Keesokan harinya, Bulan berjalan kaki menuju sekolahnya. Memakai seragam putih abu, tas bergambar Mickey Mouse dipundaknya, rok yang tak terlalu ketat dan pendek, kaos kaki putih se-betis dan sepatu ber-merk Aradilla putih dikakinya. Bulan tak bisa diantar oleh Ayah Tabak alias Ayah Martabak Agrakala karena sibuk dengan kantornya pagi-pagi tadi. Bulan hanyalah anak tunggal dalam keluarganya, alhasil ia harus naik angkutan umum pagi ini.
"Kalo gini sih aku akan terlambat ke sekolah." resah Bulan dipinggir jalan sambil menengok jam berwarna merah muda pada tangan kirinya karena angkutan umum tak kunjung lewat didepannya. Bulan mau memesan gojek, tapi teringat HP nya mati pagi tadi dan baru ia charger di kamarnya.
Dua puluh menit sudah Bulan menunggu angkutan umum dengan perasaan gugup, pasalnya ia tak pernah terlambat ke sekolah, baru kali ini ia harus pasrah jika ia dihukum nanti.
"Hai gadis cantik, nunggu angkutan yah? Udah sama abang aja, dijamin aman terkendali." Bulan membalik badannya kaget akan kehadiran Pria tak terlalu tua, rambut gondrong tak terurus dan celana yang sengaja disobek pada bagian lututnya.
"Mmm.. Maaf bang nggak usah, dikit lagi angkutannya datang kok." ujar Bulan mundur sedikit takut akan pria itu.
"Sudahlah gadis cantik, angkutan umum tak akan lewat lagi. Ayo bareng abang aja." ajak pria itu sambil menarik paksa lengan kiri Bulan. Bulan yang kaget lengannya disentuh pria tak dikenalinya sontak berusaha melepaskan lengannya, namun nihil, pria ini terlalu kuat mencengkram lengannya. "Abang ini apa-apaan! Tidak mau ya tidak mau!" teriak Bulan yang tak didengar siapapun kecuali pria itu, karena jalan yang dilewatinya cukup sepi untuk dilewati orang-orang. Salahkan pada Bulan karena ia melewati jalan yang salah. Maklum anak rumahan, lupa jalan menuju sekolah.
Saat saling tarik-melepaskan itu, bunyi suara deruman motor ke arah mereka. Bulan pun mendongak semoga deruman motor ini sebagai tanda penyelamatnya akan datang. Cowok berseragam yang tertutup jaket hitam itu melepaskan helmnya lalu turun dari atas motornya menarik Bulan ke belakang, lalu tanpa basa-basi langsung menonjok pipi pria itu.
BUGH!!
BUGH!!
Aksi saling menonjok pun terjadi, Bulan hanya merapal doa agar pria yang menyelamatkannya menang dalam pertempuran itu. Ada-ada saja Bulan.
Tak butuh waktu lama pria itu terkulai lemah ditanah memegang perut dan pipinya yang luar biasa sakit. "Lebih baik lo pergi sekarang juga, sebelum gue gebukin lo yang berakhir di rumah sakit." tegas cowok itu dengan rahang mengeras. Tak berpikir lama pria itupun bergegas pergi tak mau merasakan sakit yang lebih parah lagi pada badannya.
"Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Bulan memeriksa sekitar badan cowok itu, khawatir ada luka dibadannya.
Cowok yang ditanyai Bulan hanya memperbaiki jaket hitamnya dan mengebaskan debu yang ada pada badannya. "Gue nggak apa-apa. Lo anak SMA Semesta juga?" tanya cowok itu karena melihat seragam Bulan. "Eh iya. Kamu juga?" yang dibalas uluran tangan cowok itu "kenalin nama gue Langit Wijaya, panggil aja Langit." ucap Langit memperkenalkan dirinya. "Aku Teranggi Bulan. Makasih yah udah nolongin aku," ucap Bulan sambil membalas uluran tangan Langit.
"Yaudah bareng gue aja, kita terlambat." ujar Langit sambil memakai helm lalu naik diatas motornya.
Bulan mengangguk lalu naik diatas motor Langit dengan perasaan deg-degan didalam hatinya."Pegangan, gue mau ngebut." ujar Langit yang siap menancap gas.
Bulan yang mendengar pun memegang pundak Langit hati-hati. Lalu motor Langit melaju menuju sekolah mereka.🌑🌑🌑
Sesampainya didepan gerbang sekolah, Bulan pun turun dari motor Langit mengecek gerbang, ternyata gerbang itu sudah digembok. Bulan pun mendesah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK BAPERAN
Teen FictionBagaimana jika kamu berada diposisi gadis ini? Melibatkan perasaan dalam segala hal. Disaat seseorang menganggap hal itu hanya becanda ia menanggapinya dengan serius. Disaat seseorang yang hanya datang tanpa pamit meninggalkannya membuat hatinya ber...