Prolog

374 8 6
                                    

-Prolog-

Malam hari seharusnya adalah waktu untuk semua orang beristirahat. Meringkuk di dalam kehangatan selimut ditemani cahaya bulan yang menerangi kegelapan dari sebuah kamar. Namun saat ini, aku sama sekali tidak dalam kondisi untuk tertidur. Bagaimana tidak? Mahluk itu – mahluk apapun itu, saat ini pasti masih mengejarku, membuatku tidak bisa memelankan lariku walau sedikit.

Bagaimana hal ini bisa terjadi benar-benar berada di luar akal sehatku. Lagipula, apa yang diinginkannya dariku!? Aku sudah meyakinkan diriku bahwa aku tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan siapapun – atau apapun! Tanpa melihat ke belakang, aku berlari kemudian mengambil sebuah tikungan tajam ke sebelah kanan, berharap untuk membingungkan apapun yang saat ini tengah mengejarku.

KLANG! Suara sebuah sampah kaleng yang tertendang terdengar dari belakangku.

‘Sial! Dia masih bisa menemukanku!’ pikirku sambil terus berlari sembari mempererat genggamanku pada tas selempang yang selalu kubawa kemanapun aku pergi.

Setelah berlari dan mengambil setiap tikungan yang ada, aku berhenti. Jalan buntu. Sebuah tembok yang sangat tinggi menghalangi jalanku. Temboknya juga terlalu tinggi untuk dipanjat. Aku mengalihkan pandanganku ke arah dimana aku datang, berharap aku bisa kembali lagi untuk mencoba jalan lain.

“Wah, wah, wah, terjebak seperti seekor tikus. Baguslah, aku juga sudah mulai bosan dengan permainan kucing-kucingan ini.” Ucap seorang pria yang berdiri beberapa kaki dariku saat aku menoleh ke belakang.

Kepalanya gundul, namun dengan tato seperti api nampak jelas di kepalanya. Ia memakai sebuah kacamata hitam. Ia juga memakai sebuah jas dan celana hitam, sebuah dasi berwarna abu-abu nampak di tengah jas yang ia kenakan. Ia menyempilkan sebatang rokok pada mulutnya kemudian menghidupkan benda itu. Setelah menghirup dan mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, ia mendekatiku.

“Aku akan memberimu dua pilihan.” Katanya. “Berikan Bestiary itu baru kemudian mati, atau kau mati dulu baru aku mengambil Bestiary itu darimu.”

…baiklah, apakah tidak ada pilihan dimana aku bisa hidup? Lagipula, apa sih yang ia katakan? Bestiary? Apakah aku nampak seperti seorang Monster Tamer dari permainan RPG yang selalu membawa-bawa buku informasi tentang monster?

“Apa maksudmu!? Aku sama sekali tidak memiliki apa yang kau cari!” ujarku membantah perkataan pria tersebut. Detik berikutnya, tanpa aku sadari, punggungku sudah menyentuh dinding sementara tangan kanan pria itu mencengkram erat leherku. Dengan tangan kirinya, ia mengapit rokok yang ia hirup dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian menghembuskan asap dari dalam mulutnya di depan wajahku.

Mata pria itu menjadi merah “Jangan menguji kesabaranku bocah. Aku tahu kau memiliki buku itu. Serahkan sekarang dan aku akan segera mengakhiri malam yang panjang ini.”

“Ugh…Tapi…aku benar-benar tidak tahu…apa yang kau bicarakan…” ucapku dengan susah payah.

Udara mulai menghilang dari sistem pernapasanku. Usahaku untuk melepaskan cengkraman pria tersebut dengan memukul-mukul tangannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Aku merasa kesadaranku mulai menghilang. Kedua tanganku mulai terkulai lemas di kedua sisi tubuhku, membuat tas selempang yang kubawa terjatuh ke tanah. Tas itu menimbulkan suara benda jatuh yang lumayan berat saat menyentuh tanah gang kecil itu. Pria itu melihat tas-ku dan dengan tangannya yang lumayan panjang, ia mengambil isi dari tas miliku sementara tangannya yang lain masih mencekik leherku.

FairylessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang