╱╱ 21. Resah 🌿

54 8 9
                                    

Terus berbolak-balik, grusak-grusuk mencari posisi nyaman, namun mata Karamel tetap terus terjaga seakan tak mau beristirahat. Heran sekali, seharusnya gadis itu mengantuk berat karena sedari tadi menangis.

Hari sudah larut malam, semua anak mungkin telah terlelap dalam alam mimpinya. Ya, Karamel sudah berada di dalam tenda-nya, tentunya ini semua berkat Kak Arthur. Jantung dia terus berdegup kencang memikirkan hal tadi, kejadian yang benar-benar menakutkan sekaligus mendebarkan.

Karamel melirik ke arah Loura yang nampaknya sudah tertidur di sampingnya. Hati gadis itu kembali gundah, kilas balik tentang kejadian beberapa jam lalu terus berputar diotak, tentang Loura yang membuat peta palsu dan diberikan padanya.

Bukan maksud berprasangka buruk, lagian Karamel pun tak yakin bahwa Loura melakukan itu semua. Ya, Loura teman yang baik, mana mungkin dia sejahat itu hingga menyesatkan Karamel.

Lalu kenapa?

Loura terus nampak acuh dan tak peduli jika dirinya hilang, Loura bahkan tak mencari, ataupun sekedar menanyakan apa Karamel baik-baik saja.

Apa dia sebenci itu padaku?

Ketakutan Karamel kian bertambah, Loura sepertinya memang membenci dirinya sejak tahu kalau dia berpacaran dengan Leon.

Karamel ingin menjelaskan lagi padanya, bahwa semua itu hanya bohongan, Leon bukanlah pacar sungguhan. Tetapi, apakah dia masih akan percaya denganku?

Karamel terus berusaha memejamkan matanya, tetapi pikiran gadis itu masih terus aktif berkeliaran. Hingga pada akhirnya Karamel mengerang karena kepalaku mendadak pusing, lalu bangkit dan terduduk.

Pikirannya kacau sekali, kalau begini terus, mungkin dia akan terus begadang hingga pagi hari. Karamel tak bisa tidur, padahal esok masih banyak acara dan harus bangun pagi.

Klangg!

Tak sengaja, kaki Karamel menyenggol rantang makanan yang terletak didekat tubuhnya hingga menimbulkan suara nyaring. Sontak gadis itu terbelalak, menoleh ke Loura berharap temannya itu tak terbangun.

"Mel?"

Karamel menggigit bibir bawahnya gemas sembari merutuki tindakan bodoh yang terjadi, secara tak sengaja dia telah mengganggu Loura tidur hingga terbangun.

"L-lou? Maaf, aku ga berniat bangunin kamu tidur apalagi menganggu kamu, aku ga sengaja .." Lirih Karamel takut.

"Lo belom tidur?"

Karamel mengulum bibir, lalu menggeleng. "Aku nggak bisa tidur, Lou."

Suasana ditenda mendadak hening, hanya ada suara jangkrik di luar terdengar masuk menjadi backsound.

Loura malah tak kembali tidur, dia masih setia terduduk dan malah menemani Karamel begadang. Entah mengapa Karamel merasa gugup sekali berdekatan dengan Loura untuk saat ini, serasa hawa di sekitar juga mendukung kita untuk saling canggung.

"Dibawa balik sama siapa? Ah, gue lupa, pasti Leon."

Karamel sedikit tersentak ketika Loura kembali membuka suara, apalagi tentang pertanyaannya itu .. bagaimana bisa Loura berpikir kalau Leon yang akan menjemputku?

"Nggak Lou, Kak Arthur yang jemput aku." Ungkap Karamel, pelan.

Loura mendecak, "udah ga usah boong deh. Tadi Leon ngehampirin gue bahkan ngotot banget tuh nyariin lo, dia langsung nyusul pergi ke hutan, gimana bisa bukan Leon?"

Jujur saja Karamel terkejut, Leon juga menyusul ke hutan? Lalu kemana dia? Kenapa yang datang malah Kak Arthur? Ia tak tahu, sungguh.

"L-leon? Aku bener-bener dibawa balik oleh Kak Arthur, Lou. Bukan Leon, aku juga nggak tahu kalau dia juga menyusul ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang