Bab 1

7 0 0
                                    

Aku bersama gadis ini  berteman sejak kecil. Hingga kita di pisahkan oleh keadaan dengan Ayahku yang telah di pindahkan bertugas.
Setiap hari kami menunggu Ayah pulang dari tempat kerja. Menunggu di sebuah gubuk yang menghadap ke sawah warga.

“Eh, kamu lihat. Itu. Ayah sudah datang!Horeeeee…….!” Seru Dian. Dia meloncat – loncat di atas gubuk karena kegirangan.

“ Iya bener itu Ayah. “ Aku juga ikut berloncat – loncat.

Mereka turun berlari kearah Ayah kemudian mencium tangan. Sebuah kue dari pemberian Ayah Afkar telah dimakan. Namun, selang beberapa waktu Ayah memberitahukanku bahwa kita akan pindah ke kota Besar Ibu Kota Indonesia.

Berpisah dengan Dian sungguh berat bagiku. Sehingga, waktu telah memisahkan kita tepat di pagi itu.

“ Kamu jangan pergi Afkar. Aku tidak mau sendirian” Kata Dia terus merenggek tanpa henti.

“Aku harus pergi, Aku tidak akan lupa sama kamu kok. Aku beli boneka teddy bear buat kamu, kita kan sahabat ya.” Aku terus menengkankannya dengan memberikan sebuah boneka teddy berwarna pink.

“ Aku juga bawa hadiah buat kamu, jangan lupain Aku ya” Kata Dia, air matanya semakin deras seperti hujan.

“Janii.” Kelingking kita saling bertaut satu sama lain.

Suara deru mobil mengantarkan kita dengan sebuah perpisahan.

“Afkar……………JANGAN LUPAIN AKU YA!” Jerit Dian serta segukan karena terus menangis.

Sedangkanku membuka hadiah Daian. Ketika kubuka sebuah bola sepak yang bertuliskan sebuah harapan kecil dari Dian. Aku hanya memeluk bola itu.

Cinta di Pelupuk MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang