HALTE 2

2.2K 63 30
                                    

Jakarta, pagi itu agak mendung. Mungkin akan hujan. Segera aku keluar rumah menuju halte dimana aku biasa menunggu angkot menuju tempat aku kerja, 2 kali ngangkot.
Benar saja, hujan seperti ditumpahkan dari langit, begitu derasnya, baru beberapa menit aku nunggu di halte....

Aku dan beberapa penumpang berdiri menghindari terpaan air hujan. Ketika aku mundur sedikit, pantatku mengenai jendolan seorang pria paroh baya, buru buru aku minta maaf

"Maaf pak. Maaf."

"Gak papa." katanya sambil senyum. tapi  pria ini seperti mendengus di tengkukku.
Jendolannya makin di rapatkan kepantaku. Seperti sesuatu kurasakan dipantatku. Malu kalau dilihat orang, agak ku geser ke depan. Tapi tanggannya menahan pinggangku. Akhirnya kudiamkan. Ternyata barangnya sudah mengeras. Ditekan tekan kepantatku.

"Kerja dimana dek?" tanyanya

"Ahh gak kerja pak. Mau kerumah saudara" aku berbohong, karena aku takut di ikuti.

Ooo..ouuw.. barangnya semakin ditekan kepantatku...aku sedikit  menikmati gerakan gerakan dorongannya. Akirnya kutekan pantatku ke belakang. Dia menekan dari belakang. Batangku diraba, sudah berdiri di dalam celanku.

Untung saja angkot yang kutunggu tiba, aku pun lari menghindari hujan. Kutatap dia dari angkot, senyumannya itu...
Lelaki berkumis tebal paroh baya...gemuk dan tidak terlalu tinggi, hitam dan jauh dari kesan tampan.

Dalam hatiku, apa iya disetiap tempat ada manusia seperti ini.
Aku ingat Pak Franky, dia mengisap batangku, ketika aku menunggu di halte juga, ada yang menekan nekan pantatku dengan batang yang mengeras di halte juga

Ahhhh...dunia.
Terus terang, aku menikmati adegan di halte tadi. Aku ingat wajahnya pria paroh baya itu. Aku berharap besok dan besok dan besoknya lagi bisa bertemu dan hujan lebat...hahahahah

                                ❤

Pada saat jam istirahat, kunyalakan tv, beritanya Banjir. Beberapa titik si daerah Jakarta kebanjiran, karena kali Ciliwung menguap. Banjir termasuk daerah yang kulewati nanti sepulang kerja. Gimana ini, apa nanti sore gak surut ya....liat nati sajalah harapku.

Rintik rintik hujan, masih saja bertaburan padahal sudah hampir jam satu.
Tak seorang pun dari kami yang beranjak buat beli makan siang.

"Hoooiii, pada makan siang gak?"
Teriakku membuat rekanku melihat ke arahku.

"Biasa aja kali Ton, gak usah teriak gitu" si Joko nyahut.

"Hujan gini siapa yang mau keluar? Lu mau keluar Ton? Nitip lah"

"Preeett...justru aku mau nitip"

"Kenapa kalau lu yang jalan Ton. takut luntur gantengnya?"

"Takut flu kalo kena air hujan" timpaku.

"Kita tunggu Soto Mie Bogor yang lewat aja dah Ton" Joko berharap lewat tuh si pedagang.

"Iya kita tunggu sajalah."

"Sudah hampir jam 2 loh ini. Aku dah laper sekali" gerutuku.

"Gimana lagi....lu gak mau pergi, gua juga, si Jangkung ( panggilan teman kami yang tinggi) gak mau juga...tahan tahanlah dikit" Joko nyerocos...

Aku berdiri dan menuju pintu kantor, mau melihat ada pedagang yang lewat. Ohhh...ternyata ada. Gado gado.

"Bang Gado gado 1. Cabenya 2 biji aja..."

"Ok boss...siap" abang pedagangnya dengan baju hujan plastiknya langsung kerja.

"Hooiiii...gado gado. Pada mau pesan gak tuh. Keburu pergi nyaho lo pada" teriakku sedikit membuka pintu.

DI AMBANG SENJA.  SEPENGGAL KISAH YANG TERTINGGAL (GAY STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang