• 36 - Perasaan Gladyr Sebenarnya

2 0 0
                                    

Happy Reading❤

Iko baru saja datang tepat pukul 13.00 WIB di kantor Biaraga. Pasalnya ia berniat bolos kerja tapi nyatanya ada kerjaan penting di restoran. Ia pun telat datang, tapi setelahnya ia ijin untuk bisa datang kesini.

"Ini acaranya sampe jam 3, kan? Untung masih sempet datang," ujarnya. Lalu ia pun segera masuk kedalam.

Saat didalam ternyata suasana masih ramai. Apalagi dengan pameran produk juga desain baru membuat orang-orang tidak pernah bosan.

Iko mendekat ke arah gaun cantik yang dipajang. "Wah ... cantik banget."

Lalu mata Iko beralih ke berbagai arah. Ia tengah mencari Gladyr juga Biaraga. "Dimana mereka," gumamnya lalu ia melangkah ke arah kanan untuk mencari keduanya.

Sedangkan ditempat Biaraga dan Gladyr keduanya masih belum merubah posisi. Gladyr sudah mulai tenang, suara isakannya pun berkurang.

Wanita itu mulai melonggarkan pelukannya dan menjauhkan wajahnya dari perut Biaraga.

Pria itu menatap wajah Gladyr lekat. Tangannya terulur untuk mengusap air mata di pipi merah padam milik Gladyr.

"Merah padam, mirip kepiting rebus," ujarnya kepada Gladyr sembari terus mengusap air mata.

Wanita itu menatap Biaraga lekat, raut wajah sendunya masih ada. Sesekali ia tersedu. Perlahan tapi pasti, ia mengatur napasnya kala perilaku Biaraga kepadanya. Tangan besar itu beralih menata rambut Gladyr yang dimana anak rambutnya lepas dari ikatan, dengan lembut menyimpannya dibelakang telinga.

"Jika menangis membuat kamu lega, maka lakukan. Tapi setelahnya, jangan sampai menangis lagi karena kelegaan yang kamu cari bukan tangisan," ucap Biaraga pelan. Kini tatapannya bertemu dengan tatapan sendu Gladyr.

"Ba-pak ken-apa ada disini?" tanya Gladyr terbata.

Biaraga menilik seluruh wajah Gladyr sebelum menjawab. "Karena wanita yang saya suka ada disini, makanya saya ada disini."

Wanita itu sontak menghela napas pelan. "Kalau saya nggak suka?" tanya Gladyr pelan dengan menatap Biaraga.

Pria itu sontak menatap Gladyr lebih lekat. Ia mengunci tatapan wanitanya. "Saya akan terus berusaha membuat kamu suka sama saya, sampai akhirnya kamu pun juga suka sama saya," jawab Biaraga membuat Gladyr terdiam.

Hening mulai tercipta. Biaraga mau pun Gladyr hanya diam sembari saling menatap satu sama lain. Tangan Biaraga terangkat ke dahi Gladyr yang terasa panas sangat sangat panas.

"Saya antar pulang, ya."

Gladyr membulatkan kedua matanya. "Nggak. Kenapa pulang? Acara belum selesai," tolaknya.

Biaraga menggeleng pelan. "Kamu sakit, ini lebih panas dari yang pagi tadi. Ayo," ajak Biaraga.

Gladyr menggeleng dan segera menjauh dari Biaraga. "Nggak, Pak. Saya nggak papa. Bapak cepetan masuk lagi, nanti di cariin pak Aram."

Biaraga hanya diam dengan gelengan di kepalanya. Gladyr menghembuskan napasnya. Ia berusaha bangun dengan bantuan dinding.

"Saya nggak mau pulang pokoknya. Saya sehat."

"Sehat tapi kepala panas," ledek Biaraga.

Gladyr menggeleng. "Nggak, so tau. Bapak jangan paksa saya, kalau tetap maksa saya nggak jadi suka sama bap—"

Ucapan Gladyr terhenti kala ia membekap mulutnya erat. Ia sadar akan ucapannya yang prontal itu.

Efek pusing aku kenapa jadi bilang gitu. Batinnya.

Why to Choose Hammke? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang