chapter 2 : drama di rumah Varo.

52 35 59
                                    

"Lo ngapain?"

"Eh a-anu, eemhh a-aku..." Varo membuang mukanya malas, lagi-lagi Astrid mengganggunya.

"Gue ulangin sekali lagi, lo ngapain disini?" tanya Varo lagi pada wanita dihadapannya.

"A-aku pengen manggil kamu Var," Astrid berusaha untuk jujur pada Varo, "tapi kamunya udah tidur tadi."

"Kamu makan yuk kebawah, yang lain udah nung—" ucapan Astrid terpotong saat Varo pergi meninggalkannya begitu saja.

'Dasar Varo, bisanya cuma motong omongan orang doang.' batin Astrid.
'Untung ganteng.' lanjutnya lalu pergi menyusul Varo.

Varo duduk di meja makan dan Astrid duduk disampingnya.

Varo sama sekali tidak fokus memakan makanannya, ia masih saja memikirkan wanita yang ia jumpai tadi.

'Siapa namanya? Kelas berapa dia? Kenapa dia sangat misterius?' Pertanyaan-pertanyaan itu terus terputar di benaknya.

Varo menganggap wanita tersebut misterius, karena hampir 2 tahun ia sekolah, sama sekali tidak pernah bertemu dengan wanita itu.

'Apa dia murid baru?' pikirnya lagi.

Setelah selesai makan mereka berkumpul di ruang tamu sembari menonton acara televisi.

Sedangkan Varo, ia tidak bergabung dengan teman-temannya, melainkan ia berjalan menyendiri menuju belakang rumahnya.

Tidak, Varo tidak sendiri, lagi-lagi Astrid diam diam mengikutinya tanpa sepengetahuannya.

Varo duduk di pinggir kolam seraya menatap langit malam yang diisi bintang-bintang.

"Cantik." kagum Varo.

Astrid yang sedari tadi mengumpat di balik semak-semak tersenyum, ia ingin sekali duduk di samping Varo, akan tetapi, ia takut Varo marah padanya.

"Astrid!" panggil Jeva yang entah sejak kapan ia disini.

Astrid yang tadinya ingin keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Varo terhenti saat kedatangan Jeva.

"Apaansih lo? Jangan berisik!" Astrid menutup mulut Jeva dengan daun.

"Cffehh, fweh." Jeva melepehkan daun dari mulutnya,"lo pikir gue kambing?!" ucap Jeva tidak terima.

"Shtt, diem Je! Mau gue sumpelin daun lagi mulut lo?" Jeva menggeleng pasrah.

"Lo berdua ngapainsih disini? Main petak umpet lo pada ya?" kedatangan Wildan membuat semua yang ada di sana menoleh menghadap ke sumber suara, termasuk Varo.

"Arghh, aarh." Wildan meringis kesakitan karena Jeva menginjak kakinya.

"Kalian?" Varo berdiri dan menghampiri teman-temannya.

"Eh Var, eeemm..." Jeva menggantung perkataannya, memikirkan jawaban yang tepat untuk Varo.

"Eee Var, kita mau izin pamit pulang ya? Udah malem, nyokap gue udah bawel nih." Astrid melotot mendengar pernyataan Jeva. Padahal, ia masih ingin berlama-lama di rumah Varo.

"Oh yaudah, lo semua balik gih," suruh Varo pada teman-temannya, "hati-hati yaa!" lanjutnya lagi.

"Oh ngusir nih ceritanya?" ucap Wildan tidak terima.

"Iya." jawab Varo, Jeva menahan tawanya.

"Jahat kamu mas." ucap Wildan sok dramatis, sedangkan yang lain mengedikkan bahunya jijik mendengar ucapan Wildan.

"Udah-udah, yuk balik," ucap Jeva meleraikan drama di antara sahabat-sahabatnya,"keburu malem."

"Kan emang udah malem, Jeva bin Bambang!" protes Wildan.

"Gak usah nge-gas dong, Wildan bin Dudung!" balas Jeva.

"Jadi kapan kalian pulang?" tanya Varo yang sedari tadi menyimak keduanya.

"Ngusir boss?" tanya Wildan dan Jeva serempak.

"Iya." jawab Varo.

"Jahat kamu mas." Wildan mengulang perkataannya yang beberapa menit lalu ia katakan.

"Gitu aja terus sampe laut Bikini bottom kering!" ucap Jeva.

"Jadi kapan kalian pulang?" tanya Varo mengulang lagi pertanyaannya.

"Kenapa jadi pada Dejavu gini sih?" tanya Astrid yang sedari tadi diam saja.

"Yaudah yuk pulang yuk." Jeva dan Wildan akhirnya mengalah.

"Udah sana!" usir Varo.

"Ngusir bos?" ucap Wildan lagi dan lagi.

"Dah yuk yuk," Jeva mendorong Wildan dan Astrid menuju depan rumah Varo, "kita pamit ya Var!" ucap Jeva dan Wildan untuk terakhir kalinya.

Tidak dengan Astrid, ia merengek, memukul kedua lelaki di hadapannya.

"Lo berdua apa-apaan sih?! Gue kan masih pengen lama-lama sama Varo!"

"Udah malem, Astrid." ucapan Jeva terdengar sangat hangat, tatapan matanya juga tiba-tiba berubah, beda dengan Jeva yang beberapa menit lalu di rumah Varo.

"Yaudah gue pulang!" Astrid menghela napasnya pasrah.

"Pake jaket gue." Jeva menyodorkan jaket hitamnya pada Astrid

"Nggak." tolak Astrid.

"Dingin, nanti masuk angin."

"Gak usah sok care."

"Pake ini atau gue tinggalin?"

"Bodoamat, tinggalin aja gue disini, biar gue bisa lama-lama sama Varo."

"Yaudah, gue duluan." tatapan Jeva berubah menjadi lebih dingin.

"Dih Jee.. Yaudah gue pake." lagi-lagi Astrid pasrah.

"Gitu dong." senyum Jeva mengembang, lain dengan Wildan yang menatap keduanya dengan muka masamnya.

"Ckckck, nasib jomblo gini amat yak."

Jeva dan Wildan melajukan motornya meninggalkan rumah Varo.

>>><<<

to be continue...
see you next chapter 💓
dont forget vote n comments 👇

Dare or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang