25. NYC

2.8K 130 13
                                    

Hei hei! Maaf ya baru bisa update lagi dikarenakan ada kesibukan di kampus. Maaf kalo aku bakalan lama updatenya dan maaf baru bisa update yang ini dikarenakan sesuatu. Hehehehe. Happy reading guys! Love ya!!

------------------------------------------------------------------------------

PART 25

 

Ruang tunggu keberangkatan yang ramai terasa begitu sunyi bagi Khamal. Suara Adam Levine yang menyanyikan lagu Sugar pun tidak juga meramaikan hati dan pikiran Khamal. Setelah sekitar setengah jam Khamal menunggu dan hanya terdiam menikmati lagu-lagu di iPodnya, akhirnya panggilan untuk penumpang eksekutif mengharuskan Khamal untuk bergegas masuk ke dalam pesawat. Senyuman pramugari pesawat yang begitu manis menyambutnya hanya dibalas dengan senyuman tampan yang agak terlihat malas, intruksi keselamatanpun tidak didengar Khamal.

Can I help you?” tanya seorang pramugari yang berhasil mengisi pikiran kosong Khamal. “No, thank you.” Jawab Khamal sambil memberikan sedikit senyuman pada pramugari itu. “I just want to tell you that we’re about to landing.” Ujar pramugari cantik itu dengan suara lembutnya. “Okay.” Kata Khamal sambil mengangguk pelan kemudian membuat pramugari itu meninggalkannya. Serius nih udah mau landing batin Khamal mengingat sepanjang perjalanan dari Jakarta ke New York dia terus terjaga tanpa merasa ngantuk sedikitpun.

Bandara John F. Kenedy dengan kesibukannya langsung menyambut kedatangan Khamal di New York. Mobil hotel yang dipesannyapun sudah siap menunggu tepat di pintu kedatangan. “Welcome to New York Mr. Mahadri.” Kalo aja dia Taylor Swift pikir Khamal mencoba menghibur diri sambil tersenyum pada supir hotel tersebut. Setelah 20 menit perjalanan dari bandara, akhirnya Khamal tiba di hotel yang akan menjadi tempatnya menginap selama seminggu penuh. Perasaan itu muncul lagi di benak Khamal saat mengingat Adine juga menginap di hotel yang sama dengannya. “Good morning Mr. Mahadri. I’m Joe and I’m gonna lead you to your room.” Ujar pegawai hotel yang bernama Joe itu. Setelah mendapat anggukan plus senyuman dari Khamal, Joe langsung menunjukkan jalan menuju kamar Khamal.

Kamar besar dengan California king bed, kamar mandi super besar, ruang tv, dan kolam renang pribadi menjadi kamar pilihan Khamal. Tanpa merapihkan barang-barangnya terlebih dahulu, Khamal langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur besar kamar miliknya. Adine ada di kamar mana ya? Gue bener-bener harus ngomong ke dia. Kenapa gue bego banget kayak gini sih. Ini bukan yang pertama kali dan gue masih terus aja ngelakuin kesalahan. Kalo abis ini Adine gamau maafin gue, mati lah udah gue batin Khamal kesal mengingat kelakuan bodohnya yang membuat Adine kembali marah padanya.

Celana pendek selutut berwarna mocca dengan kemeja berlengan pendek berwarna biru muda dipilih Khamal untuk keluar dari kamar besarnya. Khamal memilih cafè di dekat hotel yang juga cafè langganannya setiap dia berada di New York. Khamal terus asik bermain dengan moccachino favouritenya tanpa menyeruputnya sama sekali. Minuman yang biasanya bisa mengubah mood jelek Khamal ternyata tidak mampu mengubah mood Khamal yang satu ini. ”Kak! Lo di sini?” seseorang di belakang Khamal berbicara sambil menepuk pelan pundak tegap milik Khamal. “Hei Dhi. Iya nih, duduk duduk!” jawab Khamal yang langsung diikuti Adhi. “Lo ngapain di sini kak?” tanya Adhi setelah mendapatkan minuman yang dipesannya. “Gue mau nonton lo main di MSG.” Jawab Khamal mencoba bersikap baik baik saja. “Lo kok tau gue mau main di MSG?” tanya Adhi heran. “Tau lah masa gitu aja gue gak tau sih. Hahaha.” Jawab Khamal mencoba meyakinkan namun Adhi tetap melihatnya heran. “Kok gak dateng bareng Mba Adine?” tanya Adhi lagi. “Baru sempet sekarang, jadi gak bisa bareng dia deh.” Jawab Khamal memberikan senyum getirnya. “Oh gitu. Tumben Mba Adine boleh pergi sama cowo lain?” pertanyaan Adhi yang satu ini hampir saja membuat Khamal tersedak dengan minumannya. “Emang dia ke sini sama siapa?” tanya Khamal mencoba santai. “Sama Kak Sendy kemaren.” Shit! Sendy? Dia lagi? Kenapa dia bisa ada di mana-mana sih? Batin Khamal kesal mengingat Sendy yang terus berada di sekeliling Adine. “Kak abis ini gue mau ke MSG, mau latihan. Mau ikut gak? Kali aja lo mau ngajarin gue gitu.” Tanya Adhi sambil menyeruput minuman pesanannya. “Boleh boleh.” Jawab Khamal cepat.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang