26. NYC Part 2

3.3K 144 15
                                    

Hei hei! This is the next part guys. Enjoy! VOMMENT needed guys. Have a nice reading!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

PART 26

Tuuuuut! Tuuuuuut! Tuuuuuut!

Nomer yang anda tuju tidak menjawab.

Sudah hampir 30 kali Khamal mencoba menghubungi Adine untuk mengajaknya menyaksikan pertandingan Adhi bersama bersama namun tetap saja Adine tidak mau menjawab telfonnya. Chinno abu-abu tua, kaos abu-abu dengan lengan hitam berukuran ¾, dan snapback merah yang dipakai terbalik dipilih Khamal sebagai outfitnya kali ini. Ini merupakan kali pertamanya Khamal merasa sangat tidak tertarik pada suatu pertandingan basket, padahal menyaksikan pertandingan basket di MSG merupakan hobbynya sejak kecil. Kalo gue nontonnya sama Adine gaakan gini rasanya batin Khamal melihat ke sekeliling dan mencari-cari seseorang.

Sial! Sial! Sial! Khamal terus memaki di dalam hatinya saat melihat Adine yang begitu menikmati pertandingan bersama Sendy. Gimana bisa dia ketawa-ketawa gitu pas kita lagi ada masalah besar gini? Sendy bener-bener niat ngambil Adine dari gue. Gue harus selesaiin semuanya! Batin Khamal yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan kursinya di tribune.

 

****

“Kita jalan-jalannya nanti sore aja ya Dine. Nanti gue jemput ke kamar.” ujar Sendy saat berada tepat di depan kamar Adine. “Okey! Nanti iM gue dulu ya kalo mau ke sini.” Sendy mengangguk pelan sambil memberikan senyuman khas miliknya. “Excuse me Ms. Chlaresta. I have something for you.” Ujar seorang pelayan hotel sambil memberikan seikat bunga kesukaan Adine yang selalu diberikan Khamal sebagai permintaan maafnya. “Khamal?” tanya Sendy memperhatikan ekspresi Adine. Adine mengangguk pelan sambil terus memandangi bunga yang ada di tangannya. “Ada suratnya tuh. Coba baca dulu!” mengikuti intruksi Sendy, Adine langsung membaca surat yang ada di antara bunga-bunga indah itu.

I just want to clear this mess. Meet me at the roof top when you receive this.

Love, Khamal

 

“Temuin dia biar lo juga gak nyesel.” Ujar Sendy memecah lamunan Adine. Adine mengangguk pelan dan langsung berjalan pelan menuju roof top. Hatinya belum yakin tapi langkahnya terus bertambah tanpa ragu sedikitpun. Adine menghentikan langkahnya tepat di depan pintu roof top, meyakinkan hatinya untuk menyelesaikan semua ini. Adine membuka pintu itu perlahan dan tidak mendapatkan sosok Khamal di manapun. “Mana sih si Khamal? Nyuruh gue ke sini tapi dianya gak ada.” Ujar Adine kesal karena Khamal tidak ada di sana.

“Dine!” suara seorang gadis yang tidak asing di telinganya sempat membuat Adine terkejut, Adine membalikkan badannya dan mendapati seorang gadis berwajah bule yang saat ini sudah masuk ke list orang yang sangat dia benci. Ngapain sih malah ini bule yang ada di sini? Gue kan janjian sama Khamal bukan sama dia batin Adine kesal melihat gadis di hadapannya. “Lo Cuma salah paham soal yang kemarin itu. Gue minta maaf deh udah bikin hubungan lo sama Khamal berantakan, meskipun emang itu niat gue. Tapi gue juga gamau Khamal marah sama gue karena gue udah bikin ancur hubungan lo sama dia.” Ujar Risya tetap dengan nada suaranya yang super menyebalkan. “Heh Adine! Kok lo diem aja sih? Khamalnya dimaafin gak? Ish udah jauh-jauh gue ke sini, gue pikir mau diajak liburan ehhh malah disuruh minta maaf sama lo. Apa banget sih Khamal.” gumam Risya kesal karena ternyata ajakan Khamal tidak seperti yang dia bayangkan. “Jadi Khamal marah sama lo?” tanya Adine bersuara. “Iya. Gara-gara lo dia marah sama gue. Maafin lah Khamalnya. Gak usah nyebelin deh lo.” Jawab Risya yang masih saja mengerutkan dahi mulusnya. “Loh kok maksa sih?” tanya Adine heran. “Hih gue males ya berurusan sama lo lagi. Kemaren tuh salah gue. Gue yang silent hpnya Khamal, makanya dia gak jawab telfon lo. Kemaren gue yang minta dinyanyiin sama Khamal. Gausah lebay deh lo! Cuma nyanyi doang juga pake ngambek segala sih.” Jelas Risya ketus. “Lo suka kan sama Khamal?” tanya Adine akhirnya. “Banget banget banget. Puas? Tapi dia sayang sama lo, jadi gue bisa apa? Udah deh maafin aja sih. Dia tuh sayang banget sama lo, udah bagus Khamal sayang sama lo. Malah ngambek-ngambek segala.” Ini cewe gabisa santai dikit apa ya? Dari kecil udah nyebelin gini gak sih? Batin Adine heran. “Udah ya Adine, gue males di sini banyak angin nanti rambut gue rusak. Lo maafin Khamal gak? Jawab buruan gak pake lama!” perintah Risya. “Ish lo mah mikir mulu ngapain sih? Gue janji gaakan ganggu Khamal lagi. Puas?” ujar Risya ketus namun Adine masih saja terdiam memikirkan keputusannya. “Adine, lo tuh nyebelin ya. Lo maafin Khamal atau enggak? Jawab sekarang!” lagi-lagi Risya memerintah Adine dengan nada super ketus andalannya. “Iya gue maafin Khamal.” jawab Adine pelan namun masih bisa terdengar oleh Risya. “Nah gitu kek dari tadi. Udah ah gue pergi.” ujar Risya dan langsung meninggalkan Adine di roof top.

My Playboy and I [ON PROGRESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang