1 | o i k a w a s i b l i n g

159 12 0
                                    

Pagi yang damai di kediaman besar berlantai dua bertaman luas dan berpagar emas, cukup itu berlebihan,

Karna nyatanya rumah ini hanya rumah minimlis dua lantai bergaya kuno yang menjadi tempat berteduh bagi dua bersaudara Oikawa Tooru dan Oikawa (name),

Jangan tanyakan dimana kedua orang tua mereka, karna orang tua mereka sudah lama berpisah

Mereka berdua di asuh sendiri oleh kakek neneknya sejak kecil dan saat menginjak remaja keduanya malah ditinggalkan mereka maksudnya kakek neneknya meninggal,

Dan jangan langsung bingung bagaimana kehidupan mereka setelahnya, orang tua mereka masih sangat peduli bahkan terlampau peduli, karna sadar kalau kedua anak mereka adalah korban ego orang dewasa,

Mereka menjamin anak-anak mereka berkecukupan, sandang pangan papan, walaupun mereka tak bersama lagi tapi kalau menyangkut anak, mereka tak segan-segan bertaruh banyak hal,

"Mas, uang buat belanja minggu depan tinggal separuh, jadi mas gak usah minta adek masakin yang aneh-aneh ya"

"Lah, bukan uangnya cukup ya dek buat makan daging sapi seminggu"

Percakapan pagi hari dari kedua saudara ini tak sepantasnya terjadi, ya bukankah anak-anak seharusnya tak memikirkan tentang belanja bulanan,

Tapi itu sudah lumrah terjadi pada mereka bedua, karna mau siapa lagi, mereka hanya berdua benar-benar berdua tanpa orang dewasa di rumah, hidup merekapun di atur bersama, jadinya ya seperti ini,

"Minggu depan gak usah makan daging sapi, makan aja telurnya" ucap (name)

Oikawa mendengus geli,
"Emang sapi bertelur dek?!" tanya oikawa setengah berteriak, karna posisi ruangan mereka berbeda

(Name) di dapur dan Oikawa di ruang tengah yang terhubung langsung dengan dapur,

Pagi ini setelah memasak sarapan (name) langsung duduk termenung di meja makan, di depanya sudah tersodor sebuah note dan uang beberapa lembar,

Sedangkan Oikawa tengah merapikan dasinya di ruang tengah, setelah selesai dia langsung menyusul adiknya,

Oikawa menaikan sebelah alisnya melihat adiknya yang begitu fokus,

"Udah dek kalo kurang tinggal minta papah aja" tutur Oikawa,

Dan tak di sangka mendapat delikan dari adiknya sebagai balasan,

"apa?" Oikawa,

(Name) berdecak,
"Inget ya mas yang bikin uangnya kurang siapa" cercanya,

"La emang siapa?" polos Oikawa,

(Name) tau jika kakanya ini sedang berpura-pura bodoh atau memang bodoh, karna nayatanya Oikawalah sumber dari krisis ini,

(Name) menghela nafas
"Yang ngotot pen nraktir temen-temennya siapa?!"

"Dek"

"Yang bilang buat pajak menang turnamen siapa?!"

"D-dek-"

"Yang awalnya bilang empat ratus ribu cukup akhirnya jadi tujuh ratus ribu siapa?! Hahhhh?!!"

"D-dek mas bisa jelasin"

"AARRGGHHHHHH!!!"

"ISTIGFAR ADEKK JANGAN KESURUPAN!!!"

"AINGG MAUNGGG!!!"

"Apsihhh!"

Oikawa yang sadar sudah membuat adiknya marahpun langsung mengecilkan suaranya,

"Y-yaudah kali tinggal ambil di tabungan uanganya juga banyak.... kan?"

Perkataan Oikawa tak lantas membuat marah (name) mereda malah makin meradang,

"Gak usah otak atik tu uang tabungan" ancam adiknya membuat Oikawa bergidik takut,

Salahnya juga sih, dirinya tak tahu menahu soal anggaran rumah, memang orang tua mereka memberikan lebih dari cukup,

Namun lebihnya itu selalu di simpan adiknya sendiri entah untuk tujuan apa, dan setahunya tabungan itu sudah sangat banyak,

Namun ternyata menyinggungnya malah mengundang bencana lain baginya,

(Name) berdecak membuat Oikawa terjingkat,
"Dah lah, pusing adek lama-lama, mas kalo masih mau makan yang enak-enak ganti dulu uanganya, kalo gak bisa ya makan seadanya gak usah ngeluh"

"M-minta papah aja ntar juga di kasih kalo kurang"

*krompyang!

"GAK USAH MINTA PAPA!!"

"JANGAN LEMPAR PANCI LAGI DEKKK!!!"

Pertengkaran rutin yang selalu terjadi di rumah kecil itu tak mengherankan bagi tetangga kanan kirinya, bahkan sesekali mereka melihat sebuah panci melayang, dan itu sudah lumrah terjadi, merekapun tak peduli seperti yang di lakukan sosok remaja laki-laki ini,

*krieettt

"Eh bang Iwa pagi bener" tegur (name) pada sosok yang duduk di undaan depan pintu,

"Pagi dek" sapa sosok itu,

"Pagi bang Iwa"

Namanya Iwaizumi Hajime, dia adalah tetangga serta sahabat Oikawa yang bercita cita ingin menyingkirkan Oikawa untuk menjadi kakak kandung (name) seorang, mulia sekali.

Rumah mereka sangat dekat bahkan dibilang gandeng pun bisa karna balkon kamar Oikawa dan Iwaizumi hampir berdekatan,

Mereka bertiga tumbuh bersama jadi iwaizumi sudah sangat apal dan mengerti tentang dua bersaudara ini sampai kedalamnya,

"Berantem lagi?" tanya Iwaizumi,

"Biasakan" balas (name)

Iwaizumi mendengus,
"Gak capek punya abang kek tepos huh?"

(Name) cekikikan,
"Capek banget malahan bang, makanya bang Iwa yang jadi abang (name) aja ya?"

Iwaizumi tertawa,
"Gw kan udah jadi abang lo, tinggal coret aja nama tepos di KK trus ganti pake nama gw"
Gemas Iwaizumi mengacak rambut (name)

Merekapun tertawa bersama,
"Dah bang, mas Tooru masih lama keknya mending tungguin di dalem" tutur (name)

"Trus lo?"

"Jadwal piket bang, bareng sama Yachi"

Iwaizuni hanya mengangguk,

"Assalamualaikum" pamit (name)

"Waalaikumsalam"

*brakkk

"AARGGH KAGET!!" Oikawa

"Cepet bgsd keburu siangg" Iwa

"Gak usah ngagetin juga Iwa-chan!"

"Ya makanya ayo!"

"Dek (name) mana?"

"Dah berangkat"

"Loh bocah gendeng"

"Hah?"

Oikawa SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang