5

1.4K 146 6
                                    

Siang ini seperti biasa Radit dan Diva makan siang bersama keduanya makan di sebuah cafe yang berada di salah satu hotel. Radit mengajak Diva makan siang di cafe hotel tak lain  karena ia ingin menghindari keramaian yang berpotensi bisa saja bertemu dengan kenalannya. Dan tanpa rasa curiga sedikit pun Diva ikut saja ke mana Radit membawanya, dan siang itu mereka maka bersama tentunya sambil berbincang santai.

"Papa tanya kapan kamu dan keluargamu mau ke rumah mas" ucap Diva disela makan siang mereka.

Radit terbatuk-batuk begitu mendengar ucapan Diva, ia kaget.

"Minum dulu mas, kalau makan itu yang pelan dong" ucap Diva seraya memberikan gelas milik Radit.
"Terima kasih" ucap Radit kemudian menenggak minumannya pelan.

Diva menatap Radit menunggu jawaban dari pria itu.

"Emm sayang... sepertinya keluargaku gak akan datang, mereka tinggal jauh di Makasar dan tidak memungkinkan untuk datang karena papaku sedang dalam kondisi tidak sehat" bohong Radit.
"Begitukah? bagaimana kalau kita saja yang ke sana, kita jenguk papamu sekalian aku mau kenalan sama mereka" ucap Diva tanpa curiga sedikit pun.
"Untuk sekarang aku belum bisa sayang, pekerjaanku sangat menyita waktu belum lagi setiap weekend aku selalu keluar kota" ucap Radit.
"Mas sebenarnya apa sih yang kamu kerjakan di Bandung, hingga setiap akhir pekan kamu selalu ke sana, bukankah itu adalah hak liburmu" tanya Diva heran.
"Aku... aku di sana mengecek laporan kantor Dinas" bohong Radit.
"Mengecek laporan? kenapa tidak laporan di sana saja yang dikirim kemari, kenapa harus membuatmu repot dengan kamu berangkat ke sana?" tanya Diva lagi.
"Sudah prosedurnya seperti itu sayang, aku bisa apa aku hanya pegawai" ucap Radit.
"Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku?" selidik Diva.

Radit menghembuskan nafasnya, ia menatap Diva dengan dalam.

"Kamu meragukanku?" ucap Radit.
"Tidak, hanya saja aku merasa ada yang kamu sembunyikan dariku. Aku gak ingin ada rahasia di antara kita, maka terbukalah" ucap Diva seraya mengusap dada bidang Radit.
"Kalau yang aku sembunyikan soal perempuan, yakin kamu mau mendengarnya?" ucap Radit.
"Maksudmu apa bicara seperti itu? kamu mau bilang kalau ada perempuan lain?" Diva menatap tajam Radit.
"Istriku" ucap Radit dan tentu membuat Diva kaget mendengarnya.

Diva menatap tajam Radit ia tak menyangka dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut lelaki di sampingnya ini.

"Maksudnya kamu...?" ucapan Diva terpotong, ia tak sanggup untuk menyelesaikan pertanyaannya.

Radit tertawa kemudian merangkul Diva dan membawa kepelukannya.

"Aku bercanda sayang, kamu nih bawaannya selalu serius" ucap Radit.
"Ih kamu, gak lucu mas" omel Diva.
"Bagaimana kalau benar aku sudah memiliki istri?" tanya Radit.
"Ya aku gak maulah mas" ucap Diva yang masih bersandar nyaman di dada bidang Radit.
"Kenapa?" tanya Radit.
"Ya kasianlah mas, masa aku merusak rumah tangga orang. Aku juga gak jadi bahan gunjingan orang dan dapat predikat sebagai pelakor. Serem mas kalau tiba-tiba viral" ucap Diva.

Radit hanya tersenyum tipis ketika mendengar ucapan Diva, ia tak ingin membahasnya terlalu jauh lagi dan membuat Diva semakin curiga padanya.

---

Malam ini Radit menghampiri kediaman Diva ia sengaja datang karena di undang orang tua Diva untuk makan malam bersama di rumah itu.

"Jadi katanya Diva orang tua nak Radit tidak bisa kemari?" tanya Denny -papanya Diva-.
"Iya pah, dan sepertinya untuk pernikahan hanya dihadiri saya sendiri saja" ucap Radit.
"Kami tidak masalah untuk itu, hanya saja bagaimana dengan keluargamu apa mereka memberi restu untukmu dan Diva?" ucap Indira -mamanya Diva-.
"Tentu mah mereka pasti merestui hubungan kami" ucap Radit, ia menatap Diva dan tepat saat itu Diva juga menatapnya.
"Syukurlah kalau begitu" ucap Indira.
"Jadi kapan?" tanya Denny.
"Secepatnya pah, bukan begitu sayang" Radit menatap Diva.
"Hm Iya mas" angguk Diva tersenyum.

Usai makan malam Radit bersantai dan berbincang sebentar dengan orang tua Diva di ruang keluarga, mereka membahas rencana pernikahan yang nantinya hanya akan di selenggarakan secara sederhana saja. Diva setuju dan baginya pernikahan yang terpenting adalah momen sakralnya bukan seberapa mewahnya sebuah pesta.

Dan ketika malam sudah larut Radit pun pamit pulang.

"Langsung pulang ya mas" ucap Diva ketika mengantar Radit ke mobilnya.
"Iya sayang" angguk Radit.
"Besok jam berapa berangkat ke Bandung?" tanya Diva.
"Pagi, maaf ya aku selalu gak bisa menemani kamu di akhir pekan" ucap Radit seraya menyingkirkan rambut Diva ke belakang daun telinganya.
"Gapapa mas, aku gak masalah kok. Yang penting bagiku kamu setia dan gak macam-macam" ucap Diva.

Radit tersenyum mendengarnya, ia kemudian membisikkan sebuah kalimat yang membuat hati Diva menghangat.

"Aku mencintaimu" bisik Radit.
"Aku juga mas" sahut Diva.

Dan sebuah ciuman pun mendarat di bibir tipis Diva, dan tanpa mengenal tempat keduanya saling memagut.

"Aku pulang" ucap Radit yang kemudian mengecup kening Diva.
"Hati-hati" Diva tersenyum dan melambaikan tangannya pada Radit.

Memasuki rumahnya Diva masih memegang bibirnya, ia masih merasakan bagaimana tarikan bibir Radit tadi pada bibirnya. Dan Diva sungguh bahagia karena tak lama lagi ia akan merubah statusnya.

🖤🖤🖤

5
13/1/2020

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang