+ Cold Case Part 3

531 59 17
                                    

/ warning : mentions of blood, a lot of swear words, and a whole messy writing, a brief of crossdressing.

================================

"Dude...we just dump him down here?"

Udara yang sangat dingin membuat siapapun yang beraktivitas di luar rumah menggigil dengan langkah gemetar yang terburu, ingin segera merasakan penghangat yang terpasang di rumah masing masing. Langit mulai berwarna oranye dan burung burung mulai berterbangan kesana kemari mencari rumah untuk disinggahi sebelum gelap menyapa bumi. Tanah yang hampir keseluruhan dilapisi salju digali dengan sekop, satu persatu, sedikit demi sedikit,oleh tangan cekatan Dante. Rasa hangat dari gubuk buatan untuk menyimpan tanaman tomat yang tumbuh besar dengan mesin penghangat di musim dingin menyapa ketiga pria yang berdiri berjajar, mayat Dansel yang sudah dibersihkan dan dibungkus dengan terpal tergeletak di bawah mereka. Wajahnya pucat dan biru, bibirnya beku oleh udara dingin dan Jaehyun dengan tidak berperasaan menendang kecil kepalanya agar menoleh ke arah lain, sedikit risih dengan mata melotot mayat tersebut yang terarah padanya.

"Lalu?" Johnny bersedekap, jaket parka terpasang di tubuhnya dengan rapat, menatap petani yang juga doyan judi tengah bersiul sembari masih melanjutkan kegiatannya menggali di hadapan mereka, iris madunya kemudian beralih pada Mark yang memegangi kalung salibnya dan memanjatkan doa untuk si mayat dalam helaan nafasnya. "Kau mau kita bawa dia ke kantor polisi? Lalu kita diproses karena diduga tersangka? Dude, polisi polisi itu akan memanfaatkan posisi kita untuk meraup uang dari departemen agar melepaskan kita dan jika Taeyong atau Kim Doyoung tahu kita membawa serta Jaehyun dan bekerja sama dengannya, bisa dipotong gaji dan kepalamu." Lanjutnya sedikit mengerutkan hidungnya, bahunya diangkat dan dia menyisir surai kemerahan yang jatuh di kening. Ia sebenarnya tidak peduli tentang apapun asal tugas ini selesai dan dia bisa pulang untuk minum kopi pahit favoritnya sambil memperhatikan pantat Jaehyun mengeksekusi target nya lalu bersikap heroik seperti biasanya.

"Lagipula." Jaehyun menyahut, jaket parasut dan juga syal yang agak besar melilit di lehernya membuatnya seperti anak kecil karena tenggelam dalam atributnya meskipun ia adalah pria dewasa dengan tinggi 180cm. Tangannya yang terbalut sarung tangan rajut berwarna merah dengan aksen kuning pada garis di sepanjang memutari tangannya, mengibas di udara. "Ini lumayan gampang, kau tahu tidak mafia yang kusebut Felixe itu orang bodoh, jika memang dia orang yang kalian cari, membuatnya ditangkap itu hal yang lebih mudah dari menendang pantat Menteri Nelson. Aku punya ide." Menjentikkan jarinya, matanya melengkung membentuk senyum meskipun separuh wajahnya tertutup, Jaehyun menyeret Mark dan Johnny untuk merapat bersama. Meninggalkan Dante menggerutu dan mengubur mayat Dansel sendirian.

"Dia punya anak, namanya Anna, kelas dua SMA. Felixe sangat menyayangi putrinya, dulu dia adalah pebisnis yang tersohor selain bisnis senjata ilegal miliknya. Dia juga sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden, itu calo nomor dua yang bersama si botak bernama Curry McJavy, ew namanya saja seperti situs porno dan memang dia itu pedo juga-

"Tunggu, sayang, tunggu. Kau bilang apa tadi?"

Johnny menghentikan racauan Jaehyun begitu ia menangkap suatu informasi tentang Felixe Bernadini yang sedang bibir merah Jaehyun mengoceh panjang lebar. Dia memang sempat mendengar nama Felixe Bernadini di setiap platform berita antara tiga sampai empat tahun yang lalu dimana ajang kampanye calon presiden sedang diselenggarakan. Tapi dia berpikir bahwa mantan calon presiden Felixe yang berbicara layaknya seorang gladiator di atas panggung debat dan melemparkan microphone beserta kabelnya pada mendiang Presiden Gonners itu adalah pria yang berbeda dengan Felixe yang ini. Ya, Amerika itu luas, bro, nama Johnny saja ada jutaan apalagi Felixe, yang kebetulan banyak sekali orang asing asal Italia yang menetap disini. Kurir pengantar pizza di dekat apartemennya pun bernama Felixe.

headshot.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang