• 6 - Dia Datang

17 4 0
                                    

'Pahit dan manis kehidupan, keduanya seimbang.'

HAPPY READING🙌

kalau ada typo tandai ya:)

••••••••

Malam mulai menghampiri. Langit sudah gelap gulita. Sepertinya malam ini hujan akan turun.

Seperti pria tampan yang baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut basah dan handuk di pundaknya. Ia keluar dari kamar dengan secangkir teh hangat di tangan. Menikmati dinginnya malam dan keindahan langit malam di sana.

"Huft," pria tersebut terdengar menghela napas. Lalu terdiam beberapa saat. Ia kini tengah larut ke dalam pikirannya.


Saat sedang asik dengan pikirannya yang entah memikirkan apa. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia tersadar dan langsung merogoh benda pipih tersebut dari saku celana.

Ternyata yang menghubunginya adalah sang mama. Biaraga langsung mengklik tanda hijau.

"Assalamualaikum, Ma," sapanya.

"Waalaikumsalam, Sayang. Kamu udah pulang dari kantor?" tanya mama Biaraga.

Biaraga kini duduk di kursi yang ada di sampingnya. "Sudah, Ma. Saya sudah di rumah," jawab Biaraga jujur.

Tak lama, setelahnya hanya terdengar keheningan di sana. Biaraga diam, mamanya pun diam. Entah apa yang mereka pikirkan.

Biaraga yang mulai menyadari adanya keheningan langsung saja tersadar. "Ma, mama?" panggilnya saat tak mendengar suara apapun dari sang mama.

Sedangkan di sana, mama Biaraga tengah memikirkan putranya tersebut.

Kapan Biaraga mau ajak calon menantu ke rumah? Rasanya aku pengen banget dia ajak cewek dan di kenalin ke aku sebagai calonnya dia. Naysila—mama Biaraga terus melamun tanpa menyadari panggilan dari putranya.

"Mama?" panggil Biaraga.

Sontak Naysila tersadar. "Ah, iya sayang. Ada apa?" kata Naysila yang baru saja tersadar dari lamunan.

Sedangkan Biaraga di sebrang sana hanya mengerutkan dahi. Ia bingung dengan mamanya. Apakah mamanya tak mendengar atau bagaimana.

"Mama, ada apa?" tanya Biaraga lagi.

Terdengar suara kekehan dari sebrang sana. "Oh ini, mama kangen sama anak mama. Memangnya nggak boleh?" Naysila menjawab seadanya walau sedikit berbohong.

Biaraga hanya tersenyum, "Saya juga kangen mama dan papa," sahutnya.

Naysila terkekeh, "Makanya main ke rumah. Ajak juga calon menantu buat mama dan papa."

Sontak Biaraga tersenyum tipis. "Mama, kenapa jadi kesana. Saya masih betah begini, Ma," jawabnya tenang.

"Biaraga. Mama tau, tidak mudah melupakan seseorang yang pernah kita cintai. Apalagi hubungan kamu dengan Erina itu bertahun-tahun, mana mungkin bisa lupa semudah itu. Tapi, seiring berjalannya waktu dan kamu punya pengganti dia, mama yakin kamu bisa secepatnya melupakan dia. Kamu sudah dewasa, tidak mungkin selalu begini, 'kan?" kata Naysila di sebrang sana.

Why to Choose Hammke? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang