Sedikit cerita tentang hidup ku...
Ya memang, hidup ku tidak terlalu penting bagi sebagian orang. Tapi bagi mereka, aku bagaikan berlian yang paling mahal harganya.Waktu pertama kali aku lahir ke dunia, aku melihat senyum manis mereka. Mereka tersenyum bahagia atas kelahiran ku. Aku bersyukur akan hal itu.
Sebulan dua bulan aku di dunia, aku merasa bahagia. Tertawa karena mereka selalu menghibur ku, dan menangis saat ku tidak merasa nyaman dengan tempat ku.
Sekitar tiga bulan atau empat bulan aku di dunia, aku jatuh sakit. Orang tua ku dan saudara-saudara ku bulak balik rumah sakit, mereka khawatir dengan keadaan ku waktu itu.
Bahkan, sampai satu bulan aku di rumah sakit. Tapi belum ada perkembangan apapun. Bapak ku marah, ia mendatangi dokter dan menghajarnya.
Jujur akupun kaget, mendengar cerita itu dari mamah ku dan nenek ku. Lalu aku bertanya kepada mereka.
“mengapa bapak menghajar dokter ma?nek?”
Mereka berdua pun menjawab pertanyaan ku.
“karena Eneng ga ada perubahan apapun, bapak Eneng udah pusing waktu itu. Di tambah lagi, Eneng anak pertama”
“ohh” -ucap ku santai
Mereka pun melanjutkan ceritanya pada ku.
Setelah bapak ku tenang, dokter pun menjelaskan keadaan ku waktu itu. Aku-pun ga tau penyakit apa yang aku alami waktu itu, karena ga ada yang mau ngasih tau aku sedikit pun.
Setelah dua bulan aku di rumah sakit, kondisi ku membaik. Orang tua ku dan saudara ku pun senang mendengarnya.
Namun setelah itu kondisi ku drop kembali, hingga akhirnya bapak aku memutuskan untuk berhenti bekerja dari pekerjaan PT nya.
Aku mengetahui itu, karena aku menemukan surat pengunduran diri bapak ku, yang ada di balik lemari. Dan akupun bertanya langsung kepada bapak ku. Dan ya, bapak ku berkata seperti itu.
Aku merasa bersalah karena itu, tapi bapak ku mengatakan, bahwa itu sudah seharusnya ia lakukan. Karena seorang ayah tidak mau meninggalkan anaknya yang sedang sakit.
Aku sedih mendengarnya, tetapi bapak ku seorang pahlawan yang kuat. Setelah berhenti bekerja dari PT nya, ia bekerja menjadi tukang bangunan dan petani.
Aku selalu ikut dengan nya, kemana pun bapak ku pergi. Aku tak pernah bosan di ajak jalan-jalan dan menemani pekerjaan nya. Karena dari situ, aku mendapatkan pengalaman yang orang lain belum tentu mengalaminya.
Waktu aku 2 tahun di dunia
Bibi ku, mencarikan sepatu untuk ku. Dan saudara-saudara ku yang lain, mencarikan baju yang bagus untuk ku. Bibi ku mengeluh, karena sepatu untuk ukuran 2 tahun tidak muat untuk ku.
Jangan berpikir kaki ku besar waktu itu, semua sepatu yang di belikan bibi ku tidak ada yang pas, semuanya kebesaran. Hingga akhirnya dia membeli semua ukuran sepatu dari umur 6 bulan sampai 1 tahun dan berharap ada yang pas.
Salah satu sepatu itu pas di kakiku, namun ukurannya membuat bibi ku kaget. Aku bertanya kepada nya
“emang ukuran kaki Eneng apa bi?”
-ucapku penasaran“ukuran 7 bulan, baru muat di lu”
-bibi ku memberitahu ku, dengan intonasi yang tegasAku-pun kaget mendengarnya
“serius bi?” -aku bertanya kembali kepadanya, untuk meyakinkan jawabannya barusan
“lah ilok gua bohong, gua sendiri yang nyarinya. Sampai bulak balik ke pasar . Dari lemah Abang ke Cikarang, belum Nemu juga gua” -sepertinya kali ini dia sedang melampiaskan nya
“pengalaman bi” -aku menjawab dengan sebuah tawa yang kecil
“pengalaman mata lu” -bibi ku memang susah tenang
“hehehe” -aku membalas dengan sebuah tawa, yang indah [><]
Aku-pun tertawa mendengar cerita bibi ku kali ini. Pantas saja, sepatu adik ku yang kelas 2 SD muat di kaki ku. Padahal kacek nya cukup jauh, dan beberapa baju waktu aku SD pun, masih sering ku pakai. Karena masih muat di badan ku.
Untuk cerita selanjutnya, aku ceritakan di part berikutnya. Semoga kalian senang membaca cerita ku kali ini.
~diah.am
•oleh kata hati
🐾7/01/21
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA HATI (Edisi Revisi)
RandomKetika hati terasa ingin bercerita tentang apa yang di rasakan... Namun tidak ada seorang pun yang dapat mendengarkan nya.. Ketika hati ingin berteriak namun terasa sulit.. Ketika hati ingin bersama dengannya namun takdir selalu melarang nya.. Dan k...