Acara pernikahan telah berlalu, keluarga kerajaan Brunei, Keluarga Gunawan dan Keluarga Seydoux sudah terbang kembali ke negara mereka masing-masing. Kini hanya tinggal aku dan Mateen, kami baru saja check out dari Hotel dan kini berada di perjalan kembali menuju Hagstein, Kitzbuhel.
Sepanjang perjalanan melewati pedesaan kecil kecil dari setiap perbatasan kota aku tidak banyak bicara dan lebih memilih untuk menikmati pemandangan yang membosankan berselimut salju. Perjalanan empat jam dari Vienna ke Kitzbuhel dan aku terjebak bersama Mateen yang sedang mengemudi di sampingku.
"Kau belum makan" akhirnya ia bebicara ketika mobil yang kamu tumpangi sudah berada di wilayah Ansfelden. Hanya tinggal setengah perjalanan lagi. Ya aku memang lapar, tapi malas untuk menjawab pertanyaan darinya. "Kau mau makan apa?"
"..."
"Baiklah ada Mcdonalds disana" Mateen menunjuk sebuah McDonalds yang tampak sepi dengan pengunjung dan tempat parkir yang di penuhi oleh salju. Ia memarkirkan mobilnya--ralat mobilku, di drive thru McDonalds. "Can I have two big burgercheese, two large French fries and two coff--"
"Milo, I want milo" Mateen menoleh lalu tersenyum jeez, aku selalu kalah dengan makanan.
"One coffee and one Milo" Ia kembali menjalankan mobil menuju ke tempat dimana pesanan kami bisa di ambil. "Perlu cari tempat lain, untuk kita makan?"
"..."
"Baiklah, makan di perjalanan saja" Pria itu menggidikan bahunya sementara aku menyilangkan kedua tangan di dada seraya memberengut kesal. "Tapi kau yang menyuapiku selagi aku menyetir"
"Tidak mau"
"Oh kau bisa bicara sekarang" Mateen lagi-lagi tersenyum penuh kemenangan. Ia hendak akan mencubit hidungku namun terinterupsi lebih dulu oleh pegawai McDolands yang memberikan pesanan kami. "Jadi bagaimana? Cari tempat berhenti atau menyuapiku?"
"..." pokoknya aku tidak akan menjawab semua pertanyaan darinya. Aku benci dia.
"Ya sudah kita berhenti disana" Mateen dengan akhlak nya yang kurang memakirkan mobil tanpa aba-aba seorang dia adalah pembalap profesional. Jeez, posisi mobilnya pun salah dan hey! Untuk apa dia berhenti di tanah lapang yang di penuhi salju? Apa dia sudah tidak waras?
"Kau mau apa idiot?"
"Picnic on the snow" Mateen membuka seatbelt kursi kemudi miliknya, membawa kantung Mcdonalds yang telah ia pesan tadi.
"Bodoh! Udara disini minus dua belas derajat kau ingin aku kena hipotermia?" Lagi-lagi dia tersenyum. Hella! Apanya yang lucu?
"Ya harus bagaimana lagi? Kau pun ditanya diam saja" baik sepertinya definisi 'wanita selalu benar' tidak berlaku pada Mateen, lihatlah bagaimana Mateen berhasil menyudutkanku layaknya seekor tikus di cartoon Tom and Jerry. "Jadi bagaimana, menyuapiku atau piknik diatas tumpukan salju?"
"Aku yang menyetir mobil" jawabku cepat, membuat Mateen langsung terdiam menatapku datar. Lihat, sekarang siapa yang kalah. "Jadi menyingkirlah, Aku tidak suka buang waktu"
Pria itu berdecak sebelum keluar dari mobil sementara Aku menjulurkam lidah padanya sebelum melompat dari kursi penumpang menuju kursi kemudi dan ya Mateen kembali dengan bingkisan McDonalds.
"Mana McDonalds milikku"
"Kau mau juga?" ku berikan tatapan horor kearahnya sementara dia hanya menatapku datar. "Ku kira kau hanya memesan Milo nya saja. Cheeseburger ini punyaku"
What the fuck?!
Kembali ku hentikan mobil di jalanan secara mendadak membuat coffee yang di pegang Mateen tumpah ke mantelnya. Berniat untuk keluar dan naik kereta saja menuju Kitzbuhel. Well, beruntung sekali stasiun kereta Ansfelden hanya tinggal beberapa meter lagi dari tempat dimana aku menghentikan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sliding into Your DMs (COMPLETED)
Fanfiction⚠ DISCLAIMER This story is purely work of fiction. None of these events really occurred and all the characters do not really have the same character in real life. Do not copy or steal this story without giving me credit. Brianna Gunawan