Royal Johor Polo Club, Johor Bahru, Johor, Malaysia.
Hari ini ada pertandingan persahabatan antara Malaysia dan Brunei. Ya itu artinya aku akan bertemu dengan Mateen. Ini sudah hal yang biasa bagiku karena bukan sekali saja kami bertemu setelah kami berpisah tepat tiga tahun lalu. Mateen masih tetap mencoba mencari-cari perhatianku namun aku sudah mati rasa padanya dan kuanggap orang asing saja.
"Auntie Brie, let me take Zarrina" Lily, putri pertama dari kak Ismail memintaku untuk menurunkan Zarrina yang masih berada di pangkuanku. Anak itu selalu antusias setiap kali aku dan Iman kembali ke Malaysia apalagi sekarang Zarrina yang baru saja menginjak umur dua tahun sudah mulai cerewet membuat Lily gemas pada sepupunya yang selalu berada jauh.
"Where'd you go?" tanya Iman yang baru saja datang melihat keponakannya membawa Zarrina untuk jalan-jalan.
"Take a little stroll uncle" Iman hanya mengangguk seraya memasangkan sepatu polo-nya dan duduk di sampingku.
"Sudah lama sekali aku tidak bermain Polo, mungkin akan sedikit kaku" keluhnya. Ya tiga tahun tinggal di Australia dan menggeluti dunia balap, Iman jadi jarang sekali bermain Polo. Kebanyakan aktivitasnya ia habiskan di dunia otomotif.
"Kau memang selalu kaku" ejekku, membuatnya langsung menoleh dan tersenyum jahil. Oh astaga aku tahu senyumannya itu. Senyuman intimidasi.
"Jika aku kaku, Zarrina tidak akan cepat memiliki adik" ucapnya mengusap perutku. Well, ya ini adalah kehamilanku yang kedua. Zarrina akan memiliki adik setelah aku mendapat kabar lagi sedang hamil dengan usia kandungannya yang baru menginjak dua bulan. Usia Zarrina dua baru menginjak dua tahun mungkin itu adalah umur yang tepat untuk memiliki adik lagi.
"Diam kau" kataku yang tersipu malu dengan kalimatnya. Oh astaga Brianna kau akan memiliki anak kedua pun masih malu di gombali oleh suami sendiri.
"Do you wanna make other one?" Dia tahu aku sedang tersipu malu karenanya. "Zarrina mirip sepertimu, tampaknya aku harus sedikit overprotective"
"Haruskah?"
"Tentu saja, siapapun pria yang datang ke rumah harus lulus ujian denganku" Oh astaga, berlebihan sekali. Aku hanya memutarkan bola mata malas dan langsung di hadiahi ciuman di bibir olehnya. Dia pikir kita sedang berada di Australia ya? Untung saja tidak ada wartawan disini, yang ada hanyalah bonda Iman dan abang Idris yang melihat kelakuannya. Mereka hanya menggeleng seraya tersenyum pada kami.
"Aussie thing, Bonda" jawabnya polos.
"Pantas saja Zarrina cepat sekali punya adik" cibir abang Idris yang hanya di hadiahi senyuman intimidasi Iman pada abangnya yang masih betah melajang. "Jangan kau coba bicara lagi! Akan ku culik Zarrina darimu"
"Bicara tentang Zarrina, Lily membawanya kemana ya?" kataku seraya bangkit dari kursi. "Aku mencari Zarrina dulu sebentar"
Iman mengangguk dan kembali melanjutkan percakapan bersama abang Idris dan juga Bonda. Dari kejauhan kulihat Lily dan Zarrina sedang bermain di tepian lapang melihat kuda-kuda yang baru saja di keluarkan dari kandangnya. Zarrina tertawa kegirangan melihat kumpulan kuda di lapangan di temani oleh Lily yang memegang erat tangannya.
"Hey kids, what are you doing" tanyaku Zarrina yang menyadari kedatanganku langsung berlari memeluk tubuhku kencang.
"She likes horse auntie!" jelas Lily yang ikut memeluk tubuhku juga. "Oh, Auntie Brie this is our new friend. Fadhillah"
Satu anak perempuan berparas manis muncul dari balik tubuh Lily. Ya aku tahu siapa dia, anak Mateen. Parasnya sangat jelas perduan Mateen dan May. Kasihan sekali anak itu, di tinggal pergi ibunya aku bahkan belum sempat mengirimkan tanda terima kasih padanya karena telah membantu proses perceraianku dengan Mateen. Jika bukan karenanya malam itu keperawananku hilang dan Zarrina mungkin tidak ada disini. Aku sangat berterima kasih padanya juga pada Iman yang telah memberiku hadiah seorang anak perempuan yang sangat menggemaskan dan juga cantik. Well, sekarang aku pun sedang menunggu hadiah kedua yang ia berikan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sliding into Your DMs (COMPLETED)
Fanfiction⚠ DISCLAIMER This story is purely work of fiction. None of these events really occurred and all the characters do not really have the same character in real life. Do not copy or steal this story without giving me credit. Brianna Gunawan