7

1.5K 154 1
                                    

Sania dan Raffi begitu bahagia setelah dua hari ini diajak sang papa berakhir pekan bersama di villa mereka yang ada di puncak. Sementara itu Sarah pun tak kalah bahagianya karena akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya.

Dalam perjalanan pulang kembali ke kota Bandung Sarah tersenyum, ia menatap kedua anaknya yang terlelap pulas di jok belakang, dan masih dengan senyum yang sama ia kemudian menatap sang suami yang tengah fokus menyetir. Sarah begitu bahagia dengan keluarga kecilnya tersebut, suami yang bertanggung jawab dan anak-anak yang menyayanginya.

"Kenapa kok senyum-senyum begitu?" tanya Radit, ia menatap istrinya.
"Aku hanya terlalu bahagia mas, aku bahagia memiliki kalian" ucap Sarah tersenyum.
"Aku juga bahagia sayang" sahut Radit, ia merahi tangan Sarah dan mengecupnya.
"Berjanjilah kamu akan selalu bersamaku dan anak-anak" ucap Sarah.
"Tentu saja, aku gak akan meninggalkan kalian, aku mencintai kalian" ucap Radit.
"Aku juga mencintaimu mas" ucap Sarah tersenyum.

Tiba di rumahnya Radit segera menurunkan koper mereka, ia membawa koper-koper itu ke belakang untuk dicuci sang art. Radit kemudian meminta secangkir teh hangat pada sang istri, mereka duduk bersama di ruang keluarga.

"Jadi pulang sore ini?" tanya Sarah.
"Iya yank" angguk Radit.
"Gak cape mas? gak pulang besok pagi saja?" ucap Sarah yang khawatir karena suaminya terlihat lelah.
"Tidak bisa sayang, aku harus pulang sore ini. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan untuk keperluan pertemuan besok" bohong Radit.
"Tapi mas..."
"Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja" ucap Radit.

Sore itu juga setelah beristirahat sebentar di rumah Radit pun berpamitan pada istri dan kedua anaknya untuk kembali ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta Radit kembali bersiap untuk menyambangi kediaman Diva. Diva kaget dan tak menyangka kekasihnya itu sudah kembali ke Jakarta.

"Kamu... kok sudah pulang mas? kok tiba-tiba nongol di sini?" ucap Diva kaget.
"Kok sambutanmu begitu yank, gak senang aku pulang lebih cepat? gak merindukanku?" goda Radit.
"Tentu saja aku merindukanmu" ucap Diva yang kemudian menghambur kepelukan sang kekasih.
"Aku lebih merindukanmu sayang" bisik Radit yang membalas pelukan Diva.

Keduanya berpelukan begitu erat.

"Aku pulang lebih awal karena memang sudah bisa pulang. Ayo ganti bajumu kita jalan-jalan" ucap Radit seraya melepaskan pelukan mereka.
"Mau ke mana?" tanya Diva.
"Ke cafe mungkin" ucap Radit.
"Oh ok, sebentar aku ganti baju dulu ya mas" ucap Diva.

Tak lama Diva sudah mengganti piamanya dengan kaos berwarna putih dipadu dengan celana jins panjang, ia juga mencangklong tas kecil di pundaknya. Dan setelah pamit pada orang tua Diva keduanya pun keluar menuju sebuah cafe yang berada di lantai dua hotel Best Western.

Setelah memarkirkan mobilnya di basement Radit menatap Diva dan begitu pun Diva yang juga menatap Radit.

"Aku merindukanmu sayang" bisik Radit, ia menarik Diva kepelukannya.
"Ya aku juga mas, sangat merindukanmu. Kamu gak macam-macam kan di Bandung, gak melakukan hal aneh kan" selidik Diva.
"Kamu meragukanku sayang?" ucap Radit.
"Lelaki kan memang sukanya begitu mas, di mana dia berada maka disitu bisa dipastikan dia menyimpan perempuan" ucap Diva.
"Tapi aku bukan tipikal lelaki seperti itu" ucap Radit meyakinkan Diva.
"Ya semoga saja mas, aku harap begitu" ucap Diva.

Dan entah bagaimana kini bibir keduanya sudah saling menaut, mengecup dan memagut.

"Cukup mas ini parkiran" tegur Diva seraya melepaskan ciuman mereka.
"Ok maafkan aku sayang" ucap Radit.
"Gapapa mas" Diva tersenyum seraya mengusap pipi sang kekasih.
"Ya sudah ayo turun" ajak Radit.

Keduanya kemudian turun dari mobilnya dan langsung menuju lift untuk mengantarkan mereka ke lantai atas ke cafe.

Diva dan Radit memesan dua kopi dan beberapa camilan. Keduanya bersantai melepas penat, mengobrol tentang beberapa hal mengenai rencana pernikahannya juga melepas rindu selama beberapa hari tak bertemu.

"Kangen yank" bisik Radit.

Radit merangkul mesra Diva, ia sesekali menggesekkan hidung mancungnya pada pipi kekasihnya tersebut. Diva hanya diam tak menolak sedikit pun akan sentuhan prianya itu.

"Sudah ketemu ini sudah terobatikan kangennya" ucap Diva.
"Hm" angguk Radit.
"Emm mas jadi kapan kamu mengajakku ke Makasar bertemu orang tuamu" ucap Diva ia menatap Radit dan tentu membuat Radit kembali menengang.

Radit berusaha memberikan senyumnya pada Diva, ia kembali merangkul lalu memeluk kekasihnya itu dari belakang.

"Aku masih terlalu sibuk sayang, bagaimana kalau nanti saja, setelah akad nikah kita ke Makasar menemui mama papa dan keluargaku" ucap Radit.
"Baiklah aku setuju saja apa katamu mas" ucap Diva percaya.

Setelah cukup lama bersantai keduanya memilih untuk segera pulang, Radit mengantarkan Diva pulang.

"Terima kasih untuk malam ini mas" ucap Diva seraya mengusap lengan sang kekasih.
"Sama-sama sayang" Radit tersenyum lalu mengecup pipi Diva.
"Langsung pulang dan istirahatlah, aku tau kamu cukup lelah" ucap Diva.
"Ya sayang" angguk Radit.

Radit tersenyum ia kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Diva, dan Diva yang paham pun memejamkan matanya. Diva menyambut baik kecupan bibir kekasihnya tersebut, ia kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Radit. Keduanya saling mengecup dan memagut mesra hingga tanpa Diva sadari Radit telah melangkah jauh mencapai bagian-bagian tubuhnya yang terlarang.

Diva memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut itu, bibirnya melengkung tersenyum manakala merasakan sentuhan jemari Radit pada inti tubuhnya.

"Mas cukup, ini bukan saatnya" Diva tersadar ketika dua jari Radit yang secara perlahan ingin memasuki intinya.
"Maafkan aku sayang, aku terbawa nafsu" ucap Radit.

Keduanya saling memeluk.

"Sabar ya mas, gak lama lagi" Diva tersenyum manis seraya membayangkan hal indah di antara mereka.

Radit kemudian pulang dengan api gairah yang masih menyala, tiba di rumahnya ia memutuskan untuk segera mandi dengan air dingin demi meredam api gairahnya tersebut.

🖤🖤🖤

7
18/1/2021

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang