16. official

223 40 4
                                    





"vi..." Adit meraih tangan Saviea, kemudian bibirnya agak kelu untuk berbicara begitupun dengan Saviea yang pipinya memerah.

"gu-gue..." Adit masih tergagap, menurutnya jantungnya berdetak 100× lebih cepat dari biasanya.

namun saat Adit membuka mulutnya, panggilan masuk dari ponsel Saviea membuat tautan tangan Saviea lepas dari Adit.

"dih, kok dimatiin!" cibir Saviea melihat ponselnya, cuman misscall.

"misscall doang ya?" tanya Adit, Saviea mengangguk kemudian kembali menatap Adit.

"lo mau bilang apa?" tanya Saviea.

"ng- anu..." ucap Adit tergagap, matanya mengerjap kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Saviea mengerutkan dahinya bingung, "hah? nganu?" tanya Saviea.

"nggak, gw cuman mau minta maaf karena lalu2 pernah ngejauhin lo." ucap Adit.

"ohh... cuman gitu doang, santai aja kali." ucap Saviea sembari tersenyum enteng.

kemudian mereka bercerita ringan soal hidup dan pengalaman masing2, Saviea bercerita soal mamahnya yang super galak dan ayahnya yang super dingin, keluarga mereka harmonis hingga suatu saat kantor ayahnya mengalami penipuan dan membutuhkan dana banyak untuk menutupi kebutuhan kantor, terpaksa lah mamahnya bekerja membantu ayahnya.

"mamah lo skr jarang pulang?" tanya Adit.

Saviea mengangguk, bibirnya mengerucut.

"jangan sedih, gw disini." ucap Adit mengacak rambut Saviea.

"hmm, tapi kadang gw suka kangen aja gitu." ucap Saviea, ia kemudian menatap Adit.

"lo sendiri, gimana?" tanya Saviea.

"nyokap gw kan udah ga ada." ucap Adit enteng.

"lu pasti lebih kangen nyokap lo ya?" tanya Saviea, kemudian Adit mengangguk.

Adit menghela nafasnya kemudian menatap langit cerah berwarna biru yang ditemani dengan awan putih, terlihat seperti lukisan namun diciptakan oleh tuhan, "banget lah, gw bahkan suka gak tau arah kalo gaada nyokap gw, beliau yang didik gw sampe besar, belia itu wanita yang kuat, hebat, beliau juga pintar. waktu itu gw ga punya orang yang bisa gw jadiin alasan bertahan, sampai akhirnya..." Adit menatap Saviea kemudian terdiam, yang ditatap hanya mengerutkan dahinya bingung.

"sampai akhirnya??" tanya Saviea.

"bukan apa2." Adit menggeleng mengalihkan pandangannya ke arah lain.

kemudian mereka sama2 terdiam, larut dalam fikiran masing2, terasa atmosfer ditempat ini menjadi dingin.

Adit kemudian memecahkan keheningan dengan berdeham.

"gw mau ngomong sesuatu boleh?" tanya Adit, tentu saja Saviea mengangguk.

"lo ga kangen jilan?" tanya Adit.

"kangen lah! pasti itu mah." ucap Saviea.

"kok ga mampir lagi?"

"eh- sorry ya kemarin gw..." ucap Saviea menggantung, dia ga mau inget soal tragedi om2 kemarin, geli pokoknya.

"gpp kok, tapi nanti mau kan jadi ibunya jilan lagi?" tanya Adit.

Saviea mengangguk, "mau dong!" dia tersenyum semangat.

"terus jadi istri2an gw lagi." ucap Adit sedikit menggodanya.

"apaan sih anjir!" Saviea tertawa sembari mendorong bahu Adit.

"nanya lagi boleh?" tanya Adit, Saviea hanya mengangguk.
"lo deket banget ya sama bian?" tanya Adit.

"nggak juga, kenapa?" tanya Saviea.

"nggak, gw ga suka aja lo deket sama Bian." ucap Adit.

"oh iya dit, kenapa lu bisa kenal sama bian?" tanya Saviea.

"gw- g-gw kan sama dia dulu anak futsal sekolah." ucap Adit.

fyi, memang Adit sama Bian ini dulu satu eskul futsal (park woojin tuh emg suka juga maen bola dan sunwoo kan kalian tau sendiri)

"ohh, iya juga sih." Saviea mengangguk
"oh iya, kenapa lo ga suka gw deket sama bian?" tanya Saviea.

"gatau, ga suka aja." ucap Adit enteng.

"masa bisa gitu!, kenapa?" tanya Saviea.

"ga suka aja." ucap Adit.

"bohong!" jawab Saviea.

"beneran!"

"bohong!"

"beneran!"

"bohong!"

"iya iya, gw cemburu." ucap Adit, matanya menatap Saviea.

"h-hah???" Saviea bingung, bukan bukan bingung deng lebih tepatnya kaget.
"m- maksud lo?" tanya Saviea.

"tuhkan, gw jawab jujur juga lo nanya lagi." ucap Adit.

"ya tadi apa maksudnya?" tanya Saviea.

"ga ada kata ulang."

"adain lah!"

"gaada."

"Ada!"

"nggak."

"A- De- A- Da, Ada!"

"halah, iya dah iya," ucap Adit pasrah, ia mengambil nafas, "gw cemburu, Saviea." sambung Adit.

"gw suka sama lu sejak pertama kali lu ajak gw ngobrol di kelas waktu mpls," ucap Adit.

"lo yang pertama kali ngajak cowok freak kayak gw buat bergaul sama yang lain, lo yang nyuruh gw buat senyum, lo yang nyuruh gw temenan sama Devan, Arta dan kawan2 lainnya," lanjut Adit, ia menghela nafasnya.

"sampe waktu gw tau lo adek bang randhu, bang randhu bilang kalo gw bakal bikin lo sedih dan banyak fikiran semisal lo juga suka sama gw, karena dulu masalah idup gw banyak," sambung Adit lagi.

"gw ga kuat nahan ini, apalagi sekarang kita deket." ucap Adit.
"gw selalu caper ke lo dengan cara ngajak lo ribut." ia menatap Saviea lekat, memegang tangan gadis yang selama ini dia cintai.









"Vi, pacaran yu." ajak Adit.

"h-ha??"
"p-pacaran? s,serius?" tanya Saviea.

"muka gw keliatan bercanda?" tanya Adit.

"ngg, nggak sih, t-tapi masa gitu sih!" protes Saviea.

"gitu gimana?"

"ga romantis." cibir Saviea.

"lagian kalo emg romantis lo bakal terima gw?" tanya Adit.

"nggak lah."

"anjir nyesek."

Saviea tertawa, "nggak salah lagi, dit." jawab Saviea.

"gw suka sama lu, gw sadar hal itu, gw sering mikirin lo, gw suka bareng sama lo, gw nangis waktu kelas 11 dulu lo menghilang gaada kabar." ucap Saviea.

"gw kira perasaan gw sementara, tapi nyatanya? nggak." ucap Saviea.

"jadi apa?" tanya Adit.

Saviea mendegus kesal, "terserah!" ucapnya kesal, Adit tertawa.

"yaudah ayo pacaran." ucap Adit.

Saviea mengangguk kemudian menunduk sembari tersenyum.

"halah malu2 biasanya juga malu2in." cibir Adit.

"HEH!!"





.

opici mrk, tapi tidak semudah itu fergusoh liat aja nnti.

Keluarga Dadakan - Kim Sunwoo [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang