Bab 11 •Spesial bukan martabak

20 3 0
                                    

Kini mereka duduk berdua di bawah langit malam yang terlihat bersinar dengan keramaian dan juga suara gelak tawa membuat siapapun merasa bahagia. Terutama seorang Kania varessa. Baginya ini adalah pertama dia baru merasakan bagaimana rasanya meluangkan waktu bukan dengan orang terdekatnya keluarga ataupun sahabat melainkan seorang pacar.
Ada rasa aneh yang berada di lubuk hatinya entah mengapa dia bergetar seakan bibirnya tak sanggup berkata seolah-olah keadaan sedang menjebaknya dalam hening.

Definisi bahagia itu sederhana asal dia bisa berada didekat orang yang disayanginya itu cukup membuatnya merasa aman. Dan untuk sekarang rasa benci terhadap Devan mungkin perlahan bisa berubah entah itu akibat perbuatan Devan yang tiba-tiba baik terhadapnya atau bisa juga karena Devan adalah pacarnya, miliknya.

"Gue ngantuk." Ujar Devan yang masih setia menyenderkan kepala dibahu Kania.

Kania hanya berdehem hal itu membuat Devan berdecak dan langsung bangkit berdiri.

Lalu Devan mengulurkan tangannya kepada Kania hal itu membuat Kania merasa kebingungan.

"Ayo pulang..." Ajaknya.

Kania melotot. "Nanti lah baru juga sebentar. Main itu enak tuh yang mancing ikan-ikanan."

"Emangnya Lo anak kecil apa!"

"Bukan!!"

"Ehhhh tungguin." Ucap Kania ketika Devan meninggalkannya.

"Ini beneran mau pulang?"

"Mau ke diskotik." Balas Devan asal membuat Kania menggurutu kesal.

"Tanya bener-bener juga."

"Siniin tangan Lo." Pinta Devan yang membuat Kania menunjukkan tangannya.

Devan menyatukan telapak tangannya yang besar dengan telapak tangan Kania yang terlihat mungil dan halus hal itu membuat Kania protes.

"Lepasin!"

"Jangan geer! Lo itu kecil nanti kalo ilang gue yang repot."

Kania menatap Devan kesal. "Besok kalo gue tinggi lo jangan kaget ya."

Devan terkekeh. " Gue doain Lo cepet tinggi biar otak Lo juga ikutan tinggi rada-rada gitu sih."

"Otak mana bisa tinggi. Bego!" Kesal Kania.

"Makanya pintar itu dipelihara. Stres!"

Kania benar-benar merasa kesal saat ini dia mengarahkan pandangannya kearah lain.

Didepan sana terdapat pertunjukan sulap yang membuat Kania merasa tertarik ingin sekali menuju kesana.

"Mau nonton?" Tanya Devan membuat Kania mengangguk senang.

Devan membawanya ke tempat pertunjukan itu saat aksi seorang pesulap sedang membaca sebuah mantra yang siapapun tidak ada yang tahu.

pesulap itu mengambil kotak berwarna hitam yang berisi burung melati. Dan tiba-tiba saat burung itu diterbangkan berubah menjadi bunga mawar yang jatuh mengenai kepala Devan.

"Wahhh.."

Kania takjub melihat itu dan tanpa diduga pesulap itu meminta Devan untuk maju kedepan.

"Beri bunga ini kepada orang yang menurut anda sangat spesial." Ucapnya yang membuat Devan mengarahkan pandangan matanya kearah gadis didepannya.

Ada dua gadis yang berdiri bersebelahan.

Devan menyodorkan bunga mawar itu yang membuat semua orang bertepuk tangan.

"Serius buat gue?" Tanya Kania.

Devan mengangguk dengan tatapan yang mengarah pada seorang gadis disamping Kania.

It's me kaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang