2

1.9K 170 6
                                    

Pria itu tengah duduk santai bersama istri dan putra putrinya yang berusia delapan dan sepuluh tahun. Dia Raditya Fahlevi dan istrinya Sarah Maulida serta dua anaknya si sulung Sania Fahlevi dan si bungsu Raffi Fahlevi yang asik berenang.

Ke empatnya tengah bersantai menikmati sore di penghujung minggu. Sarah tersenyum menatap anak-anak dan suaminya.

"Anak-anak sudah besar mas, tidak kah kamu menginginkan kehadiran buah hati lagi? menimang seorang bayi lagi?" ucap Sarah.
"Hm kamu bilang apa?" tanya Radit setelah menyesap kopi panasnya.
"Bagaimana kalau kita program hamil lagi?" ucap Sarah.
"Nantilah, karena aku rasa tidak akan bisa, kita sama-sama sibuk dan lagi kita beda kota seperti ini, akan sulit" ucap Radit.
"Iya sih kamu benar akan sulit bagi kita kalau mengikuti program itu" ucap Sarah bergumam.
"Kalau Tuhan berkehendak kita pasti dikasih rezeki titipanNya lagi, tapi kalau untuk menjalankan program aku rasa kita akan kesulitan" ucap Radit membesarkan hati sang istri.
"Ya aku mengerti mas" ucap Sarah.
"Sudah sore anak-anak ayo naik" tergur Radit pada kedua anaknya.
"Ya pah, ayo dek" sahut si sulung Sania.

Usai berenang dan membilas tubuhnya kedua anak itu disuguhi camilan kecil untuk mengganjal perut mereka yang mulai lapar, keduanya ditemani sang papa yang juga duduk di ruang makan.

"Papa besok kembali ke Jakarta?" tanya Sania.
"Iya, kalian baik-baik ya jangan buat mama repot" ucap Radit seraya mengusap puncak kepala si bungsu Raffi.
"Ah papa gak asik" sahut Raffi setiap kali ia tau sang papa akan kembali ke Jakarta.
"Papa kan kerja nak, buat kalian juga" ucap Radit.
"Kenapa sih pah gak cari kerja di sini aja, biar kita bisa kumpul" ucap Sania.

Mendengar ucapan sang putri Sarah pun tersenyum, ia mengusap rambut panjang Sania lalu duduk di samping anak perempuannya itu.

"Kalau papa bisa pasti papa juga maunya kumpul sama kita, ia kan pah. Papa di sana di tempatkan oleh kantor dinas sayang" ucap Sarah menjelaskan.
"Pindah dong kemari" sahut Raffi.
"Mana bisa begitu nak, gak semudah itu, suatu saat kalian pasti akan mengerti" ucap Radit.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita saja yang pindah ke Jakarta mah" ucap Sarah.
"Ya benar yang kakak bilang" ucap Raffi.
"Lalu salon mama bagaimana? siapa yang mengurus?" tanya Sarah.

Raffi dan Sarah saling pandang keduanya kemudian sama-sama diam.

"Suatu saat entah itu kapan kita pasti akan bisa berkumpul bersama nak, sabar saja ya" ucap Radit.

---

Radit mengusap kepala Raffi lalu mengecup keningnya kemudian ia beralih ke single ranjang satunya di mana di sana sang putri yang juga sudah terlelap.

"Selamat tidur anak-anak papa" ucap Radit, ia kemudian mengecup kening sang putri kemudian berlalu pergi dari kamar anak-anaknya.

Radit memasuki kamarnya dan di sana Sarah tersenyum seraya menutup koper milik Radit yang sudah dipersiapkannya untuk kepulangannya besok pagi.

"Sayang" Radit menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang seraya mengecup pipinya.
"Gak terasa ya besok kamu sudah balik ke Jakarta lagi" ucap Sarah.
"Weekend depan kita bisa kumpul lagi" ucap Radit.
"Kamu gak lelah dengan semua ini? kamu gak cape bolak balik tiap minggu Jakarta Bandung?" tanya Sarah yang merasa iba sang suami.
"Lelah itu sudah pasti sayang, tapi mau bagaimana lagi inilah perjalanan hidup kita harus terpisah untuk sementara waktu" ucap Radit tersenyum.
"Aku mencintaimu sayang" ucap Sarah.
"Aku juga, i love you" bisik Radit yang kemudian membopong sang istri ke ranjang.

Radit tersenyum dan menyeringai seraya membuka satu persatu kancing piama istrinya.

"Berikan jatahku untuk satu minggu" bisik Radit.

Keduanya kemudian menyatu menuntaskan hasrat biologisnya.

---

Pagi sekali ketika hari masih gelap mobil Radit keluar dari halaman rumahnya, ia meninggalkan istri dan kedua anaknya untuk kembali ke Jakarta melaksanakan rutinitas hariannya.

Di tengah perjalanan kembali ke Jakarta, ia menyalakan iphonenya yang selama beberapa hari ini ia matikan, Radit kemudian tersenyum ketika melihat ada banyak pesan masuk dari beberapa teman wanitanya. Ia membaca dan membalas satu persatu chat itu, lalu setelah perbincangan panjang dengan salah satu perempuan itu ia akhirnya membuat janji dengan mengajak perempuan itu untuk bertemu di sebuah cafe di jam makan siang.

Tanpa pulang ke rumahnya Radit langsung meluncur menuju kantornya yakni kantor Dinas Pemerintahan dan sebelum jam istirahat ia sudah keluar tentunya tanpa sepengetahuan atasannya. Ia membawa mobilnya menuju hotel untuk bertemu dengan salah satu perempuan yang telah membuat janji dengannya.

Mereka bertemu di sebuah cafe hotel Jelita. Perempuan itu tersenyum ketika melihat kedatangan Radit.

"Sudah lama?" tanya Radit.
"Baru saja" sahut perempuan itu.
"Ayo pesan" sahut Radit.

Keduanya memesan makan siangnya juga beberapa camilan, di tengah acara makan siangnya tersebut tentunya mereka juga berbincang beberapa hal.

"Bagaimana kalau kita bakar lemak bersama? setelah makan banyak akan lebih baik berolah raga, menghindari lemak menumpuk, kamu gak mau gemukkan?" bisik Radit.
"Caranya?" tanya perempuan itu dengan polos.
"Yakin mau tau caranya?" tanya Radit.
"Ya" angguk perempuan itu.
"Tunggu di sini" ucap Radit.

Radit memesan sebuah kamar dan setelah mengantongi kuncinya ia kembali menghampiri perempuan itu dan membawanya ke kamar tersebut hingga akhirnya Radit mendapatkan perempuan itu.

🖤🖤🖤

2
6/1/2021

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang