chapter 3 : Varo's birthday

30 18 58
                                    

Setelah kepergian teman-temannya, Varo melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

Lagi dan lagi, ia teringat pada wanita yang ia jumpai tadi, ia sedikit tertarik untuk mencari tahu tentang gadis itu.

Tidak biasanya ia ditolak mentah-mentah oleh wanita saat ia menawarinya untuk diantar pulang.

Justru, kebanyakan para wanita lah yang mengejar-ngejar dirinya.

Hampir 3 angkatan cewek-cewek disekolahnya terpesona oleh-nya.

Perlahan Varo memejamkan matanya, mencoba untuk tidak memikirkan gadis itu.

Varo terus berusaha memejamkan matanya sampai ia benar-benar terlelap.

•••

Alarm berbunyi, menunjukkan waktu pukul 00.01, Varo terbangun dari tidurnya.

Ia melihat tanggal 16 di kalendar yang sengaja ia bulatkan. Disitu tertulis 'My birthday'

'Yea, it's my birthday.' batin Varo.

Ia berjalan menuju kulkas kecil di kamarnya, dan mengeluarkan kue ulang tahun yang sengaja ia beli sendiri.

"Dari gue, untuk gue." ucapnya sambil tersenyum.

Varo menaruh lilin angka 1 dan 7, disusunnya menjadi angka 17.

Ia menyalakan korek apinya dan menyambarkannya ke lilin tersebut.

Varo tersenyum, ia membacakan birthday wishes nya dalam hati, lalu meniupkannya.

Varo menaruh lagi kue nya kedalam kulkas, lalu duduk diatas kasurnya.

Ia mengambil foto keluarganya saat ia masih kecil.

'Lagi-lagi, tanpa kalian.'

Varo kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Membayangkan bahwa kedua orangtuanya ada disini sekarang.

Ia kembali teringat masa kecilnya.

Flashback on.

Varo keluar dari kamarnya dan disambut oleh kedua orangtuanya.

Mata Varo ditutup oleh mamanya, mereka turun kebawah dan terus berjalan sampai suatu tempat.

Di taman samping rumahnya, mata Varo dibuka perlahan.

"Happy birthday, sayang!" seru kedua orangtuanya.

"Anak ayah umur berapa sekarang?"

"Lima tahun ayah."

"Pinter."

"Kamu pengen kado apa dari mama?" tanya mamanya.

"Varo pengen mobil-mobilan, ma."

"Nanti kita beli ya sayang."

"Sekarang tiup lilinnya!" suruh ayahnya.

"Huffhtt." Varo meniup lilin tersebut.

"Yeyy!"

"Mama sama ayah janji ya jangan tingalin Varo." pinta Varo.

"Iya sayang."

Flashback off.

"Mana janji kalian ma, pa?"

"Kalian boongin Varo."

Perlahan, Varo memejamkan matanya dan mulai tertidur lelap.

•••

Varo menuruni tangga dan disambut oleh pelayan-pelayan dirumahnya yang sibuk oleh pekerjaannya masing-masing.

"Mas Varo pengen sarapan apa? Biar ibu buatkan." dia ibu Asri, bukan orang tuanya, melainkan salah satu pelayan dirumahnya.

"Varo pengen roti bakar selai coklat sama susu coklat aja bu."

"Biar ibu buatkan ya nak, kamu tunggu di meja makan sana, nanti ibu anterin." Varo mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan.

FYI, Ibu Asri adalah pelayan yang sangat dekat dengannya, bahkan melebihi kedua orangtuanya.

Ibu Asri selalu setia menemani Varo,
ia sangat sayang pada Varo, begitupun Varo, Varo sangat menyayangi Ibu Asri layaknya seorang ibu.

Ibu Asri menjaganya semenjak ia masih balita dan Ibu Asri lah pelayan yang paling lama kerja dirumahnya.

Mungkin, kebanyakan orang ingin menjadi anak dari keluarga kaya raya, namun tidak dengan Varo.

Varo memang terlahir dari keluarga kaya raya, namun keluarganya bukanlah suatu keluarga yang harmonis, dikarenakan kedua orang tua nya hanya memedulikan pekerjaannya masing-masing.

Varo sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil, ia hanya diurus oleh para pembantu dan pelayan dirumahnya.

Terakhir kali ia bertemu kedua orangtuanya saat ia masih duduk di bangku SD, tepatnya 6 tahun yang lalu.

"Roti bakar coklat dan susu coklat sudah siaapp!" seru Ibu Asri, ia menghampiri Varo dan menaruh nampan berisi sarapan Varo dimeja.

"Dimakan ya nak, ibu mau bersih-bersih." Ibu Asri yang hendak berbalik melangkahkan kakinya terhenti saat Varo menahan tangannya.

"Kenapa nak?"

"Terimakasih, Bu." ucap Varo mencoba menahan tangisnya.

"Sama-sama, nak." Ibu Asri memeluk Varo.

"Ibu lupa ya?" tanya Varo.

"Ibu nggak akan pernah lupa, nak."

"Selamat ulang tahun." bisik Ibu Asri.

"Makasih sekali lagi, Bu." Varo mempererat pelukannya.

"Udah nak, makan dulu," suruh Ibu Asri, "nanti telat lho nak."

"Iya Bu."

Varo mulai melahap makanannya.
Setelah selesai, ia pamit pada Ibu Asri dan pelayan-pelayan dirumahnya.

Varo melajukan mobilnya menuju sekolah. Ya, hari ini Varo berinisiatif untuk membawa mobilnya biar keren.

"Umur baru, gaya baru." ucapnya.

•••

Setelah hampir 30 menit perjalanan, Varo sampai disekolahnya. Ia memarkirkan mobilnya dan disambut oleh beberapa teman seangkatannya, dan beberapa kakak kelas dan adik kelasnya.

"Varo!!" seru fansnya.

"Happy birthday Varo!!" ucap beberapa wanita dihadapannya. Bahkan, ada beberapa wanita juga yang menyodorkan hadiah untuknya.

"Varo, terima yaa?" pinta salah satu wanita dihadapannya.

"Bentar ya." ucap Varo, ia mencari-cari keberadaan dua sahabatnya, Jeva dan Wildan.

Namun, bukannya menemukan keberadaan kedua sahabatnya, matanya malah tertuju ke taman sekolah, ia melihat wanita yang ia jumpai kemarin.

Sedangkan wanita yang ditatapnya membuang mukanya malas dan lanjut melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Varo hendak menghampirinya, namun terhenti saat para fans dihadapannya terus memaksanya.

"Var?" ucap wanita yang tadi menyodorkan hadiah untuknya.

"Eee.. Eh boleh nanya gak? Cewek yang di taman siapa namanya?" tanya Varo pada salah satu fansnya sambil menunjuk keberadaan wanita tersebut.

"Lo nanya dia Var? Dia Carla, anak X-IPA 2, cewek paling introvert alias misterius di Avandika."

"Oh makasih yaa."

"Jadi kado kita diterima ng-" ucapan wanita tersebut terpotong saat Jeva dan Wildan memanggil Varo.

"Var!"

>>><<<

to be continue
thanks for read 💓
dont forget to vote and comments
see u next chapter

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dare or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang