Kak Mahen mulai mengambil kembali telur yang sempat di kembaliin sama bang Putra tadi, terus berlanjut mengambil minyak dan wajan. Nyalain kompornya juga harus hati-hati, 15cm dari wajah biar gak kena cipratan minyak panas.
Bang Putra dan bang Elard yang lihat cuma bisa geleng-geleng kepala dan berjalan kembali ke ruang tengah. Ternyata saudara-saudaranya yang lain pada kepo sama telur kak Mahen kali ini, bakal jadi apa bakal fail.
"Napa? Mau liat telurnya kak Mahen?" Tanya bang Elard, semuanya mengangguk sok polos, padahal aslinya kayak dajjal bermata lima yang sifatnya beda-beda.
"Yaudah sana liat, jauh-jauh jangan deket-deket." Mereka semua langsung berlari ke arah dapur, penbatas antara dapur dan ruang tengah jadi penuh gara-gara mereka semua berkumpul di sana.
Di dapur mereka bisa lihat kak Mahen yang udah nyalain kompornya. Kak Dilan udah misuh-misuh dalam hati semoga yang di masukin lebih dulu sama kak Mahen itu minyak. Tapi ternyata salah, malahan telurnya dulu.
"Ah bodo, kalau aku bilang minyak ya minyak dulu!" Gumam kak Dilan, tangannya udah terkepal seperti mau mukul kak Mahen dari belakang gara-gara kesel.
Setelah telurnya di masukin barulah kak Mahen masukin minyak gorengnya, agak banyak tapi gak banyak-banyak amat, gak dikit tapi gak dikit-dikit amat juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abivhandya Sibling's, Ot.23
Fanfictionft. ot23 ❝Kalau ditanya keluarga mana yang paling banyak anaknya, jawab aja keluarganya pak Ical Abbiyya❞ Tinggal disatu rumah dengan saudara yang sangat banyak dan sedikit posesif, apakah menyenangkan? [Fan-fiction story's.] ©driesney, kazakh-stan...