+ Cold Case Part 2

708 70 13
                                    

// warning : mentions of blood, a lot of swear words, mention of sex and a whole messy writing. untuk karakter selain Johnny, Jaehyun dan Mark, dibayangkan sendiri xD i kinda put a little description of them and because it is a crime fic, the romance is there but a bit rough in a johnjae way.

=======================

Jet lag.

Perasaan linglung dan membuat asam di lambungmu tiba tiba naik dengan drastis, membawa keinginan mengeluarkan isi perut yang baru saja diisi dengan makanan mahal yang lumayan berkelas di penerbangan kelas bisnis. Kepala berdenyut seperti ditusuk oleh ribuan jarum dan sangat berat, koper yang hanya berisi tiga pasang setelan, celana dalam dan peralatan mandi terasa ribuan kali lebih berat di genggamannya. Americano dengan cup besar dan balok es yang penuh, embun dari suhu dingin es beku itu menembus keluar cup, merembes dan meluncur bebas ke meja kayu yang lumayan basah karena sedari tadi cup tersebut sama sekali tidak disentuh. Dipandangi pun tidak berselera, terlalu sibuk menggelengkan kepalanya karena efek penerbangan yang memakan waktu lama.

Sebenarnya mereka tidak seharusnya menghabiskan waktu diputar putar ke beberapa bandara dan di oper ke pesawat lain, penyebabnya antara lain dikarenakan kesalahan teknis lalu pemeriksaan dadakan polisi pada pilot yang ternyata pilot pesawat kedua mereka positif mengonsumsi kokain membuat mereka dilempar ke pesawat lain. Yang terakhir adalah hewan peliharaan yaitu hamster dari pria asal Inggris dengan topi fedora yang warnanya merah muda dan dihiasi sarang burung tiruan yang lepas, beberapa wanita berteriak histeris ketika pria dengan logat Manchester itu memekik memanggil hamster yang entah berlari kemana. Jaehyun, puji tuhan kekasihnya yang seksi dan serba bisa, merunduk dan menggenggam pengerat berbulu yang bulat seperti bola empuk, kebetulan bersembunyi di kaki kursi duduk mereka berdua, dan menyerahkannya pada si pemilik. Menendang kemaluannya dengan senyuman manis dan menyuruhnya bersikap selayaknya penumpang normal dan menyimpan baik baik hewan peliharaannya. Mark menyoraki dan bertepuk tangan seperti menyaksikan kemenangan tim Kanada dalam turnamen hoki ketika pria berambut pirang dengan kumis melengkung di ujungnya itu berguling di lantai sembari meraungi masa depannya yang terkena tendangan maut Jaehyun. Beberapa wanita tua memandangi dengan jengah sementara para pria, yang kebanyakan pengusaha dan pebisnis, sangat menikmati pertunjukan konyol itu.

Beruntung mereka tidak diusir, hanya peringatan oleh seorang pramugara yang wajahnya sangat gugup dan tubuhnya gemetar hebat berbicara pada Jaehyun yang berkacak pinggang dan menatapnya dengan kepala dimiringkan. Johnny harus menyeret kekasihnya itu sebelum ia mulai membanting pramugara muda yang sepertinya karyawan baru yang tidak lama punya jam terbang ke lantai karena tidak sabar dengan kalimatnya yang terbata. Pengalaman terbang yang luar biasa berkesan meskipun Johnny harus menderita migrain menyiksa.

"Dude, kau mau makan itu? Kalau tidak untukku saja ya?"

Mengibaskan tangannya, Johnny membiarkan Mark mengambil sandwich telur dengan mayonais yang lumayan banyak serta selada hijau yang masih basah dan segar di piringnya. Tangannya memijat kepalanya yang berdengung, tangannya yang bebas meraih raih cup kopi kesukaannya sebelum membawanya mendekat ke bibirnya yang sedikit kering lalu menyedot dengan rakus. Kafein yang memasuki tubuhnya mulai bekerja, samar samar rasa pusing dan menonjok di dalam kepalanya mulai pudar. Pandangannya yang buram dan sedikit kabur kembali jernih dan Johnny menghela nafas panjang, adiksi pada kopi membuatnya kebal dengan obat apapun, asal minum kopi dia pasti sembuh. Kecuali asam lambung, ia tak mau lagi datang ke rumah sakit umum dan bertemu Dokter Qian, yang merupakan kenalannya dan dokter yang sering menjadi langganan agen federal satu departemennya. Telinganya cukup panas dengan omelan panjang lebar yang dibumbui dengan umpatan bahasa Kanton dan juga sederet obat yang tentunya harus ia konsumsi selama seminggu penuh serta larangan menyentuh ataupun melihat kopi kesayangannya. Jujur, ia sedikit iri dengan Mark yang memang mengalami jet lag juga tapi masih bisa tersenyum lebar tanpa takut pipinya sobek pada siapapun yang menoleh ke arah dimana mereka duduk. Tipikal orang Kanada yang ramah dan supel, meskipun hanya ditanggapi dengan tatapan aneh dan cibiran, Mark tetap melambai dan menyapa dengan melambai sopan. Bibirnya tetap mengunyah, ia sudah menghabiskan sandwich isi tuna dan makarel yang dibelikan Jaehyun di kios makanan cepat saji di dekat pintu kedatangan. Sandwich telur Johnny di tangannya pun tinggal separuh, tidak peduli dengan telur dadar yang sedikit kurang matang, ia sepertinya lapar sekali. Jaehyun sendiri berpamitan hendak mencari seseorang dan menyuruh mereka duduk manis di kursi besi yang berjajar di sepanjang luaran taman yang letaknya di sebrang bandara. Diberikan satu cup americano besar dan satu cup lagi jus semangka, serta dua buah sandwich agar dua pria dengan pakaian lengkap dan sesak itu bisa berisitirahat dan makan.

headshot.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang