Bab 9 •Bukan membela

19 3 1
                                    

Gadis itu sesekali memijat kepalanya karena merasa sedikit pusing akibat berdiri sambil hormat di lapangan membuat siapapun akan merasa iba terhadapnya.

Kemalangan yang dialaminya dan ini semua akibat kecerobohannya membuat seseorang yang berada dikelas merasa aneh dengan dirinya sendiri ketika melihat gadis itu hatinya berdesir mencoba berpikir mengapa dia merasa gelisah?

"Pak..." Panggilnya terhadap guru yang mengajar dikelas.

Pak Kamil namanya beliau guru matematika yang memiliki berat badan diatas rata-rata. Perutnya seperti drum membuat semua orang yang melihatnya akan menggelengkan kepala pak Kamil hamil atau gimana sih? Bisa Segede itu perutnya apalagi kepalanya botak, terlihat mengkilap jadi bingung shamponya mahal kali atau bisa aja setiap hari beliau ke salon.

"Kenapa Devan?" Tanyanya. Ya orang itu adalah Devan.

"Saya mau izin ke toilet." Ucap Devan dia bahkan sudah berjalan hendak keluar padahal pak Kamil belum menyetujui permintaannya.

"Belum juga saya kasih izin kamu udah nyelonong aja. Yasudah sana, inget! Toilet sebelah mana? Jangan sampai kamu palah ke arah lain." Ucap pak Kamil memberikan izin padanya serta memperingatinya karena kebanyakan murid akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membolos.

Apalagi dia adalah Devan sudah pasti pak Kamil akan mempercayainya.
Devan murid dengan segudang talenta yang dimilikinya tidak mungkin berbohong bukan? Tapi apa terjadi Devan justru berjalan kearah lain.

Dia hanya berdiri dikoridor yang tepat mengarah pada gadis yang tak lain adalah Kania. Devan akui dia dulu tidak begitu perduli dengannya. Tapi mengapa sekarang hatinya berkata lain? Dia mencoba untuk tidak perduli namun, tindakannya menjelaskan bahwa dia sangat perduli.

Kania yang menyadari ada yang memperhatikannya menatap lurus kedepan dan benar saja tepat didepannya Devan berdiri dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan olehnya.

Sempat terpikir olehnya mungkin dia bukan Devan akibat rasa lelahnya dia mengartikan orang lain sebagai pacarnya.

Devan mana mungkin memperdulikannya. Justru bersamanya Kania merasa bahwa Devan itu musuhnya bukan pacarnya. Setiap hari juga selalu menatapnya datar dan juga setiap kali Kania berbuat ulah Devan terlihat biasa saja palah dia yang menyalahkannya atas semua yang diperbuat. Mungkin karena Devan berteman baik dengan Devi jadi dia yang selalu disalahkan sedangkan Devi dibela mati-matian.

Bahkan Kania tahu jika Devan sering berjalan dengan banyak gadis dikelasnya ataupun kelas lain dan bisa saja sekolah lain. Itu semua karena Kania sering melihat Devan berada di mall, cafe, taman dan disekolah pun dia selalu saja dekat dengan banyak gadis.

Namun, Kania merasa bodo amat terhadap kelakuan Devan. Coba deh bayangin pacar mana yang rela melihat cowoknya sendiri menggaet banyak perempuan berganti-ganti didepan kepalanya sendiri. Jika ada orang itu pasti gila!! Dan Kania adalah gadis tergila yang diam saja diperlakukan seperti itu.

"Woy kania...kenapa Lo ada disitu sinih jangan panas-panasan gak takut apa kulit Lo jadi hitam. Nih Jojo aja takut kalo kulitnya item nanti gak laku katanya." Teriak Genta yang sedang duduk lesehan di dekat pohon besar.

"Sembarangan Lo kalo ngomong!" ucap Johan merasa tak terima terhadap perkataan teman laknatnya itu.

"Lah emang gitu kan."

"Ya iya sih... tapi kan gue udah laku! Lo kali yang masih jomblo."

"Jomblo mbahmu!! Gue ini singgle yah."

"Sama aja bego."

"Eh bos kemana?" Tanya Genta yang melihat bintang melangkah pergi.

"Banyak bacot kalian." Ujarnya membuat mereka terdiam.

It's me kaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang