• 40 - Keadaannya Memburuk

0 0 0
                                    

Happy Reading❤

Semakin hari semakin yakin, jika hidup itu untuk mati. Hidup itu perjalanan yang pada akhirnya akan menemukan ujung yang dinamakan kematian.

Setiap kehidupan pasti ada kematian, begitu pun dalam perbuatan. Jika kita berbuat pasti ada imbalan atau timbal balik. Jika perbuatan kita baik, maka akan dibalas dengan kebaikan. Tapi jika sebaliknya, maka keburukan akan datang.

Mengingat beberapa pesan lalu yang dikirimkan kepada Abram. Kini giliran Alex mengirimkan beberapa ancaman kepada Kinar. Ia tersenyum kala menatap pesan yang ia akan kirimkan.

"Selamat menikmati rasa khawatir dan takut Kinar!"

***

Waktu menunjukkan pukul 20.20 WIB. Tapi Biaraga tak kunjung pulang juga. Bi Irah sudah sangat resah menantikan majikannya pulang, karena saat di hubungi tak ada jawaban sama sekali dari Biaraga. Bukan karena apa-apa, hanya saja ia cemas akan keadaan Gladyr yang nyatanya buruk.

Tadi saat asik tertidur yang di temani Bi Irah, tiba-tiba saja wanita itu bangun dan merasakan mual ingin muntah. Lalu saat ia muntah, ternyata yang keluar adalah cairan merah berupa darah. Bi Irah langsung terkejut juga khawatir akan keadaan Gladyr.

Sudah berangsur-angsur lama, Gladyr merasakan lemah. Ia pun hampir saja tumbang di depan kamar mandi jika Bi Irah tak membantunya. Ia pun dengan pelan membawa Gladyr ke arah kasur untuk kembali merebahkan tubuhnya.

Bi Irah yang tengah mondar mandir di depan pintu utama terkejut kala mendengar suara orang muntah. Ia pun segera naik ke lantai dua tepatnya ke kamar Gladyr. Ia buru-buru mendekat ke arah Gladyr kala wanita itu tengah muntah di samping tempat tidur. Iya, Bi Irah sengaja menyimpan baskom besar disana agar memudahkan Gladyr muntah disana tanpa harus ke kamar mandi.

"Non ... aduh gimana ini," ujarnya gusar. Bi Irah bingung akan apa yang harus ia lakukan.

Gladyr kembali memejamkan kedua matanya kala selesai muntah. Terlihat dari raut wajahnya, wanita itu tengah merasakan sakit dibagian tubuhnya.

"Mas Biaraga cepet pulang mas," ucap Irah lirih.

"Bu," panggil Gladyr lirih.

Irah mendekat. "Iya, Non. Apa yang bisa bibi bantu?" tanya Irah dengan raut wajah cemas.

"Ak-u minta tolong pijit kepala aku, ibu bisa?" tanya Gladyr yang langsung di angguki Irah.

Wanita paruh baya itu segera naik ke atas kasur dan segera memijit kepala Gladyr.

"Non, enon teh sakit apa atuh? Bibi jadi khawatir gini." Gladyr tak menjawab sepertinya wanita itu mulai terlelap kala pijatan di kepalanya terasa nyaman.

Tak lama Biaraga datang membuat Irah menghembuskan nafas lega.

"Mas akhirnya pulang, bibi udah cemas," ujarnya yang masih memijat kepada Gladyr.

Biaraga mendekat dengan raut wajah sulit di artikan. "Bi?" Pria itu meminta penjelasan lewat tatapan matanya kala melihat darah di baskom besar itu.

Bi Irah segera turun dari kasur dan mendekat ke arah Biaraga. "Itu muntahannya non Gladyr, Mas. Bibi takut enon kenapa-napa karena muntahnya darah. Bibi bingung, dari tadi telepon mas nggak di angkat, mas juga nggak pulang-pulang," jelas Irah dengan wajah sedih yang hampir saja menangis.

Why to Choose Hammke? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang